Oryza Sativa mengira pernikahannya selama ini baik-baik saja. Memiliki suami yang begitu perhatian dan mencintainya. Memiliki sepasang putra dan putri yang tampan dan cantik serta menggemaskan.
Memiliki mama mertua yang juga menyayangi dirinya walaupun sedikit judes, tapi ia tak mempermasalahkannya. Hingga satu persatu rahasia sang suami juga keluarganya terkuak membuatnya seperti mati rasa. Cinta yang diagung-agungkannya seketika musnah. Hatinya hancur sejadi-jadinya.
Bertahan atau melepaskan, manakah yang harus ia pilih?
Yuk, mampir di karya author D'wie!
Semoga suka.
Saranghaeyo 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.20 Ayesha dan Tisya
"Za, kamu kenapa?" tanya Tisya dan Ayesha panik saat melihat Oryza masuk ke dalam cafe tempat mereka janjian dengan berurai air mata.
Tisya lantas segera merangkul pundak Oryza dan menuntunnya untuk duduk di sampingnya. Kemudian Tisya merengkuh pundak yang rapuh itu, meminjamkan pundaknya untuk menjadi sandaran bagi Oryza untuk menumpahkan tangis yang teredam di pelukannya. Di sebelahnya, tangan Ayesha terulur mengusap pelan punggung bergetar Oryza dengan mulut terkatup rapat, membiarkan ibu dua anak itu menumpahkan kesedihannya tanpa interupsi.
Setelah keadaan Oryza cukup membaik, barulah Tisya melepaskan pelukannya. Ayesha lantas mengambil tisu dari dalam tasnya dan memberikannya pada Oryza untuk menyeka air mata yang masih setia menetes.
"Sya, aku ... aku harus bagaimana? Aku ... anak-anakku ... Raja ... Ratu ... Mas Hendrik mengambil mereka, Sya. Aku ... aku harus bagaimana, Sya? Aku ... hiks ... hiks ... hiks ... Bagaimana kalau mas Hendrik menjauhkan aku dari mereka? Aku nggak sanggup, Sya. Aku nggak bisa hidup tanpa Raja dan Ratu. Mereka ... mereka itu hidup aku, Sya. Tolong aku, Sya! Aku harus apa? Aku harus bagaimana? Hiks ... hiks ... hiks ... " ucap Oryza sesegukan membuat Tisya yang mendengarnya sontak membulatkan matanya.
"Za, coba tenangkan diri kamu sejenak lalu ceritakan kronologisnya pelan-pelan," ucap Tisya seraya menggenggam erat tangan Oryza. Ayesha duduk diam menyimak dengan seksama di sebelahnya. Mungkin karena Tisya lah yang merupakan sahabat Oryza, jadi perempuan itu lebih fokus ke arah Tisya.
Oryza lantas mengangguk. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan kemudian ia pun mulai menceritakan semua kejadian yang dialaminya hari ini. Semuanya, tanpa ia tutupi.
Tisya dan Ayesha mengetatkan rahangnya dengan tangan mengepal. Mereka pun ikut marah dan emosi dengan perlakuan Hendrik pada Oryza. Bukan hanya Tisya dan Ayesha, seseorang yang duduk di balik dinding yang bersebelahan dengan meja mereka pun ikut mengepalkan tangannya dengan sorot mata memancarkan emosi yang menggelegak. Gemuruh di dadanya bergejolak seakan ada gunung meletus yang siap memuntahkan laharnya.
"Dasar laki-laki breng-sek. Sialan. Kurang ajar. Awas aja kalau ketemu, bisa habis wajah itu gue cakar-cakar," desis Ayesha dengan kedua tangan terangkat ke atas seolah siap mencakar.
"Breng-sek. Dasar bajing-an. Rasanya pingin gue sleding tuh kepala tak berotak Hendrik. Untung aja loe cepat tahu kebusukan bajing-an itu, Za. Kalau nggak, huh gue nggak tahu ke depannya loe kayak gimana," desah Tisya kesal lalu ia mengangkat cangkir berisi macchiato miliknya dan menyesapnya perlahan.
"Tapi gimana dengan anak-anakku, Sya, Sha," ujar Oryza dengan wajah sendu. Matanya sudah bengkak dengan hidung memerah. "Bahkan kini aku nggak tahu harus kemana. Pikirkan ku tadi benar-benar dangkal. Aku mau mengajak Raja dan Ratu, tapi aku nggak punya tujuan sama sekali. Mungkin benar apa yang dikatakan mas Hendrik, aku ... aku ... "
"Udah Za, kamu nggak usah khawatir tentang tempat tinggal. Kamu Tinggal aja di apartemen Abang aku. Kebetulan dia nggak ada di sini jadi kamu bisa tinggal di sana sementara," cetus Ayesha santai sambil mengunyah kentang goreng miliknya.
"Tapi apa itu nggak papa? Gimana kalau ... "
"Udah, nggak usah banyak pikiran. Apartemennya nggak jauh dari Angkasa Mall jadi kamu bisa kesana naik ojek atau kalau mau sekalian olahraga bisa dengan jalan kaki," ujar Ayesha seraya tergelak.
"Bener tuh Za, kamu mau ya? Abang Yesha itu super baik kok. Cakep juga. Kalo-kalo aja setelah loe cerai sama si kutu kupret itu loe bisa berjodoh sama abangnya Yesha, gimana Sha, loe nggak masalah kan?" ujar Tisya seraya mengerlingkan sebelah matanya pada Ayesha.
"Oh, tentu. Nggak masalah. Aku sih fine fine aja," sahut Ayesha sambil mengulum senyum.
"Ck ... kalian apa-apaan sih. Gini-gini aku statusnya masih istri orang kalau kalian lupa. Ngajuin gugatan aja belum," cicitnya sambil memijit pelipisnya.
Biarpun rada usil, setidaknya pertemuannya dengan kedua orang ini cukup meringankan bebannya. Oryza sebenarnya merasa sungkan menerima kebaikan Ayesha apalagi ia saja baru mengenal Ayesha tapi untuk mencari tempat tinggal sementara ini juga ia masih bingung. Tabungannya hanya ada beberapa juta saja. Selama ini ia terlalu percaya pada Hendrik sampai tak pernah berpikir untuk memiliki tabungan pribadi. Kalau ada butuh atau ingin sesuatu, biasanya ia akan langsung meminta pada Hendrik. Itupun tergolong jarang karena ia tak terbiasa banyak meminta. Kecuali tabungan pendidikan untuk kedua putra dan putrinya, ia memang membuatkan khusus. Mungkin sebaiknya sementara ini ia menerima tawaran Ayesha. Setelah bekerja nanti, ia akan mencari kontrakan murah untuk dirinya.
"Jadi gimana? Mau kan?" tanya Ayesha lagi lantas Oryza segera mengangguk. Semoga saja tidak menimbulkan masalah di kemudian hari, batinnya.
"Za, berkas-berkas perceraian loe udah siap semua?" tanya Tisya.
Oryza lantas mengambil tas selempannya dan mengeluarkan dokumen-dokumen yang dibutuhkannya untuk mengajukan gugatan perceraian.
"Good," seru Ayesha dengan tersenyum lebar saat melihat berkas-berkas itu. "Kamu tinggal duduk manis aja di apartemen. Tidur, istirahatkan badan, tenangkan pikiran. Semua akan ada yang mengurus. Kalau ada yang dibutuhkan, entar kuasa hukum yang menangani masalah kamu yang akan menghubungi. Oh ya, besok kamu ikut Tisya ke Angkasa Mall buat mulai kerja," imbuh Ayesha membuat Oryza memandang kagum kada Ayesha.
"Tapi biayanya? Kira-kira pakai kuasa hukum biayanya mahal nggak, Sha?" cicit Oryza khawatir.
"Tenang aja, nggak mahal kok. Bisa hutang dulu juga. Kalau semua udah beres, baru deh hitung-hitungan jadi kamu bisa tenang."
"Terus kira-kira aku bisa mendapatkan hak asuh anakku nggak ya?" desah Oryza frustasi yang masih galau memikirkan anak-anaknya.
"Ck ... pengacara yang bakal jadi kuasa hukum loe itu bukan kuasa hukum sembarangan, Za. Mereka pengacara dari firma hukum ternama di negeri ini jadi loe tenang aja. Apalagi jelas, si kutu kupret itu udah mengkhianati loe, jadi itu tentu nggak akan sulit ," timpal Tisya.
"Tapi kan bukti-buktinya masih belum cukup, Sya."
"Ck ..
itu mah gampang. Seperti kata Yesha tadi, loe nggak usah banyak pikiran. Mending kita ke apartemen loe, tidur, istirahat yang cukup, tenangkan pikiran, terus berdoa semoga dilancarkan dan dimudahkan. Gue yakin, urusan ini nggak butuh waktu lama buat dituntasin."
"Kalian kok baik banget sih!" Oryza terharu dengan mata berkaca-kaca mendapatkan perlakuan sebaik ini dari kedua orang itu. "Aku jadi merasa berhutang budi banget sama kalian."
"Kamu nggak usah mikirin itu deh. Gue juga ngelakuin ini nggak gratis kok," ucap Ayesha keceplosan. Ayesha lantas menutup mulutnya lalu melirik Tisya yang melotot tajam padanya.
"Maksudnya?" Tanya Oryza bingung.
"Ya nggak gratis, kan kami mengharapkan pahala dari Allah. Bukankah menolong sesama itu wajib hukumnya," kilah Tisya sambil terkekeh yang diangguki Oryza polos.
'Selamat,' seru Ayesha dan Tisya dalam hati.
"Makasih ya, Sha, Sya atas bantuannya. Entah, aku nggak tahu akan seperti apa nasibku kalau nggak bertemu kalian," ucap Oryza tulus.
"Loe apaan sih Za? Loe kan sahabat gue jadi wajar kan gue bantu loe," ucap Tisya sambil mendelik tak suka.
"Iya Za, kamu itu kan sahabatnya Tisya otomatis kamu juga sahabat aku apalagi ... eh ... apalagi aku benci banget yang namanya perselingkuhan jadi aku seneng banget bisa bantu kamu," ucap Ayesha seraya tersenyum lebar.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Yang sebrang pintu lebih aduhai...