Love Is Rain

Hiruk pikuk bunyi suara musik tidak membuat Bie ikutan larut dalam suasana gembira itu. Ia hanya duduk menyendiri melihat kegembiraan teman-temannya merayakan pesta.

Bie memandangi jalannya acara dari sudut hotel. Ia tampak sangat sedih berbeda sekali dengan perasaan semua yang hadir di pesta.

Dimas menghampiri Bie setelah memastikan semua acara berjalan lancar. Ia duduk di samping gadis itu.

"Nggak ikutan yang lain, semua teman bernyanyi di panggung, kenapa Lo menyendiri?"

"Apakah Lo merasa bahagia saat ini?"

"Apa maksud Lo?"

"Pesta perpisahan. Kenapa harus mengadakan pesta buat merayakan perpisahan. Sesuatu yang rancu. Bukankah perpisahan itu identik dengan kesedihan. Kenapa kita harus mengadakan pesta?"

"Lo bisa aja."

"Dim, gue malah sedih. Setelah ini kita pasti akan berpisah. Menuntut ilmu ke perguruan yang diinginkan. Ada ke luar kota bahkan ke luar negeri. Apakah kita masih bisa dapat bertemu lagi?"

"Tentu aja. Gue akan tetap menemui Lo saat libur kuliah."

"Lo mau kuliah ke luar kota atau keluar negeri juga?"

"Ya, bokap ingin gue ke perguruan tinggi di kota Jakarta."

"Semoga Lo sukses," gumam Bie.

"Terima kasih. Gue tak akan melupakan Lo. Gue akan menghubungi Lo pagi siang dan malam."

"Udah kayak minum obat aja. Tapi itu lebih baik, agar Lo nggak lupa sama gue," ucap Bie. Bie dan Dimas tertawa bersama.

Gue tak akan pernah melupakan Lo, Bie. Sampai kapanpun. Lo telah menempati tempat terindah di hati ini.

Saat mereka sedang berbincang, Alex datang menghampiri.

"Maaf Bie, Keenan mau bicara. Ia menunggu di taman."

"Terima kasih, nanti gue temui," ucap Bie. Dimas memandangi Bie dengan tatapan menyelidik.

"Gue tunggu di pintu, nanti gue antar ke Keenan."

"Oke, tunggu sebentar."

"Keenan kemarin mengajak gue bicara. Menurut Lo, gue harus temui Keen atau nggak."

"Sebaiknya Lo temui aja. Siapa tau ada yang perlu Keen omongkan. Bukankah kita akan berpisah."

"Gue temui Keenan dulu, Dim."

"Oke, gue gabung dengan teman lain di sana. Jika Lo ada perlu sama gue, cari aja kesana."

"Siiippp ...." ucap Bie berjalan menuju Alex yang menunggu di pintu keluar hotel.

"Lex, mari. Dimana Keenan menunggu."

"Di taman. Gue antar Lo dulu."

Sampai di taman Alex menunjuk ke arah Keenan menunggu.

"Itu Keenan, apa perlu gue antar Lo sampai ke Keenan duduk."

"Nggak usah, gue bisa sendiri."

"Kalau gitu, gue pamit."

Alex meninggalkan Bie sendiri. Perlahan Bie berjalan menuju Keenan duduk.

"Selamat malam, Keen," ucap Bie begitu sampai dihadapan Keenan.

"Bie, akhirnya kamu datang. Aku kira kamu tak akan mau menemui aku lagi."

Bie duduk di samping Keenan sambil menunduk.

"Minum dulu, Bie," ucap Keenan memberikan segelas air minum.

"Terima kasih, kamu sengaja membawa minum." Bie menjadi heran karena telah tersedia dua gelas air minum di dekat Keenan.

"Alex tadi yang memberi, aku yang meminta tolong ambilkan."

"Bie ...." panggil Keenan. "Maafkan aku atas semua yang pernah aku lakukan. Tak seharusnya aku mencurigai hubunganmu dan Dimas. Semestinya aku bisa terima keputusanmu. Dimas benar, bukan hanya aku yang terluka, tapi kamu juga."

"Sudahlah, Keen. Tak perlu di bahas itu lagi. Sebaiknya kita terima semua ini. Kamu juga telah menjadi kekasih Cath."

"Bie?" ucap Keenan lirih, Beverly yang ada disampingnya mengangkat kepalanya untuk menatap wajah pria itu. "Salahkah aku jika aku semakin mencintaimu disaat aku berusaha menerima kenyataan bahwa aku harus melupakanmu?"

Beverly terdiam, ia membuang mukanya dikala Keenan mengucapkan dua kalimat pertamanya.

"Keadaan memaksaku untuk terus berbohong! Aku tidak mencintai Catherine tapi seolah-olah aku mencintainya? Bukankah dasar dari cinta adalah kejujuran, bagaimana aku bisa belajar mencintai jika tidak ada kejujuran didalam sana? Haruskah aku membohongi setiap kejujuran bahwa aku hanya mencintaimu?" Keenan menekan dikata "Mencintaimu"

Keenan mengamit tangan Beverly pelan. "Bie, Maafkan aku, akan kukatakan semuanya pada Catherine, jika terus begini dia akan tersakit nantinya dan akhirnya aku, dan kamu sendiri juga akan tersakiti, bagaimana bisa aku bertahan dengan wanita yang aku jadikan pelarian, sedangkan sebenarnya cinta sejatiku adalah orang yang sedang ada dihadapanku."

"Kamu Bie."

Beverly terdiam, entah ada angin apa dengan Keenan, setelah selesai mengucapkannya, Keenan mengajak Beverly pergi ke salah satu kamar dengan alasan kegerahan, padahal Beverly juga merasakan kegerahan, tapi naluri Beverly mengatakan bahwa akan lebih gerah jika berada didalam kamar.

Sebagai anak pemilik hotel tempat dimana mereka mengadakan pesta perpisahan, Keenan dan keluarga memiliki kamar khusus di hotel itu.

Tapi entah kenapa, Beverly hanya mengikuti semua keinginan Keenan sehingga mereka kini terjebak didalam kamar itu hanya berdua, disaat semua orang sedang merayakan pesta kelulusannya.

"Bie? Dengarkan, aku mencintaimu!" lirih Keenan mendorong Beverly ke tembok dan menyudutkannya.

Keenan langsung menyerang bagian sensitif Beverly namun Beverly yang masih setengah sadar langsung menampar Keenan yang hendak menodainya.

"Kau gila! Kau kekasih sahabatku!" teriak Beverly hendak keluar namun ditahan oleh Keenan.

Keenan kemudian menarik Beverly ke ranjang dan menindihnya disana. "Aku hanya mencintaimu! Dan sudah kutegaskan saat ini!"

Keenan kemudian mulai mencium bibir Beverly, getaran itu terasa berbeda, tidak membohongi diri, Beverly juga mencintai Keenan.

Beverly tidak bisa menolak apa yang Keenan lakukan, karena jujur ia juga menginginkan itu.

Ada apa ini. Kenapa aku sangat menginginkan Keenan menyentuh tubuhku ini?

Hawa panas yang mereka rasakan itu semakin menjadi dan dengan kesadaran yang sudah hampir sepenuhnya hilang, Beverly tanpa sadar memberikan mahkota yang paling berharga dari dirinya.

Beverly dan Keenan melakukan hubungan yang tak seharusnya mereka lakukan. Mereka terbawa gairah sesaat yang diakibatkan minuman yang diberikan Alex.

Beverly tidak sadar jika sejak saat ini penderitaan dalam hidupnya telah dimulai.

Beverly dan Keenan belum juga menyadari jika mereka dalam pengaruh obat per*ng*ng yang simasukan temannya Alex.

Alex yang pernah menyukai Beverly memang tak menerima saat mengetahui jika gadis itu akhirnya jatuh ke dalam pelukan Keenan.

Disaat sorak kelulusan terdengar seru, Beverly besoknya mungkin harus menangisi nasib dirinya karena kehilangan kesuciannya disaat teman yang lain bahagia menikmati euphoria kegembiraan.

Setelah melakukan hubungan terlarang itu Beverly dan Keenan tertidur.

Bersambung

*********************

Apakah yang Bie lakukan saat ia sadar dan terbangun di pagi hari?" Nantikan terus kelanjutan dari novel ini. Terima kasih.