Berniat berlari dari penagih utang, Kinan tak sengaja bertabrakan dengan Reyhan, laki-laki yang berlari dari kejaran warga karena berbuat mesum dengan seorang wanita di wilayah mereka.
Keduanya bersembunyi di rumah kosong, sialnya persembunyian mereka diketahui oleh warga. Tanpa berpikir lama, warga menikahkan paksa mereka.
Keinginan menikah dengan pangeran yang mampu mengentaskan dari jerat utangnya pupus sudah bagi Kinan. Karena Reyhan mengaku tak punya kerjaan dan memilih hanya menumpang hidup di rumahnya.
READER JULID DILARANG MASUK!
Ini hanya cerita ringan, tak mengandung ilmu pelajaran, semoga bisa menjadi hiburan!
Tik tok : oktadiana13
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Okta Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Namanya Reyhan
"Ye malah ngelamun? Lagi ada masalah dengan suamimu?" tanya Sisil kembali.
Aku tak mau membuka lebar aib pada siapa pun, sehingga tak pernah menjawab pertanyaannya. "Aku boleh gak tiduran disini bentar aja?" Tanpa persetujuan dari Sisil, aku langsung membaringkan tubuh di tempat tidur mewah ini. "Ya ampun aku nyaman dan ngatuk banget Sil." Walaupun dalam hati lebih nyaman tidur di pelukan Rey. Aku menghembuskan napas gusar, lagi-lagi dia berlarian di otak ini.
"Bangun, nanti di marahi Mbak Susi loh!" Sisil menarik tanganku dengan wajah ditekuk.
"Dia itu kenapa bossy banget ya? Sebel aku punya temen kayak gitu." Aku merapikan tempat tidur yang sedikit berantakan itu.
"Dia itu senior." Aku mencebikkan bibir. Senior tapi semena-mena sama juniornya. Aku kini berjalan melihat kamar mandi kamar ini. Mulut ini ternganga melihatnya. Sumpah ini mewah banget. "Udik," ledek Sisil kembali. Pasti dia baca mimik wajahku yang terheran ini.
Aku berdecak sebal. "Apaan sih?" Tangan ini meraba-raba bathtub mewah yang mengarah langsung ke pemandangan luar yang indah. "Eh Sil, aku gak bisa ngebayangin, pas lagi berendam berdua bersama pangeran itu terus ada yang ngintipin pakai heli gimana? Secara ini terbuka banget. Ha ha ha." Kami tertawa geli bersama.
"Eh Kinan, mana ada yang berani ngintipin sultan?" Aku kini berjalan mendekati shower kamar mandi mewah ini. "Jangan pegang-pegang! Itu semburannya luar biasa loh, aku aja pernah basah kuyup di bawahnya," seru Sisil.
Tak henti-hentinya kami tertawa. "Kuatan mana sama semburan pompa sanyo pipa rucika?"
"Kuatan semburan pipa suamimu?"
"Suamiku kuatnya cuma sepuluh menit aja."
Sisil tertawa seraya memukul bahuku pelan. Astaga aku kelepasan bongkar aib. "Eh ceritain malam pertama dong Kinan! Biar kalau nikah gak polos-polos banget."
Aku berjalan pelan menatap pemandangan luar. "Malam pertama itu, kayak naik roller coaster. Kita tuh kayak terbang ke atas turun lagi terbang lagi ...."
"Turun lagi," sambar Sisil dengan wajah cemberut. "Yang jelas dong!" Dia mendengus kesal. "Berarti cowok bilang kuat berjam-jam bahkan sampai pagi tuh cuma bohong 'kan? Aku itu gak bisa ngebayangin."
"Kamu tau dari mana cowok sering bilang kayak gitu?" Kalau suamiku bohong. Gak tau kalau pangeran pemilik hotel mewah ini. Ha ha ha." Suara tawa kami terus mengema di seluruh ruangan kamar mandi. "Tak bisa ku bayangkan, bagaimana kalau berciuman disini? Pasti suara decapannya merdu sekali."
"Yang ada malah gak ada sepuluh menit udah kelar. Ha ha ...." Ledekan Sisil membuatku terus mengingat reptilia berkaki dua itu. Rasanya tak sabar menagih ucapan yang keluar dari mulutnya jika bisa kuat sampai pagi menjelang. Ah, tapi aku 'kan sedang tak mau memaafkannya.
"Sisil ... Kinan."
Mata kami membulat mendengar suara itu. Mbak Susi datang menghampiri kami di kamar mandi. "Kalian itu ngapain? Sebentar lagi Pak Reyhan mau datang."
Hah Reyhan?
"Iya Mbak ini juga lagi bersih-bersih," gerutu Sisil dengan mengerutkan muka.
"Cepetan! Nanti kalau masih ada debu, aku juga yang disalahin Pak Reyhan. Bukan kalian," gertaknya.
Sisil menekuk muka seraya memandangi luar jendela. Sepertinya dia sangat biasa dimarahi seperti ini. Wanita bernama Susi itu langsung keluar meninggalkan kami.
"Padahal Pak Reyhan itu gak pernah komplen masalah kebersihan kamarnya. Karena memang debu aja milih, mana mau mereka menempel di kamar semewah ini. Ini itu cuma akal-akalnya Mbak Susi aja." Sisil berjalan keluar kamar mandi dan aku mengikutinya.
Aku mengangkat kedua bahu, karena masih baru dan belum mengenal wanita itu. Aku hampir lupa menanyakan sesuatu. "Jadi pangeran itu namanya Reyhan?"
Sisil mengangguk. "Kenapa?" tanyanya dengan menganggkat kedua alis. Aku menggelengkan kepala. Kenapa namanya harus sama dengan reptilia itu? "Ngelamun apa sih Kinan?"
"Enggak em ... perasaanku mengatakan itu pangeran kayaknya buaya juga deh," tebakku.
"Tau aja."
"Hah beneran?"
"Suka gonta ganti pasangan," jawab Sisil.
"Ih," Aku menggedik geli. "Terus kamu mau gitu sama pangeran buaya kayak gitu?" sindirku dengan mengangkat dagu. "Kalau aku sih ogah."
Sisil merangkul pundakku. "Kalau aku mau aja, yang penting dia udah insyaf. Yakin deh mulut mu juga bakal ternganga melihat ketampanannya," ucap Sisil dengan yakin.
Aku menggelengkan kepala. "Jangan-jangan lebih tampan babang tamvan Andika!" ledekku seraya memegangi perut yang semakin mengeras.
"Kita lihat satu jam lagi dia akan datang!" Sisil menatap jam yang melingkar di tangan kirinya. "Ingat ya Kinan kamu udah punya suami. Jangan sampai berhalu dengan pangeran pemilik hotel ini! Dosa. Apalagi menikmati cinta satu malam disini. Jangan! Gaji kita sebulan gak bakal sanggup bayar menginap semalam di kamar ini. Ha ha ha."
❤
❤
❤
❤
Lanjut hari ini apa minggu depan? 😄