Satu malam yang dia habiskan bersama seorang pria yang baru dikenalnya setelah dia memergoki tunangannya berselingkuh.
Setelah kejadian itu, dia mempunyai dua anak kembar yang lucu bernama Langit dan Bulan. Bertahun tahun hidupnya tenang dan bahagia bersama anak anaknya hingga datanglah Zen Abraham Malik ayah biologis dari si kembar.
Lovely sangat takut jika rahasia yang dia pendam diketahui oleh CEO atau bosnya sendiri Zen. Zen yang tahu pasti akan mengambil anak dari tangannya. Apa yang tidak bisa dilakukan dengan kekuasaan dan uang ditangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Hutabarat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19 bertemu dengan kembar
Akhirnya mau tak mau Lovely membawa Zen kerumahnya, tepatnya rumah kontrakannya yang kecil. Lovely baru tahu bahwa semenjak dia bertemu dengan Zen di perusahaan miliknya, pria itu selalu memperhatikan tingkah lakunya, memang uang bisa membuat segalanya menjadi mungkin.
" Boleh aku tahu bagaimana kau bisa begitu yakin bahwa aku mempunyai seorang anak? " Kata Lovely sembari menoleh memandang wajah pria di sampingnya. Lama Zen tak menjawab hanya memandang jalan di depannya. Mobil itu berjalan dengan lambat menurut Lovely, dia merasa pria ini sengaja melakukannya.
" Aku tahu aku mempunyai anak sebelum aku bertemu lagi denganmu... "
" Bagaimana bisa? "
" Intuisi seorang pria,? "
" Kau selalu menjawab intuisi saja, " Jawab Lovely sambil mengerucutkan bibirnya yang merah tanpa sadar.
" Kau menggodaku nona ?"
" Aku.... "
" Kau membuat bibirmu terlihat menggoda, aku ingin menciumnya, sayang saat ini keadaanku sedang menyetir, jadi kau selamat kali ini. " Goda Zen dengan mengerlingkan sebelah matanya.
Harusnya Lovely merasa takut atau sedih karena laki laki ini akan menemui anaknya atau bahkan membawa anaknya pergi, alih alih cemas dia malah menikmati kebersamaan mereka. Laki laki ini pintar membuat suasana menjadi rileks dan nyaman.
Mereka telah sampai ke depan rumah. Mobil parkir tepat di depan rumah itu. Dua anak kecil keluar dari rumah, tapi segera berhenti begitu melihat mobil asing yang datang.
" Adus.. uyan obingnya... " ucap Langit kepada Bulan. Melihat mommienya yang keluar Langit dan Bulan langsung berlari menghampiri mommienya.
" Mommie.... " Badan gempal itu sampai lebih dahulu menyambut pelukan Lovely, " Mommie ku uyan... "
" Ini mommie bulan juga.. " kata Bulan tak mau kalah masuk dalam rengkuhan pelukan Lovely,
Zen terharu melihatnya, hatinya bergetar melihat si kembar, kedua anaknya. Dia melangkah pelan melihat keindahan yang dia harapkan selama ini. Yah... ini keluarganya.
Nafasnya terengah engah, jantungnya berdegub dengan kencang. Dia bahkan yakin bila jantung itu tidak melekat ditubuhnya maka akan meloncat keluar. Dia memegang dadanya, rasa bahagia menjalar hingga ke sanubarinya.
Lovely memandang Zen, dia berdiri dan menggandeng tangan anak anaknya mendekat ke arah Zen.
" Mom... anyit ndak uka om iniy... anyit atut... om nyakang mom... anyit ndak uka... " ujar Langit berada di belakang kaki Lovely.
" Kau membuat kesan buruk untuk Langit. "
" om ini kelihatan baik kok langit. " kata Bulan mendekat kepada Zen.
" Hai sayang kau sangat cantik sekali, seperti ibumu..? " kata zen berjongkok mensejajarkan tinggi badannya. Dia ingin sekali memeluk anak ini.
" Bulan memang cantik seperti balbei.. apakah om pacal mommie..."
" Biarkan dia love, om pacal mommie mu, "
" Bellalti mau jadi ayah bulan..."
" Kalau bulan boleh, bulan bisa panggil dady sekarang sama om. "
" Daddy... apa itu..? "
" Ayah... artinya Bulan... "
" Uyan... anyit ndak mau unya ayah itu... seyem... "
" Bulan mau kok.. hole... Bulan punya ayah... "
" Bisakah kita masuk ke dalam, lihatlah banyak penghuni kontrakan lain yang melihat kita "
" Lovely sebaiknya mbok pulang dulu, tadi den Rudy datang mencarimu. " kata mbok Na sambil bersiap membawa tas jinjingnya. "
"Terimakasih Mbok..... kau mau menjaga anak anak.. " Zen mendekat ke arah perempuan paruh baya itu. Dia membuka dompetnya dan memberikan semua uang didompetnya keoada Mbok Na.
" Terimalah ini wujud terima kasihku karena telah membantu Lovely selama ini, ini tidak seberapa dengan yang kau lakukan. " Tangan mbok Na gemetar menerima uang yang banyak itu. Dia melihat ke arah Lovely yang menganggukkan kepalanya.
" Ini terlalu banyak tuan tapi saya akan menerimanya, kata orang menolak rejeki itu tidak boleh. " Mbok Na menerima uang itu. Wajahnya terlihat sumringah. " Alhamdulillah... "
kata si mbok sambil mencium uang itu. " Uangnya orang kaya memang berbeda Lov... wangi.... ya sudah si mbok pulang kalau kalian mau berbicara lebih akrab. Tuan ini ayahnya anak anakkan? Wajah tuan mirip dengan Langit atau wajah langit persis dengan wajah tuan tak ada yang dibuang sedikitpun."
Setelah si mbok pergi mereka berempat masuk ke dalam rumah Lovely,
" Kau dan anak anak tinggal dikotak kecil ini? "
" Ya, kalau kau tidak nyaman kau bisa pulang ke rumahmu. Disini tak ada AC bila kau kegerahan, yang ada hanya kipas angin. Itu..?" Tunjuk Lovely pada kipas angin besar. Sambil tersenyum.
Berbeda dengan Zen, dia sangat sedih dan prihatin melihat keadaan anak anaknya selama ini. Kamar kecil dengan kasur busa dilantai berhimpitan dengan sebuah meja kecil tempat Lovely meletakkan termos dan botol botol susu, Diatas tempat tidur ada nakas yang ditempelkan didinding. Tempat semua perlengkapan anak anak dan juga beberapa barang pernik kecil yang tidak boleh diambil oleh Kembar. Sebuah lemari plastik hanya itu barang yang ada dikamar itu.
Zen menitikkan air matanya, "seharusnya aku membawa kalian dari kemarin atau aku mencarimu, sayang aku tidak tahu namamu sama sekali waktu itu. "
" Kau pasti sangat repot mengurus kembar maafkan aku... sungguh maafkan aku... " Zen menekan kedua pelupuk matanya menahan air mata yang akan terjatuh keluar.
" Om.. menangis... dah besal nda oyeh angis... aya mommie uga seying angis mayam mayam.
" Akhirnya Langit mendekat ke arah Zen. Zen tak tahan lagi.. direngkuhnya tubuh Langit.
" Maafkan daddy, childs. Daddy akan membayar setiap tangis kalian dengan kebahagiaan. " Langit telihat bingung melihat Daddynya menangis, Bulan ikut menangis melihat daddynya menangis ada ikatan darah yang memyatukan hati mereka.
" Daddy jangan menangis Bulan ikut sedih... " Bulan ikut mendekat ke arah Daddynya. Lovely terharu sekaligus heran bagaimana bisa dalam hitungan menit anak anak langsung bisa menerima ayah mereka.
Dia pergi ke dapur menyembunyikan air matanya yang keluar. Dia mencoba menenangkan diri. Hatinya ikut menangis melihat pemandangan itu.
ceritanya bagus, keren banget 👍
semoga sukses selalu