Kekejaman dan sifat arogan dari seorang pengusaha muda yang banyak digandrungi para wanita serta pebisnis karena perusahaannya yang mendunia tidak dapat diragukan lagi.
Meski kejam tapi dia memiliki wajah sangat tampan dan banyak uang.
Itulah yang membuat wanita berlomba mendapatkan perhatiaannya.
Namun tidak dengan seorang gadis pemiliki coffe shop seberang kantornya.
Jika para wanita berteriak memanggil namanya dan memujanya, maka gadis itu hanya diam saja dengan cueknya.
Hal itulah yang membuat pengusaha itu penasaran dengan si gadis yang cuek dan dingin itu.
Apakah pengusaha itu mampu mendapatkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Jack membawa masuk dokter wanita itu begitu saja di ikuti dokter Anton dibelakangnya. Melihat kehebohan yang terjadi menyebabkan anak buah El yang berjaga didepan juga ikut panik dan masuk kedalam ruangan di mana bos mereka berada.
El yang masih memeluk Seina yang mulai tenang dibuat sangat kaget karena melihat banyaknya orang yang masuk kedalam ruangan Seina. Bahkan anak buahnya juga ikutan.
"Apa yang kalian lakukan? keluar!" marah El menatap tajam anak buahnya tapi tetap menahan suaranya agar tidak berteriak karena takut membuat Seina kembali shock.
"Maaf bos kita panik waktu liat Jack bolak-balik lari, mana mukanya juga panik lagi kitakan jadi ikutan panik bos" ucap seorang dari mereka.
Seina yang mendengar suara pria lain diruangannya langsung kembali menegang bahkan bergetar, kalau saja wajahnya tidak tertutup dada bidang El bisa dipastikan kalau dia akan berteriak. El kembali mengusap punggungnya untuk menenangkan kembali.
"Keluar" ucapnya tajam dan penuh intimidasi.
Anak buah El bergegas keluar dari ruangan itu karena tidak ingin mendapat amukan lagi. Tinggallah dokter Anton dan Jack yang ada disana masih melihat dua sejoli yang berpelukan.
Sedangkan dokter wanita bernama Loreta itu sudah mendekati Seina untuk memeriksanya.
El menatap semakin garang pada kedua pria yang seakan tidak merasa bersalah itu kerena tidak kunjung keluar.
Akhirnya Anton sadar dengan arti tatapan maut El padanya.
"Ayo keluar" bisik Anton pelan pada Jack.
"Aku ingin melihat" ucap Jack santai.
Anton langsung menarik Jack tanpa berkata lagi akibat tatapan yang semakin mematikan dari El. Meski Anton sudah lama mengenal El sejak ia sering mengobati ayahnya yang sakit, tapi tetap saja tatapan maut El sangat menakutkan baginya.
"Kenapa kau menarikku?" kesal Jack pada Anton yang beru menutup pintu.
"Kau tidak lihat pandangan bos mu tadi? rasanya aku seperti akan dikuliti hidup-hidup olehnya" ucap Anton bergidik ngeri.
"Benarkah? ah untung saja aku tidak melihatnya tadi" kata Jack sembari mengusap dadanya bersyukur.
"Untung katamu? kalau aku tidak menarikmu keluar aku jamin botol air mineral yang masih penuh dinakas tadi akan melayang kearahmu" kesal Anton.
Jack hanya mengangkat bahunya acuh seakan ucapan Anton tidak penting karena yang paling penting baginya selamat dari singa bucin didalam.
Didalam ruangan, dokter Loreta kebingungan bagaimana harus memeriksa pasiennya ini.
Seina memang takut dengan pria tapi entah mengapa bau tubuh El seakan membuatnya merasa tenang. Itu sebabnya ia bisa menerima pelukan El padanya bahkan sulit di lepaskan.
"Seina, lepas dulu ya dokternya mau periksa kamu dulu" ucap El lembut sembari menarik pelan bahu Seina.
Sein menggeleng keras semakin mengeratkan pelukannya.
"Kapan psikiater itu tiba?" tanya El tanpa melihat dokter Loreta, nada suaranya juga berubah jadi tajam.
Dokter Loreta heran dengan perubahan sikap El yang drastis itu, tapi ia tidak mempermasalahkan hal itu.
"Sore ini beliau tiba tuan" ucap Loreta.
"Katakan padanya untuk segera kesini jika tiba"
"Baik tuan"
El menarik tangan Seina yang mulai melemah dipelukannya lalu melihat apa yang terjadi pada gadis itu. Seina tertidur dalam pelukan El karena sudah lelah dengan pikiran kalutnya.
Tubuh Seina dibaringkan pelan-pelan pada bednya agar tidak terbangun. Setelahnya barulah El turun dari bed agar dokter Loreta bisa memeriksanya.
"Semuanya sudah stabil, detak jantung normal hanya napasnya yang masih naik turun tergantung emosinya, jadi sebisa mungkin jangan sampai membuatnya shock" jelasnya.
El berdehem menjawab ucapan dokter Loreta.
"Tugas saya sudah selesai, saya permisi dulu tuan" dokter Loreta menundukkan kepalanya sejenak tanda pamit.
Seperti tadi El hanya berdehem saja menyahutinya. Dokter Loreta pergi dari ruangan itu mendapati dokter Anton juga pria yang menariknya tadi masih disana.
"Bagaimana?" tanya Jack penasaran sembari memegang tangan dokter Loreta.
"Apaan sih pegang-pengang? dari nggak ada sopannya" sembur dokter Loreta menarik tangannya.
"Tau lo sembarangan aja" ucap Anton gantian memegang tangan Dokter Loreta.
"Sama aja" ketusnya.
Kedua pria itu menggaruk tengkuk mereka yang tidak gatal.
"Kata tuan kalau psikiaternya udah dateng langsung disuruh kesini aja"
"Trus nona gimana?" tanya Jack.
"Kayaknya tuan bisa bantu pemulihan untuk nona, soalnya tadi nona Seina nggak mau lepas dari tuan malah makin erat peluknya" ucapnya.
"Bisa jadi tapi kita belum bisa pastikan itu sebelum denger dari ahlinya, kalau berdasarkan apa yang aku ketahui Seina itu nggak pernah dekat sama laki-laki lain"
"Dokter Anton tahu dari mana?" tanya dokter Loreta penasaran.
"Seina sering periksa kesehatan sama aku, pernah sekali aku tahu dia digodain sama dokter muda kita tapi nggak respon sama sekali, karena aku penasaran pas dia datang lagi ku tanyain"
"Tanya apa?" penasaran Jack dan dokter Loreta.
"Nggak jawab apa-apa cuma bilang nggak biasa"
Seketika Jack juga Dokter Loreta meninggalkannya.
"Mau kemana kalian, dokter Loreta tunggu" ucapnya berlari mengejar wanita sering jadi patnernya kerja itu.
Jack mengetuk pintu ruangan Seina tapi lebih dulu dibuka El dari dalam.
"Perlu sesuatu boa?" tanya Jack.
"Nggak" El duduk disalah satu kursi tunggu disana lalu mengambil ponselnya.
Setelah tadi dia memastikan Seina tertidur pulas maka hal selanjutnya menanyakan misi.
"Bagaimana?" tanya El langsung.
"Dokter itu orang utusan Leo bos katanya dia dokter priabadinya yang datang jauh-jauh dari Jakarta cuma untuk ngasih obat lumpuh yang di pesan Leo langsung dari luar negeri, obat itu bisa buat lumpuh permanen katanya" jelasnya.
"Lalu?"
"Dia lakukan itu karena dijanjikan uang 50 jt sama jaminan hidup sampai mati"
"Kalau gitu kabulkan keinginannya" ucap El.
"Orang-orang yang kemarin?"
"Mereka juga suruhan Leo bos, menurut mereka gadis yang bernama Seina itu harus ditangkap untuk tanda tangan surat kuasa perusahaan papanya sebagai tanda kalau perusahaan itu diserahkan sama Leo yang merupakan pamannya dari ibu. Kalau udah tanda tangan gadis itu harus dihabisi tru kafenya juga mau dikuasai sama mereka" jelasnya.
El semakin geram mengetahui semua itu, ternyata benar informasi yang didapat Jack waktu itu yang mengatakan kalau Seina ahli waris tunggal perusahaan Nugroho Compani.
Ia tidak menyangka jika semua kekayaan yang didapatkan selingkuhan ibunya dulu itu adalah milik kakak iparnya sendiri yang direbutnya.
"Bereskan mereka dan besok kumpulkan orang kita yang masih ditempat"
"Kalau yang tugas bos?"
"Biarkan kita akan melakukan sesuatu nanti, bagaimana dengan yang mengintai perusahaan cabang milik Leo?"
"Besok pulang semua bos bawa laporan lengkap"
"Kumpulkan semuanya kalau gitu jam makan siang aku tiba"
"Siap bos"
El memutuskan sambungan telponnya dengan wajah yang menahan marah juga geram. Ia berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan mendapatkan kembali miliknya juga gadisnya.
"Aku akan mengembalikan semua kebahagian juga hak mu Seina" gumam El pelan.
Sikap Leo yang sudah tidak bisa ditoleransi lagi harus segera di bereskan secepatnya karena El tidak mau jika gadisnya terus merasa ketakutan setiap kali mendengar namanya disebut.
