Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.
Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.
Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.
Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.
Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.
Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.
Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 - Tingkat Kesukaan
Yuna sempat membuka mulut buat nolak.
“Eh… ga usah kak, aku–”
“Udah, masuk aja,” potong Rian sambil mendorong pelan punggung Yuna.
Yuna akhirnya cuma bisa pasrah, mukanya makin merah tapi langkah nya ikut.
Diikutin dengan bar love naik 1.
[♡ : 97 » 98]
Begitu mereka melangkah masuk, aroma khas toko baju langsung nyerang, wangi kain baru, AC dingin, dan lagu pop mellow yang diputer pelan.
Rak-rak pakaian tertata rapi, ada deretan hoodie warna pastel, kaos oversize, celana santai.
Rian mengelilingi sekilas lalu nyeletuk,
“Nah, kamu silahkan pilih. Mau yang lucu boleh, mau yang nyaman buat harian juga beli. Jangan malu-malu.”
Yuna berdiri canggung, jemari memainkan ujung lengan seragam nya..
“Tapi… aku jadi ga enak, kak…”
Rian mengambil satu kaos lembut warna sage dan menempelkannya di depan tubuh Yuna buat ngecek.
“Yang penting kamu nyaman. Udah, pikirin itu dulu.” Ucap Rian dan Yuna menerima kaos itu.
Dup..Dup..Dup..
“Mari mbak… dan mas… lagi nyari baju atau celana apa?” suara mbaknya lembut, ramah ala karyawan yang udah biasa ngadepin berbagai macam orang.
Rian senyum kecil.
“Oh iya, mbak… ruang gantinya di mana ya?”
Mbaknya langsung nunjuk sambil sedikit maju.
“Itu, mas. Maju dikit, terus belok kanan. Ada dua ruangan kecil yang kanan buat cewe, yang kiri buat cowok.”
Terus dia nambahin, lebih serius tapi tetap sopan,
“Dan jangan lupa dikunci pintunya ya, mas. Soalnya kita di sini nggak pakai tirai, ruangannya langsung pintu biar lebih aman.”
“Oke, makasih ya mbak,” ucap Rian.
“Iya mas, silakan dipilih dulu ya. Kalo butuh ukuran atau model lain bilang aja.”
Rian noleh ke Yuna yang dari tadi ngikutin sambil nunduk malu-malu.
“Nah, kamu juga coba ini juga,” katanya sambil ngasih dua baju kaos berbeda warna dan hoodie lagi.
Yuna refleks menerimanya dengan kedua tangan.
“I-iya kak…”
Mereka jalan menuju ruang ganti. Yuna ngeliat pintu kecil dengan tulisan “FITTING ROOM - CEWE”, terus nengok ke Rian buat minta kepastian.
“Masuk aja. Kunci pintunya ya,” kata Rian lembut.
Yuna angguk pelan, lalu masuk dan menutup pintu. Bunyi klik dari kunci langsung kedengeran.
Daripada bengong nunggu, Rian ngeliat mbak karyawan tadi lagi nata baju gantung.
Ia maju sedikit.
“Mbak, kalo baju yang model kayak gaun… ada di mana ya?” tanya Rian, sopan tapi jelas penasaran.
Mbaknya langsung berhenti menyusun baju dan lanjut berbicara dengan Rian.
“Oh, ikut saya mas. Untuk gaun dan dress ada di ruangan sebelah. Soalnya sini kebanyakan unisex, hoodie, kaos, sweater.”
Dia mulai jalan sambil ngarahin tangan.
“Di ruang sebelah modelnya lebih feminim. Ada dress santai, dress simpel buat jalan, sama yang sedikit rapi juga buat acara.”
Rian ngangguk sambil ngikutin.
“Ooh gitu ya, mantap mbak.”
Begitu masuk ke bagian dress, lampunya agak lebih hangat, deretan gaun warna lembut digantung rapi dari pastel sampai warna gelap elegan.
Rian berdiri sambil nyentuh satu dress putih polos yang jatuhnya lembut banget.
Kayaknya dia bakal cantik banget pake ini… tapi jangan yang terlalu kebuka. Yuna ini masih SMA.
Ia ambil satu yang potongan nya simpel dan sopan, berwarna pink, serta satu lagi berwarna biru muda yang jatuhnya manis dan masih berkerah.
“Ini jenis apa ya, mbak?” tanya Rian sambil menatap karyawan toko.
“Oh, ini Midi Pink Elegan, mas. Panjang selutut, memancarkan kesan feminin dan elegan.
Cocok untuk adik Anda, bisa dipakai di acara semi-formal hingga kasual pintar,” jawab mbak karyawan sambil tersenyum ramah.
“Kalau yang warna biru ini?” tanya Rian lagi, penasaran.
“Oh, yang ini Maxi Lengan Panjang, terbuat dari bahan beludru (velvet).
"Kerah besar dan tertutup, cocok untuk berbagai kesempatan. Masih sopan dan nyaman dipakai sehari-hari, tapi tetap terlihat manis,” jelas mbaknya.
Mbaknya pun sedikit komentar sambil senyum,
“Itu pilihan mas bagus semua. Banyak yang suka model itu, simple tapi manis.”
“Hehe, iya… Sepertinya cocok buat adik saya,” jawab Rian santai.
“Oh iya, mbak. Tolong bawain dulu gaun-gaun tadi, ke sebelah saya mau adik saya coba dulu,” pinta Rian.
“Baik, mas,” jawab kasir sambil mengambil gaun-gaun itu, membungkusnya dalam paperbag putih menandakan belum dibayar.
Sementara paperbag coklat biasanya menandakan sudah dibayar.
Rian telah membawa paperbag putih itu dan telah tepat di kursi tunggu di depan ruang ganti wanita.
"Klek..." Pintu terbuka dan baju sudah diganti dengan baju sage itu dan rian melihat itu merasa cocok apalagi dipadukan dengan kulit putih yuna, Kulit putihnya terlihat makin cerah dengan warna itu.
“Cocok banget, Yuna. Kita ambil aja semua yang tadi, ya. Eh, ini juga cobain pas atau enggak?” tanya Rian sambil menyerahkan paperbag putih yang berisi gaun tadi.
Yuna tidak bertanya karena ini pilihan rian, tidak mungkin menolak.
Didalam ruang ganti wanita, yuna kaget ini gaun mahal banget harganya Rp.500.000 yang berwarna pink dan Rp.600.000 berwarna biru.
Yuna merasa ada rasa bersalah karena merepotkan dari orang luar, tapi di sisi lain ada rasa lega, damai, dan aman yang membuat dadanya berdebar lebih pelan dan hangat.
Sesuatu yang ia rindukan tapi tak pernah ia sadari hilang, perhatian tulus, kepedulian yang tak meminta balasan, dan rasa dihargai.
Yuna menutup mata sebentar, menarik napas dalam, dan dengan suara lembut tapi bergetar ia berkata,
“Begini ya… rasanya… diperhatiin… selain keluarga…”
Setiap kata itu membawa campuran rasa hangat dan getir, membuat hatinya sedikit meleleh tapi juga meneguhkan.
Di sisi lain, Rian yang masih duduk menunggu sedikit terkejut ketika panel biru tiba-tiba muncul di depannya.
[Ding!]
[Tingkat ♡ (Emosional) Yuna telah mencapai ♡ : 100]
[Reward : Rp.3.000.000 & setiap 1 ♡ kenaikan pada target berikutnya akan dihargai dengan Rp.50.000]
[Kini Tingkat ♡ Yuna diubah menjadi Tingkat Kesukaan]
[Ding!]
[Tingkat Kesukaan : Normal – Kakak-adik]
Rian mengedip sebentar, matanya sedikit melebar.
“Akhirnya! Yuna menganggap aku kakak! Sepertinya emosionalnya sudah normal… baguslah. Kirain butuh waktu lama buat naik.”
Gumam Rian.
Setelah 30 menit berbelanja dan memakan biaya belanja Rp. 2.000.000 buat Yuna, awalnya di tolak Yuna tetapi Rian memaksa dan akhirnya Yuna pasrah juga.
Dan tidak lupa juga Budget Rp.2.000.000 juga buat baju adik SMA dan SMP dan ibunya memakan biaya Rp. 600.000 karena bingung mau beli baju apa, jadi di belikan saja baju daster buat sehari - hari di rumah dengan model bagus.
Kini mereka berdua telah sampai di rumah nya Rian. Rumah nya sudah batako dan di cat dengan 2 kamar tidur, tetapi belum ada dapur, namun cicilan rumah sudah lunas sudah lama.
Rian membuka pintu, membiarkan angin sore masuk sebentar.
“Yuk, masuk dulu… nanti kita mulai masak, dan beresin barang - barang, dan sekalian liat baju - baju tadi,” ucapnya sambil menoleh ke Yuna.