Uwais menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, Stela, setelah memergokinya pergi bersama sahabat karib Stela, Ravi, tanpa mau mendengarkan penjelasan. Setelah perpisahan itu, Uwais menyesal dan ingin kembali kepada Stela.
Stela memberitahu Uwais bahwa agar mereka bisa menikah kembali, Stela harus menikah dulu dengan pria lain.
Uwais lantas meminta sahabat karibnya, Mehmet, untuk menikahi Stela dan menjadi Muhallil.
Uwais yakin Stela akan segera kembali karena Mehmet dikenal tidak menyukai wanita, meskipun Mehmet mempunyai kekasih bernama Tasya.
Apakah Stela akan kembali ke pelukan Uwais atau memilih mempertahankan pernikahannya dengan Mehmet?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Mobil melewati sebuah gerbang besar dengan lampu-lampu taman yang indah.
Rumah keluarga Mehmet tidak hanya besar dan mewah. Villa modern dengan sentuhan klasik, membuat Stela makin gugup.
Supir menghentikan mobil di depan rumah orang tua Mehmet.
"Ayo, sayang. Kita turun dari mobil." ajak Mehmet yang kemudian turun
Ia berjalan ke samping dan membukakan pintu mobil Stela.
Stela menggenggam tangan suaminya begitu erat sampai Mehmet bisa merasakan dinginnya telapak tangan istrinya.
Mehmet menunduk sedikit sambil menatap wajah istrinya dengan penuh kelembutan.
“Sayang, lihat aku dulu.”
Stela mengangkat wajahnya perlahan, matanya tampak gelisah.
"Kamu wanita yang aku cintai dan aku percaya kamu bisa melakukannya," ucap Mehmet.
Stela menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis ke arah suaminya.
"Ayo,” ucap Mehmet sambil mengaitkan jari-jarinya dengan Stela.
Mereka berdua menapaki anak tangga menuju ke teras rumah.
Lampu-lampu gantung di langit-langit foyer bercahaya hangat, membuat suasana terasa elegan namun tetap nyaman.
Pintu kayu tinggi di depan mereka perlahan terbuka dan ada seorang wanita berusia pertengahan lima puluhan keluar dengan senyum yang sangat lebar dan mata penuh kehangatan.
“Mehmet!” serunya bahagia.
Mehmet langsung tersenyum bahagia dan memeluk tubuh Mamanya.
“Mama.”
Mereka berdua berpelukan sebentar—hangat, penuh rindu.
Setelah melepas pelukan, Mama Mehmet langsung menatap ke arah Stela.
"Ini pasti Mantu mama, ya? Cantik sekali." ucap Mama.
Stela refleks merapikan rambut dan bajunya, lalu menunduk sopan.
“S-selamat malam, Tante,” ucap Stela dengan suara kecil.
Mama Mehmet tertawa kecil saat mendengar suara Stela.
“Aduh, jangan panggil Tante. Panggil Mama.”
Lalu ia meraih kedua tangan Stela dan mengajaknya masuk kedalam.
Di dalam ada Ayah dan Adik Mehmet yang masih berusia lima belas tahun.
"Akhirnya kamu pulang juga, Met." ucap Ayah Aldi.
Mehmet memeluk tubuh Ayahnya yang sudah lama tidak ia kunjungi.
"Aku juga kangen Ayah," ucap Mehmet.
Sementara itu Stela masih berdiri di belakang Mehmet, dengan tangannya yang masih di genggam oleh Mama Mehmet.
"Yah, ini istriku." ucap Mehmet.
Ayah Aldi tersenyum tipis ke arah Stela yang sedang menundukkan kepalanya.
"Selamat datang di keluarga besar, Stela." ucap Ayah Aldi.
"Terima kasih, Om—eh— Ayah,” ucap Stela terbata-bata sambil berusaha tersenyum.
Dari kejauhan adik perempuan Mehmet langsung berlari ke kakaknya.
"Kakak, kapan datang? Aku kangen." ucap Tia.
Mehmet memeluk adiknya sambil tangannya mengacak-acak rambut Tia.
"Barusan kakak datang dan ini kakak ipar kamu," ujar Mehmet.
Tia membelalakkan matanya saat melihat kecantikan Stela.
"Ini istri apa bidadari, Kak?"
Mereka semua langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari Tia.
"Ayo, sudah. Sekarang waktunya kita makan bersama. Mama sudah masak kesukaan Mehmet dan Stela." ucap Mama.
Tia langsung menggandeng tangan Stela dan mengajaknya untuk duduk disampingnya.
"Kak, besok ajarin aku pakai make up agar bisa cantik seperti kakak." ucap Tia.
Stela tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya.
"Iya, besok kakak ajarin kamu." ujar Stela yang sudah akrab dengan Tia.
Kemudian mereka sudah berkumpul di ruang makan dimana Mama sudah menyiapkan ayam betutu, sate lilit, sop iga kesukaan Mehmet dan Stela.
"Ayo kita makan dulu." ucap Ayah Aldi.
Kemudian Stela mengambil nasi dan sop iga kesukaan suaminya.
"Ini, Met."
"Terima kasih, sayang." ucap Mehmet.
Tia yang mendengarnya langsung tertawa kecil dan menirukan suara kakaknya.
"Terima kasih sayang,"
Mama yang gemas langsung menutup mulut Tia dengan sate lilit.
"Sudah, sudah. Jangan kamu goda terus kakakmu itu"
Tia langsung cekikikan, sementara Stela menunduk malu sampai telinganya ikut merah.
Mehmet hanya menggeleng sambil tersenyum bahagia.
Ia tahu keluarganya memang suka menggoda kalau sudah merasa nyaman dengan seseorang.
Ia menepuk kepala adiknya pelan.
“Jangan ganggu kakak iparmu, nanti aku ambil semua lip balm kamu,” ancam Mehmet pura-pura.
Tia langsung memasukkan lip balm di saku celananya sambil memelototi kakaknya.
“Huh! Kakak jahat!”
Mehmet tertawa kecil lalu kembali fokus mencicipi sop iga yang disendokkan Stela tadi, dan matanya langsung melebar.
“Ya Tuhan, Ma, ini enak banget! Kenapa rasanya makin mantap dari terakhir aku makan?”
Mama Mehmet tertawa puas saat mendengar pujian dari Mehmet.
“Karena yang masak lagi bahagia lihat anaknya datang bawa istri cantik.”
Stela langsung menundukkan kepalanya karena malu,
Mehmet meraih tangannya di bawah meja dan menggenggamnya pelan.
"Stela, makan yang banyak. Habiskan semu." ucap Mama yang tidak mau melihat Stela kurang gizi.
Padahal tubuh Stela memang kecil dan tidak bisa untuk gemuk.
"I-iya, Ma. Nanti aku habiskan semuanya." ucap Stela.
Stela kembali mengambil sate lilit dan ayam betutu kesukaannya.
Selesai makan bersama, Mama menggandeng tangan Stela dan mengajaknya ke kamarnya.
Sedangkan Mehmet mengobrol dengan Ayahnya di taman belakang.
Mama meminta Stela untuk duduk sebentar di sofa yang ada dikamar Mama.
Setelah beberapa detik, Mama menyusul duduk disamping Stela.
Mama membuka kotak kecil beludru merah itu perlahan-lahan.
Di dalamnya tergeletak sebuah kalung emas sederhana dengan liontin kecil berbentuk tetes air, dihiasi satu mutiara putih.
"Stela, ini kalung untuk kamu. Kalung ini sudah turun-temurun dari keluarga perempuan kami. Dari nenek Mama, ke Mama dan sekarang ke kamu.”
Stela sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Mama.
"Tapi, Ma. Aku masih harus belajar untuk menjadi istri Mehmet."
Mama tersenyum tipis saat mendengar perkataan dari Stela.
"Stela, kamu sudah menjadi istri yang tepat untuk putraku. Kamu sudah bisa membuat dia tersenyum lagi, Nak."
Stela mengernyitkan keningnya saat mendengar perkataan dari Mama.
"Maksud mama, apa?" tanya Stela.
"Dulu Mehmet mempunyai kekasih bernama Ambar. Dan Ambar malah menyelingkuhi Mehmet. Sejak saat itu Mehmet menjadi dingin, Nak." jawab Mama.
"Tapi, Ma. Bukankah setelah itu Mehmet mempunyai kekasih bernama Tasya?"
Mama menganggukkan kepalanya sambil menggenggam tangan Stela.
"Mama tidak suka dengan Tasya, Stela. Dia perempuan tidak baik dan hanya mengincar harta Mehmet." jawab Mama.
Mama meminta agar Stela menjaga pernikahan mereka berdua.
"Mama juga tahu kalau kamu dulu pernah menikah dengan Uwais sahabat Mehmet. Tapi, mama tahu kalau kamu wanita baik-baik."
Mama langsung memeluk tubuh Stela dan menitipkan putranya.
Stela menganggukkan kepalanya dan berjanji akan menjaga pernikahan mereka.
Setelah itu Mama mengajak Stela untuk ke taman belakang.
"Semuanya baik-baik saja, kan?" tanya Mehmet.
Stela menganggukkan kepalanya dan menunjukkan kalung yang diberikan oleh Mama.
"Bagus sekali, sayang." ucap Mehmet.
Ayah Aldi mengambil sesuatu di kantong celananya dan memberikannya kepada Stela.
"Ini hadiah dari Ayah, Stela. Semoga kalian selalu samawa." ucap Ayah Aldi.
Stela menganggukkan kepalanya dan mengambil hadiah yang berupa black card.