Anna adalah anak haram yang hidup menderita sejak kecil. Jalan hidupnya ditentukan oleh keluarga Adiguna secara kejam. Bahkan Anna harus menikahi calon suami kakak tirinya yang kabur meninggalkan pernikahan. Lion Winston, kekasih kakak tirinya, mereka saling mencintai, tapi entah kenapa kakak tirinya meninggalkan laki-laki sempurna itu. Tetapi Anna, gadis malang yang akan menerima penderitaan akibat kesalahan kakak tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elizabetgultom191100, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayi Pengganggu
"Apakah bayi itu milik Leon?" tanya Anna pada Alana setelah Laura pergi dari hadapan mereka.
Alana menggeleng, "Aku tidak tahu, tapi bagaimana kalau iya?" gadis itu juga sama bingungnya.
Laura menghilang selama tujuh bulan, pulang-pulang membawa bayi. Itu artinya Laura sudah mengandung sebelum hari pernikahan itu. Mata Anna kini berkaca-kaca, jantungnya seakan diremas. Jika memang bayi itu milik suaminya, hatinya akan hancur.
"Anna." Alana langsung memeluk temannya itu, "Jangan sedih dulu, belum tentu bayi itu milik Leon.
"Bagaimana kalau iya?"
Alana tidak mampu menjawab pertanyaan itu, ia melepas pelukannya "Itu... aku tidak tahu." ia juga tidak punya solusi.
"Apakah Leon sudah tahu tentang ini?"
Anna menggeleng, matanya masih mengeluarkan air mata. Sungguh dia menyesal tadi malam menyerahkan tubuhnya pada Leon. Ia terbawa suasana sehingga tidak bisa mengendalikan tubuhnya.
Alana akhirnya mengantar Anna pulang karena perasaan gadis itu tidak baik. Alana memberikan nasehat agar dia bicara baik-baik dengan Leon.
Gadis itu menunggu Leon pulang dari kantor sepanjang hari. Ia sudah mengumpulkan banyak pertanyaan untuk pria itu. Tetapi malam semakin larut, Leon tak kunjung pulang. Kemana pria itu? Tadi pagi dia mengatakan akan cepat pulang. Ponselnya bahkan tidak bisa dihubungi. Sekelebat bayangan Laura dan bayinya menghantui pikirannya. Apakah bayi itu benar-benar milik Leon? Anna hampir gila dibuatnya.
Wanita itu akhirnya tertidur saat menunggu suaminya yang tak kunjung pulang. Di pagi hari ketika terbangun, Leon sudah berkaca di cermin sambil memakai kemeja kerjanya. Entah kapan dia pulang, Anna tidak menyadarinya.
"Kau dari mana saja kemarin malam?" Anna bertanya dengan lembut meski sebenarnya ingin menyerang Leon dengan ribuan pertanyaan.
Leon berbalik, memberikan senyum termanisnya pada istrinya itu. Ia berjalan mendekatinya lalu memberikan kecupan hangat di pelipisnya. Anna memejamkan matanya saat merasakan nafas Leon di kulitnya.
"Maafkan aku karena lupa mengabarimu. Ada masalah besar di kantor membuatku harus lembur. Tadi malam aku jam tiga dan kau sudah tertidur." jawab Leon sambil duduk bersamanya.
Anna tidak tahu mengapa, dia tidak bisa mempercayai alasan pria itu. "Benarkah?"
"Hem kau tidak percaya?" tanya Leon.
Anna menghela nafas, kecurigaannya belum bisa dibuktikan membuat dia memilih berhenti berpikir terlalu jauh. "Bukan, hanya saja kalau kau mendadak lembur atau pulang larut, jangan lupa mengabariku. Aku cemas."
"Benarkah?" pria itu senang sekali mendengar hal itu. Ia kemudian mencium pipi istrinya bertubi-tubi. "Maafkan aku istriku, lain kali tidak akan kuulangi lagi."
"Janji?" Anna memberikan jari kelingkingnya yang disambut baik oleh Leon.
"Janji."
Karena masalah di kantor, pagi ini fia harus berangkat cepat ke kantor. Anna mengantarkannya ke mobil setelah mereka selesai sarapan dengan kedua mertuanya. "Hari ini sepertinya aku akan lembur, jangan menunggu dan langsung tidur ya." yang diangguki oleh Anna.
"Aku hampir lupa mengatakannya padamu. Mulai minggu depan kita akan tinggal di rumah baru kita. Pelayan akan memindahkan barang-barang kita mulai hari ini."
"Rumah baru? Kenapa baru memberitahuku sekarang?" Anna merasa tidak adil karena suaminya selalu memutuskan segalanya sendirian.
"Maaf, aku selalu lupa karena kesibukanku. Tapi sudah lama aku merencanakannya. Aku ingin tinggal berdua denganmu tanpa gangguan dari siapa pun." tiba-tiba saja wajah Leon dipenuhi senyum licik, "Apakah kau tidak ingin mencobanya di ruangan lain?"
Anna bergidik mendengar kalimat mesum itu, tangan mungil nya memukul dada suaminya "Kau ini bicara apa. Sudah sana pergi." Leon tertawa.
Leon hampir masuk ke dalam mobil, "Tunggu." kata Anna. "Ada yang tertinggal."
"Apa?"
Sebuah ciuman mendarat di pipi pria itu. Astaga, Leon hampir meleleh dibuatnya. Jika saja bukan karena pekerjaannya yang genting, dia akan menyeret Anna kembali ke kamar dan bergelung seharian dengannya.
Leon terkekeh seraya masuk ke dalam mobil. "Sudah mulai berani rupanya." gumamnya setelah mobilnya melaju menuju kantor.
Beberapa hari berikutnya, pasangan suami istri itu akhirnya pindah ke rumah baru mereka. Leon membeli rumah yang tidak terlalu besar, tidak jauh dari rumah utama. Rumah itu hanya memiliki satu lantai, tetapi luas begitu juga dengan pekarangannya. Banyak pohon dan rumput hijau yang mengelilingi membuat rumah itu tampak asri dan sejuk. Anna benar-benar menyukai rumah itu. Di dalam rumah Leon juga menyediakan sebuah piano, agar istrinya dapat belajar setiap saat.
"Bagaimana, kau suka?" tanya Leon setelah mereka mengelilingi rumah baru mereka. Anna terlihat kegirangan sudah menunjukkan bahwa dia sangat menyukai pilihannya.
"Hem, aku akan betah tinggal di sini."
"Apalagi aku." cara Leon memandangnya penuh mendamba. Sejak malam pertama mereka, Leon tidak pernah lagi menyentuhnya. Leon selalu pulang terlambat dan di pagi hari harus berangkat pagi-pagi sekali. Leon sangat frustasi karena tidak bisa menyentuh istrinya selama beberapa hari ini.
"Sayang." entah sejak kapan Leon menghimpitnya di dinding ruang tamu. "Mau mencobanya di sini?" bisiknya di telinga Anna.
Tubuh Anna berdesir, namun dia mendorong dada pria itu, "Kau gila? Ruangan ini terbuka, bagaimana kalau orang melihat!"
Tentu Anna tidak ingin orang lain melihat mereka bercinta, sebab rumah itu terbuka, sebagian besar rumah itu menggunakan kaca sebagai pintu maupun jendela. Meski orang lain tidak bisa melihat ke dalam rumah, tetap saja dia tidak nyaman melakukannya di tempat terbuka.
"Tidak akan. Gerbang sudah kukunci. Tidak akan ada yang bisa masuk ke sini." Leon tidak membiarkan Anna membantahnya. Bibirnya segera membungkam mulut istrinya. Menyesap kenikmatan yang selalu dia rindukan. Lagi untuk yang kedua kalinya, tubuhnya tenggelam dalam tubuh Anna. Percintaan mereka kali ini sangat memuaskan karena Anna tidak lagi kesakitan seperti malam itu. Anna kini bisa lebih menikmati setiap gerakannya. Dan ruang tamu itu menjadi saksi bisu kemesraan yang tercipta antara dua insan itu.
Anna kembali terlena akan setiap sentuhan suaminya. Laura dan bayinya hilang seketika dari ingatannya, momok yang selalu mengganggu pikirannya beberapa hari ini.
Nafas keduanya bersahut-sahutan setelah kegiatan panas mereka. Anna dan Leon terkulai di atas sofa, masih menikmati sisa-sisa kenikmatan percintaan panas mereka. Astaga. Gumam Anna, dia tidak menyangka akan bercinta di ruangan terbuka.
Tubuh keduanya masih sama-sama polos tanpa pakaian. Tangan Leon menyentuh perut datarnya, "Semoga benihku cepat bertumbuh di sini. Aku sudah tidak sabar menantikan anak darimu." ucap Leon penuh harap.
Anna tidak tahu mengapa, ucapan itu malah menyentil hatinya. Bayi Laura kembali membayanginya. Anna sangat penasaran siapa Ayah bayi itu. Apakah memang Leon, seperti yang dia takutkan?
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
❤️❤️❤️❤️❤️