NovelToon NovelToon
Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Romantis / Time Travel / Enemy to Lovers / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: zwilight

Saat membuka mata, Anala tiba-tiba menjadi seorang ibu dan istri dari Elliot—rivalnya semasa sekolah. Yang lebih mengejutkan, ia dikenal sebagai istri yang bengis, dingin, dan penuh amarah.

"Apa yang terjadi? bukannya aku baru saja lulus sekolah? kenapa tiba-tiba sudah menjadi seorang ibu?"

Ingatannya berhenti disaat ia masih berusia 18 tahun. Namun kenyataannya, saat ini ia sudah berusia 28 tahun. Artinya 10 tahun berlalu tanpa ia ingat satupun momennya.

Haruskah Anala hidup dengan melanjutkan peran lamanya sebagai istri yang dingin dan ibu yang tidak peduli pada anaknya?
atau justru memilih hidup baru dengan menjadi istri yang penyayang dan ibu yang hangat untuk Nathael?

ikuti kisah Anala, Elliot dan anak mereka Nathael dalam kisah selengkapnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zwilight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 19 | Warming Up

Cahaya lampu menerangi langkah mereka memasuki rumah. Elliot menggendong anaknya dan berusaha bergerak sepelan mungkin agar tak menganggu. Sedangkan Anala sibuk mengikuti suaminya dengan wajah manyun sampai bibirnya monyong kayak bebek.

"Kamu ke kamar aja, ngapain ngintilin?" sambil fokus jalan, Elliot tidak lupa untuk membuat istrinya merasa makin kesal. Wanita itu bersungut sambil berkacak pinggang menyodorkan wajahnya didepan Elliot. "Suka-suka aku?"

Elliot pun diam, tidak memperpanjang. Dengan perlahan ia membaringkan Nathael diatas tempat tidurnya. Tak lupa dengan belaian lembut pada puncak kepala sang anak. Sementara Anala yang sebelumnya manyun langsung merubah ekspresi jadi lebih lembut, lalu mendaratkan kecupan hangat di kening Nathael.

"Good night, sayang," bisiknya sambil tersenyum ringan. Elliot disebelahnya mengamati wajah senang itu dan perlahan matanya melebar meski sesaat.

Pria itu memilih membalikkan badannya, melangkah keluar dari ruangan meninggalkan Anala yang sepertinya masih ingin tinggal lebih lama. Namun belum sempat ia melangkah lebih banyak, ponselnya berdering. Elliot mengeluarkannya dari saku lalu menatap layar yang kini bertuliskan nama 'Maria'.

Ekor mata Anala langsung menangkap nama itu, sontak matanya mengerjap hingga nyaris seperti mengajak baku hantam. "Tuh kan pacar kamu nelfon," keningnya makin berkerut begitu Elliot menekan ikon hijau itu. "Ih Elli... jangan diangkat!"

Tapi terlambat. Telfon genggamnya sudah berada tepat didekat telinga. Matanya mengamati Anala yang sudah monyong lima centi, wanita itu jelas misuh-misuh dalam hatinya.

Sambil berusaha tetap datar, Elliot bicara lewat seseorang di telfon. "Kenapa Maria?" suaranya biasa namun terdengar lembut dan di romantisasi oleh Anala. Ia makin kesal karena tak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.

Anala tak tahan tetap berada disana. Lalu ia mengambil langkah duluan menuju pintu keluar. Sementara Elliot masih terus bicara dengan Maria lewat panggilan suara. Tepat saat Anala sudah keluar, ia buru-buru ingin mengakhiri obrolan. "Nggak usah ngomong lagi, bahas lain kali aja."

tutttt....

Panggilan itu diputuskan secara sepihak. Ia buru-buru mengejar Anala yang kini sudah menutup pintu kamar dan meninggalkan Elliot disana. Ia menaikkan selimut Nathael lebih tinggi sampai sedada dan mengecup keningnya singkat.

"Semoga Papa nggak diamuk Mama."

Ia pun berjalan menuju keluar. Tepat setelah pintu itu terbuka, Anala sudah menunggunya dengan tatapan khas interogasi. Elliot meneguk ludah sebelum bicara. "Kenapa?" entah kenapa hawanya mendadak horor.

Mata perempuan itu menatapnya tegas, tanpa goyah. "Jawab aku, apa perempuan yang semalam juga Maria?"

"Yang semalam apanya sih?" jawab Elliot tak kalah tegasnya. Mereka seperti sedang perang urat. "Kamu yang seenaknya bikin asumsi kok malah minta klarifikasi."

Anala menggeleng, matanya seperti nyaris berair. "Aku nggak tenang sebelum kamu jawab!" jawaban Anala membangkitkan ego Elliot hingga ia berdecak keras. "Nggak usah lebay deh. Kamu mah enak cuma asumsi, lah aku?"

Pupilnya bergetar sama halnya dengan mulutnya yang seolah dibungkam. Sambil meraih tangan Elliot, ia menunduk tak menatap ujung sepatu mereka yang bersentuhan. "Tuh kan, kamu mulai ngungkit soal masalah itu lagi."

"Kamu duluan." balasnya tak mau kalah. Anala pun makin marah. Dia menyentak kasar tangan Elliot lalu melangkah sambil sengaja menyenggolnya. "Terserah kamu deh!"

***

Suasana kamar malam ini mendadak seperti adegan horor alias sekali senggol bacok. Bukan karena Elliot, melainkan tingkah Anala yang super sensitif hanya karena Elliot berdiri didepan matanya.

"Awas sana." ujarnya ketus. Tangannya sengaja menyenggol lengan Elliot yang sedang berdiri tak jauh dari tempat ia berada. Pria itu hanya memaklumi sambil lanjut memakai baju tidurnya.

Setelah selesai memakai baju, Elliot hendak mencolokkan chargernya tapi kebetulan colokan itu berada dekat meja hias Anala. "Ck, minggir. Kamu ngalangin." ia berdecak kesal begitu Elliot tak sengaja menyenggol tangannya.

Lagi-lagi Elliot hanya bersabar dengan menarik napas dalam-dalam dan memaksakan senyuman agar tidak terbawa emosi. Namun, siapa yang menyangka bahwa rintik air yang datang dari rambut Elliot justru membuat Anala makin marah.

Wanita itu menghela napas sambil berdiri dari kursi di depan meja hiasnya, menatap Elliot sambil berkacak pinggang. "Rambut kamu keringin yang bener dong!"

Seolah sudah tidak punya ruang lagi untuk sabar, Elliot membalasnya tak kalah sengit. Matanya menyipit sambil memberikan tatapan malas. "Kenapa sih?"

Perempuan itu memutar mata malas, enggan menjawab dengan gamblang. "Menurut kamu?"

Cukup sudah. Kesabaran Elliot sudah habis, ia mendekat pada Anala lalu menatapnya nyolot. "Ya aku nggak tau! kamu pikir aku cenayang yang bisa nebak tanpa dikasih clue?"

Sudah ditantang balik tapi si perempuan justru mengalihkan pandangan, ia menoleh kearah lain sambil mendengus dingin. "Ah udah lah. Terserah kamu!" ia berniat naik ke tempat tidur, sementara Elliot masih sibuk dengan rasa kesalnya. "Ya Tuhan, perempuan ini benar-benar menyebalkan!"

Elliot yang masih memijit pelipisnya karena mendadak pusing, tapi justru dibuat makin pusing saat perempuan itu tiba-tiba melepas kimononya, meninggalkan pakaian tidur yang bikin Elliot melotot sampai mimisan.

Oh Fuck!

Ia menatap Anala yang terang-terangan memakai pakaian seksi hingga nyaris seperti lingerie 2 bagian utama itu. Elliot mendecak sambil menahan napas sebelum bicara. "Kamu sengaja makai gaun tidur se anjing itu didepan aku?"

Anala justru menyeringai mendengar respon Elliot. Bibirnya terangkat membentuk senyuman remeh. "Lah kocak! suka-suka aku lah, kenapa kamu yang sewot?"

"Jangan kekanakan! pake aja yang biasa, nggak usah ngide hal aneh."

Anala semakin mendekat, matanya menantang Elliot tanpa takut. Sudut bibirnya bahkan terangkat membentuk seringai jahil. "Kekanakan? kalau kekanakan kenapa kamu malah panik?" matanya berotasi hingga beralih ke bagian bawah. "Takut nggak bisa ngendaliin diri?"

Elliot melotot lagi, bibirnya bahkan ragu untuk bicara. "Anala, kamu—" belum selesai ia bicara, Anala lebih dulu memotongnya. Tangannya menjelajah di dada suaminya. "Nggak perlu ditahan. Apapun yang kamu mau, bisa kamu lakukan kok. Nggak perlu cari pelampiasan ke perempuan lain."

Sudah susah menahan hasratnya, sekarang Anala justru membuat amarahnya ikut memanas. "Maksud kamu?"

"Semalam kamu pulang malam karena abis main sama cewek kan?" nada tuduhan itu terdengar menyebalkan. Ia berusaha menjelaskan, tapi Anala selalu memotong seenaknya. "Tunggu, Aku nggak—"

"Awalnya aku bingung, kenapa kok cowok kayak kamu bisa nahan diri sekuat itu tanpa pernah nyentuh aku." ia terus bicara sambil menjelajahi dada Elliot dengan jari lentiknya.

Gerakannya berhenti begitu mata mereka bertatapan. Pupilnya bergetar menahan ledakan air mata. "Sekarang aku tau jawabannya. Kamu bukannya nahan diri, tapi emang kamu nggak tertarik sama aku karena kamu bisa temui perempuan lain yang lebih cantik."

Mata Elliot yang sebelumnya membulat, berubah datar. Tuduhan Anala bahkan tak pernah terbayang sebelumnya oleh Elliot. "Imajinasi kamu terlalu jauh, Aku—"

Namun perempuan itu justru menggeleng. Tangan yang sebelumnya ada di dada Elliot, kini berubah mengepal kuat disisinya. Ia memejamkan mata sebelum bicara sambil menunduk. "Nggak perlu merasa bersalah. Itu wajar kok—Wajar kalau kamu mulai cari pelampiasan diluar sana, karena aku sebagai istri kamu malah sibuk menyenangkan pria lain."

"Berhenti bicara, Anala!"

Anala tak peduli larangan Elliot. Dia terus mengoceh, mengeluarkan semua unek-unek yang terpendam selama ini. "Tapi itu kan dulu. Aku mungkin nggak ingat, tapi aku tau itu menyakitkan buat kamu. Hanya saja, sekarang aku— sekarang aku mohon sama kamu, jangan lakukan itu lagi."

Elliot mengeram frustasi. Anala terus mengatakan hal mustahil yang bahkan tak terbersit dalam benaknya. Giginya gemeretuk menahan amarah. "Aku bilang berhenti bicara!"

Anala makin tak terkendali, ia mulai memegangi kepalanya sambil terus mengoceh hal yang bahkan tak pernah terpikirkan oleh suaminya. "Emang benar baru beberapa bulan sejak terakhir kali aku sadar soal kehidupan kita, tapi apa masuk akal kamu nggak niat nyentuh aku kalau bukan karena ada yang bisa penuhin?"

Mata Elliot menajam layaknya pemangsa. Ia mencengkram bahu Anala dengan kuat, lalu mendorongnya hingga terpental ke atas ranjang. "Kamu kira kenapa aku harus mati-matian mengendalikan diri?"

Ia ikut naik ke atas ranjang, tangannya menahan tangan Anala dia atas kepala hingga wanita itu tak bisa bergerak. Jarak mereka terlalu dekat hingga Anala bisa menghirup dengan jelas aroma mint dari napas Elliot.

Matanya lurus pada Anala. Tatapan yang dalam dan penuh kebuntuan. Seketika seringainya muncul saat menyadari betapa Anala kaget hingga menahan napas di bawah kungkungannya. "Nggak niat nyentuh kamu? jangan asal bicara!"

Matanya berotasi, mengamati tiap inci tubuh Anala yang terekspos lewat gaun tidur tipisnya. "Ck, sialan!" Elliot mengeram lalu membungkam Anala dengan ciuman panas yang kian lama semakin menuntut.

Ciumannya dalam, tapi getir. Seolah mereka sedang menukar rindu dan luka dalam satu tarikan napas. Keduanya saling menutup mata, menikmati rasa cinta yang terbalut luka.

Hingga satu ketika, bayangan ketika Anala menolaknya muncul kembali dalam Ingatan Elliot. "Jangan sentuh aku, sialan!"

Tepat setelah bayangan itu terlintas, Elliot langsung tersadar dan membuka matanya. Ia melepaskan ciuman mereka lalu dengan cepat bangkit dari ranjang sambil berdehem pelan dengan nafas terengah.

Anala pun dibuat tertegun. Ia tiba-tiba duduk lalu menyeka bekas ciuman mereka dengan ibu jarinya. Wajahnya memerah, salah tingkah tak berani menatap langsung pada mata Elliot.

Ia menggigit bibir bawahnya, mulai membayangkan rasa ciuman mereka. Oh shit. He's so fucking hot!

"Aku tidur di kamar Nael aja." tiba-tiba orang yang menyerang duluan izin pamit untuk meninggalkan area perang. Tanpa basa-basi ia melangkah menuju pintu sambil menggaruk tengkuknya. "Aku nggak bisa tidur kalau kayak gini."

Anala pun dibuat tercengang hingga menganga terlalu lebar. "Lah?" pintu sudah kembali tertutup dan bayangan pria itu tak lagi terlihat dari balik pintu. Anala benar-benar ditinggalkan dalam keadaan perang dan itu bikin Anala membanting bantal ke arah pintu sambil teriak histeris.

"Nyebelin!!"

1
Mayuza🍊
semoga nanti author dan readers dapat suami kayak Elliot yaa😭
__NathalyLg
Aduh, abis baca ini pengen kencan sama tokoh di cerita deh. 😂😂
Mayuza🍊: mana bener lg 😔
total 1 replies
Ahmad Fahri
Terpana😍
Mayuza🍊: haii kaa makasih banyak supportnya ya🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!