NovelToon NovelToon
Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Keinginan terakhir sang ayah, membawa Dinda ke dalam sebuah pernikahan dengan seseorang yang hanya beberapa kali ia temui. Bahkan beliau meminta mereka berjanji agar tidak ada perceraian di pernikahan mereka.

Baktinya sebagai anak, membuat Dinda harus belajar menerima laki-laki yang berstatus suaminya dan mengubur perasaannya yang baru saja tumbuh.

“Aku akan memberikanmu waktu yang cukup untuk mulai mencintaiku. Tapi aku tetap akan marah jika kamu menyimpan perasaan untuk laki-laki lain.” ~ Adlan Abimanyu ~

Bagaimana kehidupan mereka berlangsung?

Note: Selamat datang di judul yang ke sekian dari author. Semoga para pembaca menikmati dan jika ada kesamaan alur, nama, dan tempat, semuanya murni kebetulan. Bukan hasil menyontek atau plagiat. Happy reading...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Acara

Libur sekolah tiba, Dinda bersiap untuk pergi ke rumah Mama Adlan. Ia tidak membawa banyak pakaian karena di sana sudah ada beberapa pakaiannya.

Keduanya berangkat setelah meminta tolong kepada Lek Muklis untuk memberikan pakan ikan yang ada di kolam.

“Mau mampir?”

“Tidak, Kak. Mama sudah menunggu, katanya hari ini MUA datang untuk survei.”

“Survei apa?”

“Tidak tahu.”

Sesampainya di rumah, mereka di sambut Mama Adlan dan beberapa orang yang dikenalkan sebagai MUA.

Survei yang dimaksud mereka adalah sesi konsultasi untuk memahami riasan yang diinginkan, menyesuaikan gaya riasan, menilai kondisi kulit Dinda, dan makeup trial.

“MasyaAllah… pangling!” seru Mama Adlan setelah Dinda selesai di makeup.

“Apakah sudah pas, Bu? Apa ada yang perlu di tambah?” tanya perias.

“Bagaimana, Bi?” tanya Mama Adlan kepada sang anak yang tidak berkedip.

Adlan hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Penata rias tersenyum puas. Beruntung kliennya kali ini tidak banyak permintaan sehingga bisa langsung deal tanpa mengubah atau menambahkan.

Lagi pula, kliennya kali ini memiliki kulitnya yang cerah, sehingga tidak banyak layer untuk mendapatkan riasan yang sekarang ini.

Setelah kepergian MUA, datang pihak dekorasi yang datang untuk survei. Kali ini Dinda tidak ikut menemani karena ada Pak Ratno yang bertanggung jawab.

“Kenapa sudah di hapus?” tanya Adlan yang melihat Dinda sudah tanpa riasan.

“Seperti ini jelek, ya?”

“Tidak. Kamu tetap cantik meski tanpa riasan. Hanya saja saat dirias, semakin terlihat dewasa dan tegas.” Jawab Adlan sambil melingkarkan tangannya di pinggang Dinda.

Tak terasa, sudah di hari acara. Adlan sudah terusir dari kamarnya setelah sholat subuh. Ia hanya bisa duduk diam melihat anggota catering lalu lalang menyiapkan acara.

“Mandi sana!” seru Mama Adlan.

“Kamarnya masih dipakai.”

“Memangnya di rumah hanya ada satu kamar mandi?”

“Pakaiannya di dalam kamar, Ma.”

“Dasar!” Mama Adlan masuk ke dalam kamar Dinda dan mengambilkan pakaian ganti untuk anaknya.

Mau tak mau, Adlan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke kamar mandi yang ada di dekat dapur. Ia keluar dengan setelan kemeja putih dan celana hitam, lalu kembali duduk di tempatnya semula.

Saat perias telah selesai mendandani Dinda, salah satu dari mereka memanggil Adlan untuk masuk ke dalam. Di sana tanpa daya menerima semua perlakuan perias tersebut.

Mulai dari mencukur bulu halus yang mulai tumbuh, lalu diberikan pelembab dan riasan tipis agar serasi dengan pengantin perempuan.

Setelah selesai, perias izin keluar kamar dan tak lama kemudian, Mama Adlan datang dengan membawakan sarapan untuk keduanya.

“Sarapan dulu, nanti kalian bisa pingsan kalau tidak sarapan!”

“Kenapa bisa pingsan, Ma?” tanya Adlan.

“Nanti kamu juga tahu!” jawab sang mama yang menutup pintu.

Dinda hanya tersenyum melihat sikap mama mertua dan suaminya. Sepertinya ia sudah terbiasa dengan interaksi mereka yang tidak terlihat seperti orang tua dan anak.

“Kamu tahu, kenapa?”

“Pingsan karena kelelahan menerima tamu, Kak.”

“Apa hubungannya menerima tamu dengan pingsan?”

“Saking banyaknya tamu, sampai tidak sempat makan. Temanku pernah mengalaminya. Sebenarnya penyebab utamanya bukan karena telat makan, tapi karena…” Dinda menggantung kalimatnya.

“Karena apa?”

“Hamil muda.” Cicit Dinda.

“Oh!” jawab Adlan singkat.

Baginya, menikah karena kredit lebih dulu sudah umum terjadi saat ini. Bahkan sebelumnya, dirinya juga mendapatkan prasangka tersebut karena nikah kilat dengan Dinda.

Memang tidak ada larangan menikah saat hamil, asal yang menikahinya adalah ayah kandung dari janin yang ada di kandungan. Beda cerita jika yang menikahi bukanlah ayah kandung dari janin, maka harus menunggu sampai melahirkan lebih dulu.

Dinda melihat suaminya dengan penuh tanya. Apa maksud dari “oh”?

Sadar Dinda menatapnya, Adlan dengan santai menjelaskan pemikirannya. Dinda menganggukkan kepalanya dan mulai memakan sarapannya.

Sekitar pukul 8 acara di mulai. Keduanya di antarkan Mama Adlan dan beberapa keluarga untuk duduk di pelaminan. Tanpa adanya acara adat, keduanya segera mendapatkan selamat dari tamu undangan yang datang.

“Kak, aku mau duduk. Pegal!” bisik Dinda yang sedari tadi berdiri.

“Iya, duduklah!” Adlan memegangi tangan Dinda dan membantunya duduk.

Tamu sudah tidak sebanyak saat awal tadi, jadi keduanya bisa duduk dengan tenang.

Pemandangan keduanya tidak luput dari mata Meri yang sedari tadi sudah memperhatikan. Meri tidak tahu jika perempuan yang ada di samping Adlan adalah Dinda yang ditemui sebelumnya.

Ia mengira perempuan yang dinikahi Adlan saat ini adalah perempuan penggoda. Pasalnya, ia yang selama ini mengejar Adlan tidak pernah dilirik sama sekali, tetapi laki-laki yang disukainya itu menikah dengan perempuan yang tidak berhijab.

Dengan langkah pelan tapi pasti, Meri mendekat ke arah keduanya.

“Selamat, Lan!” ucapnya sambil mengulurkan tangan.

“Terima kasih.” Jawab Adlan tanpa berniat menyambut tangan Meri.

Dinda yang sungkan, menerima uluran tangan Meri tetapi segera dikibaskan olehnya.

“Menjijikkan!” gumam Meri, tetapi Adlan dan Dinda masih bisa mendengarnya.

“Jika kedatanganmu hanya ingin membuat masalah, sebaiknya kamu pergi sekarang juga!” tegas Adlan.

“Kenapa? Apa perempuan penggoda ini cemburu denganku?”

“Jangan melampaui batas!” Adlan mulai tersulut emosi mendengar sebutan yang diberikan untuk istrinya.

Dinda segera menggenggam tangan Adlan, agar suaminya bisa menahan emosi.

“Siapa yang melampaui batas? Aku hanya mengatakan apa adanya. Kamu yang selama ini tidak pernah dekat dengan perempuan manapun, tiba-tiba menikah dengan perempuan brondol seperti ini, pasti karena dia memberikan tubuhnya. Ternyata kamu juga laki-laki yang munafik!”

Plak!

Semua tamu undangan terkejut dengan suara tamparan dan segera mencari tahu dari mana sumbernya, sementara Meri menatap Dinda dengan tatapan nyalang.

“Dasar penggoda!” Meri ingin membalas tamparan Dinda, tetapi ditahan oleh Adlan.

“Kamu tidak lihat dia menamparku?” teriak Meri.

“Kamu pantas mendapatkannya!” jawab Adlan santai.

Mama Adlan yang sedang berbincang dengan kenalannya, segera naik ke panggung menghampiri mereka.

“Meri! Apa yang kamu lakukan?”

“Perempuan penggoda ini yang menamparku duluan, Tante!”

“Kamu pantas mendapatkannya!”

“Kenapa Tante dan Adlan membelanya?”

“Karena dia menantuku! Aku juga akan marah kalau kamu menyebutnya seperti itu.”

“Apa kelebihannya? Bukankah Tante tahu, aku selama ini sudah menyukai Adlan?”

“Tapi Adlan tidak menyukaimu! Lepaskan rasa sukamu karena Adlan sudah beristri sekarang.”

Dengan kesal, Meri meninggalkan tempat acara. Beberapa tamu yang mendengar percakapan mereka, mulai membicarakan Dinda dan Adlan. Terutama kata perempuan penggoda yang disematkan oleh Meri.

Mereka menjadi ikut berasumsi jika Dinda adalah perempuan penggoda. Sampai-sampai, saat di penghujung acara, ada salah satu tamu yang dengan sengaja meremas pantat Dinda.

Dinda yang terkejut, spontan menampar tamu tersebut.

Plak!

“Dasar pela**r!”

Adlan yang belum tahu permasalahannya segera pasang badan melindungi istrinya.

“Apa maksud Anda?”

1
𝐈𝐬𝐭𝐲
kenapa Dinda gak pindah sekolah aja ngajar di sekitar rumah baru saja dripada harus kekampung dia lagi...
indy
selamat berbulan madu
𝐈𝐬𝐭𝐲
namanya Adlan atau Aksa sih Thor🤔
Meymei: Maaf typo kak 🤭
total 1 replies
Dewi Masitoh
Adlan kak🤣kenapa salah ketik jd aksa🙏
Dewi Masitoh: baik kak🙏
total 2 replies
Fitri Yani
next
indy
kayaknya sdh bisa resepsi biar gak ada lagi yang julid. wah ternyata gibran naksir dinda juga
indy
nanti resepsinya setelah masa duka selesai
indy
lanjut kakak
indy
ada yang bertengger di pohon kelengkeng
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya bagus aku suka😍😍
Meymei: Terima kasih kakak… 😘
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjuut Thor
𝐈𝐬𝐭𝐲
hadir Thor
indy
kasihan pak Lilik
indy
hadir kakak
Rian Moontero
mampiiir kak mey/Bye-Bye//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!