Raffaele Matthew, seorang Mafia yang memiliki dendam pada Dario Alexander, pria yang ia lihat telah membunuh sang ayah. Dengan bantuan ayah angkatnya, ia akhirnya bisa membalas dendamnya. Menghancurkan keluarga Alexander, dengan cara membunuh pria tersebut dan istrinya. Ia juga membawa pergi putri mereka untuk dijadikan pelampiasan balas dendamnya.
Valeria Irene Alexander, harus merasakan kekejaman seorang Raffaele. Dia selalu mendapatkan kekerasan dari pria tersebut. Dan harus melayani pria itu setiap dia menginginkannya. Sampai pada akhirnya ia bisa kabur, dan tanpa sadar telah membawa benih pria kejam itu.
Lalu apakah yang akan dilakukan Valeria ketika mengetahui dirinya tengah berbadan dua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovleyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Tak Bersalah
Tak ada pergerakan sama sekali dari wanita di lantai atas. Membuat emosi Raffaele yang memang sudah terpancing semakin meninggi. Sudah siap ia luapkan dengan pelampiasnnya.
"Kemari atau harus aku seret?!" Kalimat yang diucapkan Raffaele tersebut terdengar mengancam.
"Maafkan aku. Aku tidak sengaja mendengar tadi. Tolong jangan hukum aku." Valeria menangkupkan kedua tangannya membuat permohonan.
"Tidak usah banyak bicara cepat kemari!" Bentak Raffaele. Namun, Valeria hanya menggeleng. Semakin menambah kemarahan pada diri Raffaele.
"Seret dia ke sini Gilbert! Sepertinya telinganya tidak berfungsi dengan baik." Ujar Raffaele.
"Tapi tuan, nona Valeria tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini. Apa tuan benar-benar akan menghukumnya?" Gilbert ragu untuk melaksanakan perintah dari tuannya tersebut.
Kilat kemarahan tercetak pada kedua mata Raffaele. Ia menatap tajam dan mengintimidasi ke arah Gilbert. Rupanya, anak buahnya ini sudah mulai membangkang.
"Kamu kasihan padanya? Atau kamu jangan-jangan suka pada wanita itu?" Perkataan Raffaele tersebut mendapatkan gelengan dari Gilbert.
"Tidak tuan. Saya tidak memiliki pemikiran seperti itu." Jawab Gilbert.
"Tapi aku merasa begitu. Dengar Gilbert, dia sudah ku pakai berkali-kali. Dia adalah milikku saat ini, aku akan memberikan kepadamu ketika aku sudah puas dengannya. Camkan ini baik-baik!" Nada suara Raffaele benar-benar tidak terkendali. Pria itu sangat marah saat ini.
Dan Gilbertpada akhirnya hanya bisa mematuhi perintah dari Raffaele. Pria tersebut membawa paksa Valeria turun ke lantai bawah dimana Raffaele sudah melepas ikat pinggangnya.
"Ikat dia dengan tali ini!" Raffaele melemparkan sebuah tali kepada Gilbert.
Sejenak Gilbert bersinggungan tatapannya dengan manik milik Valeria. Ia merasa kasihan pada wanita ini. Bukan karena menaruh perasaan suka. Hanya saja, entah kenapa ia merasa jika Valeria tidak pantas mendapatkan semua ini. Yang bersalah adalah ayah wanita ini.
"Maaf nona." Lirih Gilbert, tepat di samping Valeria.
"Kita mulai sayang. Kau tau, siapa yang menyusup semalam?" Ujar Raffaele menyunggingkan senyum miring.
Tangannya terulur bergerak menelusuri wajah Valeria. Dan berhenti tepat di dagunya. Mengapitnya erat hingga wanita itu mendongak.
"Berani sekali kamu menguping. Tidak taukah kamu jika menguping itu tidak baik? Apa kedua orang tuamu tidak pernah mengajaran tata krama?" Ujar Raffaele mulai mengejek.
"Oh! Aku lupa, ayahmu saja seorang pembunuh. Mana mungkin kamu diajarkan semua itu." Lanjutnya.
Valeria geram. Ia tidak apa-apa jika dirinya yang diinjak-injak oleh pria ini harga dirinya. Tapi, jika sudah menyangkut kedua orang tuanya, ia tidak bisa.
Dengan kesal Valeria meludah tepat di wajah Raffaele. Seketika rahang pria di hadapannya mengeras hingga garis rahangnya tercetak jelas. Tatapannya pun berkilat marah.
Tangan besar itu semakin mencengkram kedua sisi pipi Valeria. Bahkan saat ini sudah turun ke bagian leher. Mencekiknya, hingga Valeria kehabisan napasnya. Namun, wanita itu tak melawan, hanya pasrah.
Tak melawannya Valeria membuat Raffaele melepaskan tangannya. Napasnya ikut tak beraturan seperti Valeria saat ini. Bedanya, jika Valeria karena napasnya yang habis sebab cekikan Raffaele. Sedangkan pria itu, napasnya tak beraturan karena amarahnya.
Belum sempat lega. Raffaele sudah membubukan sebuah cambukan pada tubuh Valeria. Membuat wanita itu berteriak kesakitan. Tak hanya satu kali, ini berakhir dengan beberapa cambukan lagi.
"Cukup! Tolong...cukup!" Jeritan Valeria.
Prang!
Sebuah suara benda pecah dari balik jendela mansion membuat pergerakan Raffaele terhenti. Di sana ia melihat sebuah bayangan seseorang kabur. Ia lalu memandangi Valeria yang sudah tak sadarkan diri akibat dirinya. Lalu pria tersebut berteriak.
"Periksa mansion! Ada penyusup masuk ke sini!" Perintahnya.
"Tangkap orang itu secepatnya Gilbert! Aku tidak mau ada kegagalan." Ujar Raffaele, pria tersebut berkata sembari mengangkat tubuh Valeria dan membawannya masuk ke kamar utama.