NovelToon NovelToon
Jati Pengantin Keramat

Jati Pengantin Keramat

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Tumbal
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Gendhis Banuwati, wanita berusia 20 tahun itu tidak percaya dengan penyakit yang dialami sang Ayah saat ini. Joko Rekso, dinyatakan mengalami gangguan mental, usai menebang 2 pohon jati di ujung desanya.

Hal di luar nalar pun terjadi. Begitu jati itu di tebang, darah segar mengalir dari batangnya.

"KEMBALIKAN TUBUH KAMI KE TEMPAT SEMULA!"

Dalam mimpi itu, Pak Joko diminta untuk mengembalikan kayu yang sudah ia tebang ke tempat semula. Pihak keluarga sempat tak percaya. Mereka hanya menganggap itu layaknya bunga tidur saja.

Akan tetapi, 1 minggu semenjak kejadian itu ... Joko benar-benar mendapat balak atas ulahnya. Ia tetiba menjadi ling lung, bahkan sampai lupa dengan jati dirinya sendiri.

2 teman Pak Joko yang tak lain, Mukti dan Arman ... Mereka juga sama menjadi gila.

Semenjak itu, Gendhis berniat mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan tempat yang di juluki dengan TANAH KERAMAT itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jati Keramat 19

Setelah berpamitan dengan sang Ibu, kini Gendhis dan Irfan langsung menuju rumah sakit temat Wira di rawat.

Malam itu, Wira mengalami kram hebat diarea perutnya, hingga membuat pria berpawakan tinggi tegap itu merasakan nyeri yang sangat hebat, hingga tubuhnya terasa lemah dan berakhir di rumah sakit.

Motor Irfan sudah berhenti dihalaman rumah sakit itu. Setelah melepaskan helmnya, mereka langsung bergegas menuju ruangan rawat Wira.

Ceklek!

Wira masih tertidur setelah Dokter tadi memeriksanya. Dan setelah Gendhis masuk bersama Irfan, seketika langkahnya dihadang oleh Bu Minah. "Kau 'kan yang sudah membut Wira terluka seperti itu?"

Gendhis menggeleng lemah. Ia juga tidak tahu jika calon suaminya itu terluka. "Bu, saya juga baru tahu setelah Irfan datang ke rumah. Demi Allah saya memang tidak tahu." Ucap lirihnya.

Bu Minah tersenyum culas, "Alasan saja!"

"Bu, sudahlah! Mas Wira sedang sakit, kenapa sih harus di ributi lagi. Gendhis memang tidak tahu apa-apa!" Bela Irfan menatap kesal Ibunya. "Sudah, Ndis, nggak usah dimasukan ke hati ucapan Ibu. Mungkin dia hanya terlalu khawatir dengan Mas Wira saja!"

Gendhis mengangguk lemah berjalan mendekat kearah ranjang.

"Bu, ayo kita keluar dulu!" Bisik Irfan yang ingin memberi ruang untuk sang Kakak.

Bu Minah menatap tidak setuju. "Nanti Wira di apa-apain sama wanita itu, Irfan!" tolaknya.

"Sudah, ayo Bu!" Irfan dengan cepat menarik lengan Bu Minah untuk diajaknya keluar.

Gendhis sudah duduk terdiam. Ia tatap wajah Wira yang penuh luka lebam itu. Perlahan, tangannya terulur mengusap wajah usang itu. Reflek saja tangan Wira mengangkat tangan Gendhis. Pria itu menolah, dan.wajahnya masih sama ... Datar.

"Siapa yang memberitahumu?" Meskipun terkesan dingin, namun suara itu lebih terasa ringan ditelinga Gendhis.

Wira berusaha ingin bangkit, namun tubuhnya di tahan oleh Gendhis. "Tidur saja!" katanya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku." Wira urungkan niatnya untuk bangkit.

"Wajah Mas Wira pasti sakit, ya? Mas ... siapa yang sudah melakukan semua ini? Apa mas Wira memiliki musuh?" Gendhis masih berusaha meyakinkan calon suaminya itu.

"Hanya luka ringan, nggak usah di khawatirkan." Ucap Wira dingin.

Entah dorongan dari mana, Gendhis memberanikan diri menggenggam tangan Wira. "Mas, untuk sementara ... Mas Wira nggak usah mikirin cara penyembuhan Bapak! Mas Wira fokus saja sama kesehatan dulu. Gendhis cuma mau minta izin, bagaimana kalau Gendhis kembali dengan Mas Nanda ... Agar Gendhis dapat mengambil tusuk konde emas itu." Ucap Gendhis pelan-pelan.

Mata Wira sontak terbuka lebar. Ia jelas tidak setuju dengan keputusan calon istrinya itu. Mungkin, secara tidak langsung Gendhis memutuskan pertunangan itu. "Nggak, Ndis! Kamu nggak boleh dekat dengan Nanda! Saya nggak setuju." pekiknya.

Gendhis hanya dapat tertunduk. Ia bingung langkah apa yang harus ia pilih saat ini. Penyakit Ayahnya bukan penyakit biasa. Dan jalan satu-satunya hanya dapat dekat dengan keluarga Lurah. Tapi di sisi lain, ia sudah terikat hubungan dengan Wira.

"Kau masih mencintai pria ingusan itu?" tanya Wira tanpa ekspresi. Padahal sejatinya pria dewasa itu tengah menahan rasa cemburunya.

Gendhis hanya dapat diam. Hubunganya dengan Nanda juga sudah terjalin hampir 2 tahun lamanya. Dan tak mudah melupakan sang pujaan begitu saja. Entahlah ...

"Mas, kau pasti tahu apa yang aku rasakan. Jika dibilang tidak cinta, tapi hubungan kita sudah berjalan hampir 2 tahun lamanya. Sementara saat ini ... Aku tengah berusaha untuk melupakan semua itu. Aku hanya ingin hidup tenang berumah tangga dengan kamu. Tapi keadaan sepertinya memaksakan aku harus kembali dengan Mas Nanda." Air mata Gendhis sudah luruh.

"Ndis ... Kamu nggak perlu mengorbankan dirimu. Aku sudah sembuh. Dan luka ini nggak seberapa. Setelah pulang dari sini ... Aku pasti akan berjuang demi Bapakmu!" Tangan Wira terangkat untuk mengusap air mata Gendhis.

"Bagaimana Mas Wira dapat masuk ke rumah Lurah? Sementara Mas Nanda sangat membenci Mas Wira. Gendhis nggak mau Mas Wira terluka. Atau jangan-jangan ..." Gendhis mulai berpikir keras. "Mas Nanda yang sudah membuat Mas Wira seperti ini? Jawab, Mas?"

"Nggak baik menuduh orang sembarangan! Saya hanya jatuh dari motor, Ndis!" jawan Wira yang masih engga berkata jujur.

Gendhis menatap lekat mata calon suaminya. "Mas Wira nggak bohong 'kan?"

Wira menggelengkan kepala lemah. Ia menepuk pelan tangan Gendhis, meyakinkan calon istrinya itu, jika keadaan akan baik-baik saja.

***

"Bagaimana?"

Satu pria yang kemarin malam memukuli Wira, kini suda berdiri dihadapan Nanda tertunduk segan. Ia saat ini berada di kota, di rumah pribadi Nandaka.

"Maaf, Den. Kami memang sudah berhasil membuat Wira terluka. Tapi si Parto juga mengalami cidera pada lengannya. Menurut kabar, Wira saat ini dirawat di rumah sakit, Den!" Ucap Pria tadi.

Nanda mengulas senyum smirk. 'Itu lah akibatnya jika kamu merebut kekasihku, Wira! Kau pikir aku akan diam saja ... Nggak akan!' batin Nanda penuh kemenangan. "Tunggu sebentar!" Nanda segera masuk kedalam.

Begitu keluar, pria muda itu tampak menepuk-nepukan amplop coklat yang berisikan beberapa uang. "Ini, ambil lah! Dan ingat pesan saya, jangan pernah lagi kamu menemui saya, sebelum saya menghubungi kalian kembali. Sekarang pergilah!"

Pria itu tersenyum lebar sambil menerima amplop tadi. "Baik, terimakasih Den. Saya permisi!" pamitnya sambil mencium amplop coklat tadi.

"Aku harus gunakan kebaikan Juragan Wisnu untuk menjenguk putranya. Wira kembali tersenyum culas, bersiap-siap menuju rumah sakit.

*

*

Mengingat hari minggu, jadi Nanda menyempatkan ke rumah sakit untuk melihat bagaimana keadaan Wira. Hubungannya dengan Juragan Wisnu cukup baik, terlepas dari perjodohan Wira dengan Bintari dulu.

Setelah bertanya kepada resepsionis, pria itu diarahkan menuju ruang rawat dilantai 4.

Sambil menenteng buah tangan, Nanda memantabkan langkahnya menuju ruangan Wira.

"Ini tempatnya," Nanda kembali tersenyum culas.

Tok!! Tok!!!

"Biar Gendhis saja yang membuka Mas!" ucapnya pada Wira. Gendhis hanya sendiri berjaga calon suaminya setelah tadi Irfan pamit untuk mengantarkan Ibunya pulang.

Ceklek!

Antara Gendhis dan juga Nanda, mereka berdua saling tersentak. "Mas Nanda ...." lirih Gendhis.

Antara kebencian serta cemburu hebat kini merasuk dalam jiwa Nanda. Ia mencoba menahan emosinya, dan bersikap seolah tidak ada apa-apa. Nanda masuk begitu saja, dan berhenti diujung ranjang Wira.

Melihat putra lurah ada didepannya, membuat Wira sontak bangkit begitu saja. "Brengsek, ngapain kamu datang kesini?!" umpat Wira menajamkan matanya.

Melihat itu, Gendhis langsung bergegas mendekat, mengusap lengan Wira agar calon suaminya itu dapat mengontrol emosinya. "Mas, tenang dulu."

Nanda tertawa remeh. "Putra tercinta Juragan ternyata terkapar di rumah sakit. Saya turut prihatin, Mas Wira." tawa Nanda mengejek.

"Mas Nanda, sudah Mas jangan memperkeruh keadaan! Mas Wira baru saja terkena musibah, dan nggak seharusnya Mas Nanda menertawainya!" Gendhis sedikit kesal dengan perubahan sikap mantan kekasihnya itu.

1
Lucas
seru banget lo ceritanya
Septi.sari: Kak terimaaksih🙏❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!