Can I Love My Brother?

“Kenapa wajahmu memerah begitu?” tanya Alca dengan heran.

“Ahahaha iya kah..” gumam Viola sambil memegang kedua pipinya lalu dia tersenyum malu mendengar pertanyaan dari Valdo itu.

Alca menghela nafas melihatnya.

“Kak, apa nanti orang-orang akan menganggap Angel yang memenangkan kontes ini?” tanya Viola dengan nada kesalnya.

“Entahlah.” jawab Alca.

“Kalau iya bagaimana? kasihan banget dong Gia….” sahut Viola dengan kesal.

“Bukankah Valdo juga seperti itu dari dulu.” ucap Alca.

Viola menghela nafas dengan kesal, “Dasar Angel.” gumamnya dengan kesal.

Setelah sampai rumah, Viola berlari ke arah mamanya yang sedang sibuk memasak itu dan dia memeluk mamanya dari belakang.

“Mama masak apa?” tanya Viola dengan nada manjanya itu.

Alca melihat mereka sekilas lalu dia naik ke tangga dan masuk ke dalam kamarnya.

“Untuk makan malam kita nanti, bagaimana Gia? apa dia menang?” tanya Rosa dengan heran.

“Tentu saja…mama pasti akan terkejut jika melihatnya langsung…” jawab Viola dengan antusias.

Rosa tersenyum kecil, “Benarkah? harusnya mama ikut…oke Viola tolong bantu cuci piringnya…”

“Aku?” tanya Viola dengan kesal.

“Bibik lagi mama minta tolong untuk belanja, ayo cuci piring…” ucap Rosa sambil tersenyum.

Viola mendengus dengan kesal lalu dia mencuci piring dan mangkuk yang kotor itu, Rosa tersenyum kecil  melihatnya.

“Mama…sama sekali tidak punya gambaran laki-laki macam apa yang akan menjadi suamimu nanti,” ucap Rosa.

“Kenapa memangnya?” tanya Viola dengan heran.

“Mama cemas saja, kamu tidak bisa masak, mengerjakan pekerjaan rumah juga tidak terlalu bagus…” ucap Rosa dengan sedih.

“Eihh..mama aku bisa kok..makanya aku butuh pria yang bisa masak.” jawab Viola dengan bangganya.

“Agar suamimu masak? terus kamu ngapain?” tanya Rosa dengan heran.

“Menemaninya.” jawab Viola.

Rosa menghela nafas, “Semoga kamu dapat suami yang lebih..lebih dewasa dan pengertian.” gumam Rosa.

.

Keesokan harinya.

Viola dan Gia berjalan bersama menuju ke kelas.

“Gia…pokoknya aku sangat bangga..bangga..bangga denganmu…” ucap Viola dengan sangat bahagia.

Gia tersenyum, “Makasih..kamu ini.” ucapnya dengan senang.

Viola tersenyum dengan senang.

“Aku jadi malu banyak orang yang memberiku semangat…” ucap Gia dengan tersenyum malu.

“Eihhh..nggak usah malu..” jawab Viola sambil memukul pelan pundak Gia.

“Sakit taukkk…” omel Gia dengan kesal.

“Heheheh maaf..maaf…” ucap Viola sambil tersenyum kecil.

“Angel?” sontak Gia dengan terkejut karena melihat Angel yang berjalan ke arah mereka dengan wajah kesalnya itu, sedangkan Viola menatapnya dengan wajah datar.

“Kau puas?” tanya Angel dengan kesal.

“Apa maksudmu?” tanya Gia dengan heran.

“Kau puas sudah menghancurkan hidupku?” tanya Angel dengan kesal.

“Menghancurkan siapa??? nggak jelas!” sahut Viola dengan kesal.

Angel berdecak dengan kesal, lalu dia pergi meninggalkan mereka.

“Apa dia waras?” tanya Viola dengan heran.

“Aku rasa tidak.” jawab Gia.

.

Angel lari ke ruang musik, dia mengunci pintunya, dan menangis sambil memukuli kepalanya dengan kesal.

.

Sepulang sekolah, Angel terlihat ragu untuk masuk ke dalam rumahnya karena hari ini akan menjadi hari yang mengerikan baginya.

Ceklek!

“Mama…aku pul-”

PLAKKKK!

“Papa!! apa yang papa lakukan!” omel wanita setengah baya itu, dia adalah mama Angel.

“Kau memang dilahirkan untuk membuat malu keluarga!” ucap pria setengah baya itu dengan kesal dan dia pergi keluar setelah menyambut putrinya dengan tamparan.

Angel tersenyum dengan kecil, “Aku tahu akan begini akhirnya..” gumamnya dengan kesal.

.

Alca masuk ke dalam rumahnya setelah ia pulang dari sekolah.

“Alca sudah pulang..” sambut Andre dengan hangat.

Alca hanya diam, dia bingung harus menjawab apa.

“Kamu mau mama buatkan makanan kesukaan kamu?” tanya Rosa sambil tersenyum.

Alca menoleh ke Rosa, dia bersyukur karena memiliki mama sambung yang sayang dan peduli dengannya dan itu membuatnya betah tinggal disini.

“Aku makan apa saja mah,” jawab Alca dengan canggung.

Andre tersenyum melihat putra bungsunya itu, “Alca papa senang kamu udah mau tinggal disini lagi,” ucapnya.

“Aku hanya sementara disini, nanti aku akan pindah ke rumahku lagi.” jawab Alca.

“Begitu kah,” jawab Andre dengan nada sedihnya.

“Kalau begitu aku ke kamar dulu,” pamit Alca lalu dia naik ke tangga menuju ke kamarnya, dan sampai di atas Alca melihat Viola yang berdiri di dekat kamarnya.

“Aku tidak nguping kok..beneran…” ucap Viola dengan menyakinkan Alca.

“Tidak ada yang tanya!” jawab Alca dengan ketus lalu dia masuk ke dalam kamarnya.

Viola bernafas dengan lega karena Alca tidak marah dengannya, dan Viola sangat penasaran kenapa Alca sampai tidak mau tinggal disini padahal ini rumahnya sendiri.

.

Alca keluar setelah makan malam. Dia tidak tahu harus kemana , dia ingin keluar untuk mencari udara segar saja diluar.

Sedangkan Viola, dia sedang menemani Arka yang membuat camilan untuk dirinya.

“Kamu sudah semakin akrab  ya sama Alca,” ucap Arka sambil tersenyum.

“Akrab apanya, dia menyebalkan.” gumam Viola dengan kesal.

Arka tersenyum kecil mendengar ucapan adiknya itu, dan Viola teringat dengan rasa penasarannya itu terkait Alca yang tidak mau tinggal disini.

“Kak, kenapa kak Alca tidak mau tinggal disini?” tanya Viola dengan heran.

Arka diam sejenak, lalu dia menoleh ke Viola, “Kakak selesaikan ini dulu nanti kakak akan beritahu,” jawab Arka.

Viola menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Arka dan Viola makan camilan buatan Arka di meja makan, Arka menceritakan  yang sebenarnya terjadi pada Alca dan papanya.

"Alca melihat papanya yang tidur dengan seorang wanita saat mama kita meninggal." Arka.

"Apa?" Viola dengan terkejut.

"Viola sekarang papa tidak seperti itu, dia sudah berubah saat Alca keluar dari rumah ini dan sejak papa menikah dengan mamamu papa menjadi pribadi yang lebih akrab dan ramah meskipun Alca sampai sekarang masih kesal padanya," Arka.

Viola mengangguk mengerti.

"Alca bilang tidak mau menjadi anggota keluarga ini lagi tapi kakak senang akhir-akhir ini dia banyak bicara karena kamu.."

"Aku?" sontak Viola.

Arka mengangguk.

"Kedatangan kalian berdua di rumah ini benar-benar membuat suasana rumah ini hangat lagi," Arka.

Viola tersenyum.

"Apa kak Alca tidak bisa memaafkan papa sampai sekarang?" Viola.

"Dia masih benci sama papa." Arka.

Viola mengangguk mengerti.

"Lalu kakak?" Viola.

"Aku juga sama seperti Alca, tapi jika aku pergi papa bisa hancur sendirian, jadi sebisa mungkin aku harus bisa memaafkan papa." Arka dengan sedih.

Viola merasa kasihan dengan Arka,  dia sangat dewasa menanggapi masalahnya itu.

Dia juga sedih mendengar ceritanya itu. Dia juga tidak bisa berbuat apa-apa tentang itu.

.

Dan lagi-lagi Alca melihat Rahel dan Dion yang sedang menikmati dinner di restoran itu, dia berdecak tersenyum.

“Kenapa dunia sempit sekali…” gumamnya dengan sekali.

“Alca..” panggil Naura.

Alca menoleh ke sampingnya dan menatap Naura dengan tatapan datarnya itu.

Dan Naura tersenyum kecil melihat Alca.