Queensa tak menyukai pernikahannya dengan Anjasmara. Meskipun pria itu dipilih sendiri oleh sang ayah.
Dijodohkan dengan pria yang dibencinya dengan sifat dingin, pendiam dan tegas bukanlah keinginannya. Sayang ia tak diberi pilihan.
Menikah dengan Anjasmara adalah permintaan terakhir sang ayah sebelum tutup usia.
Anjasmara yang protektif, perhatian, diam, dan selalu berusaha melindunginya tak membuat hati Queensa terbuka untuk suaminya.
Queensa terus mencari cara agar Anjasmara mau menceraikannya. Hingga suatu hari ia mengetahui satu rahasia tentang masa lalu mereka yang Anjasmara simpan rapat selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Begitu mata Anjasmara berhasil terpejam rapat. Kini giliran mata Queensa yang terbuka. Senyumnya terbentuk sempurna, tangannya berhasil melingkar dipinggang suaminya.
Queensa tahu, mulai saat ini, ia harus belajar mencintai bukan hanya dengan perasaan tapi juga dengan kehadiran yang tak lagi setengah.
Kadang, yang membuat seseorang pergi bukan karena mereka tak dicintai, tapi karena mereka terlalu lama merasa sendiri diantara dua orang.
******
Hari-hari berjalan dengan semestinya, atau setidaknya seperti apa yang mereka berdua sepakati setelah badai yang mereka lewati.
Dari luar, semua terlihat biasa saja. Tapi Queensa bisa merasakan sesuatu sedikit berubah. Anjasmara terlihat lebih ramah, lebih ringan dalam bercerita, pria itu bahkan mulai bercanda dengannya.
Hari ini pria itu pulang lebih cepat karena sejak jam 9 pagi hujan deras melanda.
"Mas kamu sudah pulang?" Dengan senyum cerah Queensa membukakan pintu untuk suaminya.
Sudah beberapa hari senyum Queensa mendapat balasan, walau tipis, tapi lengkungan itu berhasil tercipta di bibir Anjasmara.
"Aku sudah masak!" ujar Queensa membanggakan perjuangannya.
Alis pria itu terangkat sebelah, seakan meragukan yang didengarnya.
"Aku beneran masak, Mas. Kamu nggak percaya?" tuduhnya disertai wajah cemberut.
Pria itu tak menjawab. Tapi kakinya mulai melangkah menuju meja makan.
Senyum kecil tercipta di bibir Anjasmara. Keraguannya memudar saat melihat menu makanan yang tersedia. Mi goreng dan telur ceplok.
"Kamu buat untuk saya?" tanya Anjasmara menunjukan dirinya sendiri.
Dengan jumawa Queensa mengangguk. Tak pelak hal itu menciptakan tawa kecil dari bibir Anjasmara. Pria itu tak menyangka istrinya memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
"Coba, coba, coba!" Queensa mulai menarik. Anjasmara untuk duduk, perempuan itu juga segera menyodorkan sendok dan garpu untuk suaminya.
Anjasmara mulai menikmati masakan yang istrinya buat, saat perempuan itu menanyakan rasanya enak atau nggak? Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya, lagi pula Queensa tidak menambahkan apa-apa di mie instan yang dibuat selain telur ceplok, jadi apa istimewanya?
Usai makan, Anjasmara mandi dan Queensa menyiapkan baju ganti untuk suaminya, hampir satu minggu ini hubungan mereka sudah selayaknya pasangan, Queensa mulai melakukan perannya sebagai istri yang melayani suaminya.
Setelah mandi Anjasmara segera mengenakan pakaian yang Queensa siapkan dan pria itu menghampiri istrinya yang tengah menyisir rambut di depan meja rias.
Cup!
Kepala Queensa berpaling untuk menatap suaminya.
"Besok saya akan pergi ke luar kota untuk beberapa hari, kamu... mau ikut?" tanya Anjasmara setelah mengecup pipi kiri sang istri.
"Aku kayaknya nggak ikut deh Mas. Rabu ada undangan nikahan Abiyah, masa aku nggak datang? Dia sahabat aku, dan dia datang ke pernikahan kita waktu itu."
Anjasmara terdiam sejenak. "Kamu nggak papa datang sendiri?"
"Nggak masalah, lagian nanti aku bisa datang dengan Putri." jawab Queensa yakin.
"Oke, saya usahakan nanti bisa pulang secepatnya, kalau bisa temani kamu ke nikahan sahabatmu."
Queensa tersenyum dan mengangguk pelan.
*******
Sabtu sore Anjasmara berangkat ke Grogot, sebelum pergi dia sudah meninggalkan banyak pesan untuk istrinya.
Anjasmara juga melarang Queensa keluar sendirian, Anjasmara sudah menyiapkan sopir dan ART untuk melayaninya.
Minggu pagi perempuan itu mengirim pesan pada Anjasmara kalau dia ingin keluar rumah untuk bertemu dengan sahabatnya.
Anjasmara mengizinkan, asalkan Queensa di antar sopir.
Queensa datang ke sebuah mall tempatnya janjian, sampai di tempat tujuan dia meminta sopir untuk meninggalkannya saja, sopir itu ingin menunggunya tapi Queensa menolak dan berkata jika nanti dia pulang dengan temannya saja.
"Pak Mansur pulang saja, nanti aku pulang bareng temanku." katanya santai.
"Tapi, Bu. Nanti Pak Anjasmara...,"
"Nggak apa-apa, Bapak nggak usah kasih tau Mas Anjas, kalau aku pulang sama teman."
Pria itu akan kembali membantah tapi Queensa lebih dulu melangkah pergi.
Queensa disambut meriah oleh teman-temannya. Ia pun tak lagi marah ketika dipanggil nyonya Anjasmara oleh rekannya.
"Wahhh garcep juga lakimu, cepet banget buat kamu hamil Queen? " tanya perempuan berambut pendek yang bernama Cika.
"Gimana gak garcep, la Queensa cantik banget, mana betah ngganggurin cewek cantik! Ya, nggak?"
Semakin lama semakin ramai godaan yang Queensa dapatkan dari teman-temannya, perempuan itu tak marah, lagi pula teman-temannya tidak ada yang membicarakan keburukan suaminya, hanya guyonan untuk menggodanya.
Menjelang sore, satu persatu teman Queensa mulai pamit pulang, tadinya Queensa akan pulang dengan Cika, tapi ternyata Cika dijemput oleh pacarnya.
"Sa, maaf banget, kamu pulang sama April ya, aku jadi nggak enak sama kamu." perempuan bernama Cika itu menghampiri Queensa yang sedang merapikan barangnya.
"Oh, nggak apa-apa, Cik. Santai aja!" jawab Queensa, perempuan itu tidak mempermasalahkan.
April ganti menghampiri Queensa, "Yaudah kamu bareng akun aja," ajaknya. Lagi pula mereka searah. "Tapi aku cuma bawa motor." tambah perempuan itu menjelaskan.
Queensa melihat tampilannya yang memakai rok selutut dan baju bentuk Sabrina. Hari sudah sore, dari Mall ke tempat tinggalnya butuh waktu satu jam lebih dan April memakai kendaraan roda dua. Tentu sedikit repot. Tapi dia juga tidak punya pilihan, apalagi tadi dia meminta sopirnya pulang.
*****
Anjasmara tengah menjalankan shalat magrib saat ponselnya tidak berhenti berdering, pria itu tetap khusyuk pada kegiatannya, sampai salam terakhir, begitu selesai pria itu bangkit untuk mengecek ponselnya.
6 panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal.
Baru saja ingin mengirim pesan, nomor itu menelponnya lagi, Anjasmara segera menjawab, dan suara dari sebrang sana membuat pria itu membeku seketika.
makanya gak usah sooook...
untung gak dicere
semoga Anjas menemukan perempuan yang tepat dalam hidupnya...