Menjadi istri tapi sama sekali tak di anggap? Bahkan dijual untuk mempermudah karir suaminya? Awalnya Aiza berusaha patuh, namun ketidakadilan yang ia dapatkan dari suaminya—Bachtiar membuat Aiza memutuskan kabur dari pernikahannya. Tapi sepertinya hal itu tidak mudah, Bachtiar tak semudah itu melepaskannya. Bachtiar seperti sosok yang berbeda. Perawakan lembut, santun, manis, serta penuh kasih sayang yang dulu terpancar dari wajahnya, mendadak berubah penuh kebencian. Aiza tak mengerti, namun yang pasti sikap Bachtiar membuat Aiza menyerah.
Akankah Aiza bisa lepas dari pernikahannya. Atau malah sebaliknya? Ada rahasia apa sebenarnya sehingga membuat sikap Bachtiar mendadak berubah? Penasaran? Yuk ikuti kisah selengkapnya hanya di NovelToon!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter —19
Kali ini ucapan Ningsih membuatnya tergemap. Jual diri? Apa maksud Ibunya? Jelas-jelas ia tidak pernah melakukan perbuatan sehina itu. Tapi mengapa …
Tidak ingin pasien lain juga para pendamping pasien mendengar keributan antara Aiza dengan Ningsih, Ausal lantas segera menarik Aiza keluar.
Pemuda itu membawa Aiza duduk di bangku luar, tempat di mana ia pertama kali melihat kedatangan gadis yang amat disayangnya.
“Sebenarnya apa yang terjadi, Bang? Kenapa tiba-tiba, Ibu, ngomong seperti tadi sama, aku?” tanya Aiza meminta penjelasan. Merasa apa yang dilontarkan Ningsih adalah fitnah yang begitu keji!
Ausal menarik napas dalam. Ia menatap lekat-lekat sosok wanita cantik yang ada dihadapannya. Tampak sorot mengasihani, tidak tega terpancar dari sorot matanya sebelum menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Aiza balik menatap. Ia mendambakan penjelasan Ausal segera. Ucapan Ningsih sungguh membuatnya sakit hati, karena memang Aiza tidak pernah melakukan hal tersebut.
“Jadi begini, aku—” Lagi, Ausal menggantungkan kalimatnya. Rautnya tampak begitu berat menjelaskan apa yang ia ketahui.
“Kemarin sore seseorang datang memberikan surat, yang ternyata di dalamnya berisikan gugatan perceraian dari Bachtiar.” Akhirnya tanpa tedeng aling-aling, Ausal menjelaskan.
“Dalam surat itu tertulis, Bachtiar, menalak tiga kamu sebagai istrinya karena memergokimu selingkuh dengan orang lain. Ia juga menyertakan bukti berupa foto-fotomu dengan dua orang lelaki yang sepertinya bukan dari orang pribumi.”
Ucapan Ausal bagaikan kilat yang menyambar. Gugatan Bachtiar? Tentang talaknya? Ternyata lelaki itu serius dengan ucapannya yang tempo hari ingin menceraikan Aiza. Lalu, tentang foto…
Seolah seirama dengan pertanyaan hati Aiza. Ausal yang kebetulan langsung menyimpan foto-foto Aiza bersama dua orang lelaki setelah melihatnya, kini merogoh slingbagnya.
Ia kemudian mengeluarkan tiga lembar foto tersebut yang menunjukkan kepasrahan Aiza saat sedang digerayangi oleh dua orang lelaki asing itu.
Tanpa meminta izin. Aiza langsung merampas foto-foto tersebut dari tangan Ausal. Maniknya seketika memicing menatap gambar dirinya. Terlihat dua orang lelaki asing yang terakhir tempo hari hampir merenggut kesuciannya sedang memegangi dirinya. Sementara posisi Aiza, ekspresinya terlihat begitu pasrah.
Aiza menutup mulutnya menggunakan kedua tangan. Tak menyangka kejadian naas yang menimpa dirinya akan dipotret sedemikian rupa. Terlihat seperti ia yang menginginkan. Padahal kenyataan tidak seperi itu.
Aiza meradang. “Ini tidak seperti yang terlihat, Bang! Aku, tidak semurah itu. Aku tidak mungkin melakukan perbuatan se-tercela itu!”
Bantahan Aiza seketika disambut anggukan oleh Ausal. Ia memercayai Aiza. Sungguh, meski dari gambar tersebut terlihat asli Aiza tak menepis orang-orang tersebut. Namun, Ausal yakin jika sebenarnya ada hal lain yang terjadi, sampai gadisnya bisa berada dalam posisi tersebut.
“Orang-orang itu yang memaksaku, Bang. Tapi mereka tidak sampai melakukan hal tersebut,” ucap Aiza dengan nada bergetar. Sungguh, mengingat momen tersebut membuatnya trauma.
Tubuhnya menggigil. Ia terlihat begitu ketakutan, sehingga membuat Ausal tidak berani mengorek lebih dalam lagi apa yang sebenarnya terjadi pada Aiza
Selama ini Ausal sangat dekat dengan Aiza. Pemuda itu paham betul karakteristik wanita cantik dihadapannya kini. Aiza bukan gadis genit, ia bukan tipe gampangan yang mudah di dekati oleh pria.
Apalagi mendekati pria. Aiza begitu pemalu, sampai-sampai di usianya yang menginjak dewasa Aiza hanya memiliki satu orang lelaki dihatinya. Yaitu Bachtiar.
Lantas bagaimana bisa ia memercayai isi gugatan dari Bachtiar yang seolah menggambarkan jika gadisnya serendah itu?
‘Apa jangan-jangan semua ini ada kaitannya dengan kejutan yang aku berikan pada, Bachtiar?’ batin Ausal yang merasa jika apa yang saat ini terjadi pada Aiza merupakan andil dari tindakan nekatnya!
Bersambung.
