NovelToon NovelToon
Cinta Tumbuh Dari Luka Masa Lalu

Cinta Tumbuh Dari Luka Masa Lalu

Status: tamat
Genre:Cintamanis / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:228.6k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Hannah, seorang perempuan yang tuli, bisu dan lumpuh. Ketika melihat perut Hannah terus membesar, Baharudin—ayahnya—ketakutan putrinya mengidap penyakit kanker. Ketika dibawa ke dokter, baru diketahui kalau dia sedang hamil.

Bagaimana bisa Hannah hamil? Karena dia belum menikah dan setiap hari tinggal di rumah.
Siapakah yang sudah menghamili Hannah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Malam sudah begitu larut, tetapi Arka belum juga bisa memejamkan mata. Kecemasan dan kemarahan yang menumpuk selama berbulan-bulan kini mulai mencari jalan keluar. Kepalanya dipenuhi strategi dan intrik yang harus dihadapi—bukan dari luar, tapi dari keluarganya sendiri. Sesekali ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan detak jantung yang berdegup kencang karena tekanan.

Arka menghubungi beberapa orang dewan direksi yang selama ini masih menjalin hubungan baik dengannya. Meskipun tidak lagi aktif di perusahaan, dia dan Arman tetap menjaga komunikasi—secara diam-diam—dengan orang-orang kepercayaan lama mereka. Semua dilakukan tanpa sepengetahuan Pak Surya, sang ayah yang kini lebih memihak istri barunya dan anak tirinya, Citra.

"Pak Wira, aku harap Anda bisa membantu saya untuk menahan pengaruh Citra dan Soraya di perusahaan," ucap Arka melalui sambungan telepon. Suaranya terdengar tenang, tapi tegang.

Di seberang, suara bariton seorang pria dewasa terdengar penuh empati, "Sebelum kamu minta pun, aku dan beberapa teman mamamu juga sudah melakukan hal itu. Namun, mereka selalu menggunakan nama papamu dalam setiap tindakannya. Dan papamu juga selalu setuju."

Arka terdiam sesaat. Hatinya terasa seperti diremas. Nama ayah yang dulu begitu dihormati, kini terasa asing dan menjengkelkan. Ia menghela napas, lalu dengan suara berat, ia berkata, "Sebaiknya kalian mengadakan rapat dewan direksi dan meminta aku untuk menggantikan posisi papa."

Kalimat itu nyaris tak bisa keluar dari mulutnya. Dulu, dia menolak mentah-mentah ketika diminta Pak Surya untuk ikut mengelola perusahaan bersama Citra. Namun sekarang, keadaan memaksanya untuk mengambil alih, walau harus menjilat ludahnya sendiri. Demi menyelamatkan Abimana Grup—warisan dari leluhur mereka yang penuh darah dan keringat—Arka tahu dia tidak bisa tinggal diam.

"Papamu bersikukuh Citra harus ditempatkan di kursi jabatan tinggi," balas Pak Wira.

"Jabatan tinggi, bukan berarti posisinya tertinggi, kan?" Arka menekankan, mencoba mencari celah.

"Benar juga," jawab Pak Wira setelah berpikir sejenak.

Arka menatap langit-langit kamar. Keheningan malam makin terasa menusuk, seolah memantulkan semua konflik yang terjadi dalam keluarganya. "Jika bukan karena amanah mama, aku nggak mau ikut campur dengan perusahaan itu. Aku sudah nyaman dan bahagia dengan keadaanku saat ini."

Pak Wira mengangguk, meski tak terlihat oleh Arka. "Mamamu adalah wanita baik dan cerdas. Makanya dulu kakekmu pun mempercayakan perusahaan ini padanya, agar bisa membantu papamu."

Arka tersenyum tipis mengenang sosok ibunya. Seorang perempuan tangguh yang mengajarkan makna kerja keras, bahkan dalam kesulitan sekalipun.

"Seandainya saja Arman orangnya tidak sembrono, akan aku suruh dia untuk ambil alih. Biar dia dengan kedua ular itu saling berseteru memperebutkan jabatan."

"Jangan!" seru Pak Wira cepat. "Arman tidak akan mampu mengemban posisi tertinggi, walau dia juga pandai berbisnis. Tapi, emosinya itu … tidak bisa dikontrol dan suka sembrono."

Itu sudah menjadi rahasia umum di kalangan keluarga dan orang terdekat mereka. Arman memang berbakat dalam melobi, fasih bicara, dan mudah akrab dengan siapa saja. Namun, sikap impulsifnya sering kali menjadi bumerang.

"Kalau begitu aku tunggu kabar baiknya, Pak Wira."

Setelah sambungan telepon berakhir, Arka memijat pelipisnya. Kepalanya terasa tegang, seperti dihimpit batu besar. Setiap kali menyangkut ayah dan keluarga barunya, emosinya selalu terpancing. Luka lama yang belum sembuh seolah dikorek kembali.

Jam di dinding menunjukkan pukul 03:15 dini hari. Sementara sebagian besar orang terlelap dalam mimpi, Arka masih duduk tegak di kursinya, matanya terpaku pada layar laptop. Di sana tertera laporan keuangan perusahaan yang ia peroleh secara diam-diam. Seorang teman lamanya, yang kini bekerja sebagai hacker profesional, berhasil membobol sistem keamanan IT Abimana Grup atas permintaan Arka.

"Rapi sekali mereka dalam melancarkan semua tindakannya," gumam Arka dengan nada sinis.

Laporan itu menunjukkan ketimpangan mencolok. Citra dan Soraya menerima gaji yang bahkan sulit dipercaya, ditambah aliran uang bulanan yang sangat besar dari Pak Surya. Sebuah ironi yang menyesakkan dada Arka.

Ia tertawa lirih, penuh getir. Dulu, dia dan Arman harus banting tulang untuk bisa kuliah. Sambil bekerja siang malam, mereka mengejar pendidikan demi membuat bangga mendiang ibu mereka. Tidak ada sepeser pun bantuan dari Pak Surya, kecuali mereka mau kembali tinggal bersamanya—sesuatu yang tidak pernah mereka setujui.

Daripada tunduk pada kehendak ayahnya, mereka memilih membuka warung kecil dari gerobak tua. Dengan tekad dan ketekunan, usaha itu berkembang pesat. Awalnya melayani anak-anak nongkrong, lalu meluas menjadi sebuah supermarket besar. Semua itu mereka raih dari titik nol, tanpa bantuan keluarga.

Uang hasil keringat itu kemudian mereka investasikan. Mereka membangun vila-vila di kawasan wisata alam yang menjanjikan. Dan kini, hasilnya membuat mereka berdiri tegak dengan kepala terangkat. Hidup mandiri tanpa harus mengemis kasih atau pengakuan dari ayah mereka.

Malam ini, semua kenyamanan itu harus dikesampingkan. Demi menjaga apa yang masih tersisa dari warisan keluarganya, Arka tahu ia harus kembali turun ke medan perang.

***

Arman menyetujui tindakan Arka tanpa banyak perdebatan. Mereka berdua tahu bahwa ini bukan lagi soal harga diri, tapi pertarungan untuk kebenaran dan kehormatan keluarga. Sementara Arka menyusun strategi lewat jalur formal, Arman memilih pendekatan yang lebih bebas—menggali informasi tersembunyi yang bisa dijadikan senjata untuk menjatuhkan Citra dan Soraya.

"Pastinya mereka punya skandal. Kita harus mencari bukti-bukti itu," kata Arman dengan nada penuh keyakinan. Matanya bersinar tajam, seperti pemburu yang sudah mencium jejak mangsanya.

Arka menatap saudaranya dalam-dalam. Meski ia tahu kemampuan Arman dalam mengorek informasi tak diragukan, tetap ada rasa khawatir yang menyelinap dalam pikirannya. "Jangan sampai salah langkah. Aku tidak ingin kejadian mama di masa lalu terulang juga kali ini," katanya pelan namun tegas.

Suasana mendadak hening. Nama mama mereka selalu menjadi titik rapuh dalam setiap percakapan serius. Ingatan tentang masa lalu yang pahit kembali menyeruak, menampar kesadaran mereka tentang betapa tidak adilnya dunia pada seorang wanita yang tulus dan berjuang sendirian.

"Aneh saja dengan orang-orang zaman dulu," gumam Arman, menggeleng perlahan. Suaranya penuh kekesalan yang dipendam lama. "Sudah jelas dia itu pelakor, tapi orang-orang malah menyalahkan mama. Dibilang nggak bisa urus suami."

Arka tersenyum miris. Ia sudah mendengar komentar seperti itu terlalu sering dari mulut orang luar. "Orang lain mana tahu apa yang terjadi sebenarnya. Mereka semua udah termakan omongan si pelakor," balasnya dingin.

"Benar juga," sahut Arman. Ia mengepalkan tangan di pangkuannya. Emosi perlahan membakar dadanya. "Padahal mama banting tulang agar perusahaan selamat dari krisis ekonomi global. Wanita itu malah dengan mudahnya memperdaya papa dengan rayuannya."

Nada marah mulai terdengar jelas dalam suaranya. Baginya, itu bukan sekadar kesalahan pribadi ayahnya, tapi sebuah pengkhianatan yang memecah belah keluarga mereka dan mencabut fondasi kehidupan yang semestinya hangat dan utuh.

"Salah papa juga," Arka menimpali, nada suaranya mulai dingin dan penuh kecewa. "Coba kalau dia pria yang setia dan tidak mudah kena jebakan wanita gatal, nggak akan terjadi perselingkuhan itu."

"Papa kita emang bangke," geram Arman tanpa sensor. Tak ada rasa hormat yang tersisa dalam ucapannya. "Punya istri cantik, pintar, dan sudah kasih dua jagoan, masih saja bisa tergoda oleh wanita murahan begitu."

Arka hanya mengangguk, membiarkan kemarahan adiknya mengalir. Meskipun dia lebih tenang, isi hatinya pun sama getirnya.

"Aku harap kamu jangan ikuti jejak papa," ucap Arka kemudian, suaranya melembut, berubah menjadi nasihat seorang kakak. "Jadilah pria sejati, yang cuma setia pada satu wanita."

Arman tertawa pendek, tapi tidak menyimpan emosi dalam tawa itu. "Emangnya aku pernah selingkuh?" katanya santai. "Walau aku punya banyak mantan kekasih, tapi nggak pernah menduakan mereka."

Ucapan itu benar adanya. Arman memang dikenal sebagai pria yang karismatik dan mudah menarik hati wanita, tapi dia bukan pengkhianat. Hubungannya mungkin sering kandas, tapi bukan karena dia bermain hati dengan dua orang sekaligus.

Saat percakapan mereka mulai mereda, suara notifikasi dari ponsel Arman memecah kesunyian. Ia melihat layar sebentar, lalu mengangkat alis. Nama Karin tertera di sana. Hanya satu pesan singkat masuk, namun cukup untuk membuatnya berdiri.

"Aku temui Karin dulu," katanya sambil memasukkan ponsel ke saku.

Arka hanya mengangguk. Dia tahu, kalau sudah menyangkut Karin, Arman jarang bisa menunda.

Dengan langkah cepat, Arman meninggalkan ruang kerja Arka. Namun, saat ia membuka pintu dan melangkah ke arah mobil, terdengar suara kecil dan nyaring memanggil namanya dari kejauhan.

"Om Arman!"

Arman menoleh cepat. Suara itu sangat dikenalnya. Ia melihat Yasmin—gadis kecil yang selalu memanggilnya 'om' dengan polos dan ceria—berlari ke arahnya.

Di belakang Yasmin, berdiri dua sosok dewasa. Pak Baharuddin tampak serius seperti biasa, sementara Hannah berdiri anggun meski dibantu dengan kruk. Keberadaan mereka terasa tiba-tiba dan tidak biasa.

Tatapan mata Arman berubah. Dari yang tadinya tenang dan tergesa, kini berubah menjadi penuh tanya dan waspada. Arman merasa ini bukan pertemuan biasa.

***

1
Rahmaniar
suka ceritanya alurnya Bagus, ceritanya berkesan,pokoknya mantap deh👍👍👍
🌸Santi Suki🌸: Terima kasih, Kak
total 1 replies
Larasati
gak kerasa sdh tamat aja,,, semoga sukses selalu thor, 😘😘
🌸Santi Suki🌸: Aamiin 🤲
total 1 replies
Sukhana Ana lestari
Sangkin terkesima Baca bab ini tau²nya Tammat.. Terima kasih Author cantik udah memberikan karya yg sangat bagus.. sampe ketemu lagi di karya othor yg akan dtg.. 🙏🏻😘😘😘😘💪💪💪💪
🌸Santi Suki🌸: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 3 replies
Wiek Soen
Thor kasihan Arman blm ketemu jodohnya 😁😁🙏🙏 lanjut thor
🌸Santi Suki🌸: jodohnya Arman kan si Aruna 😅
total 1 replies
Wiek Soen
Alhamdulillah akhirnya mereka bersatu
Nar Sih
yaah...tamat bnran nih ,ending yg bagus banget kakk,arka udah bahagia dgn keluarga kecil nya ,moga aja nanti juga ada kisah cinta nya arman dan aruna ya kak ,makasih bnyakk buat kaksanti udh kasih cerita ini🙏🙏🥰❤️
🌸Santi Suki🌸: Sama-sama, Kak. Untuk cerita Arman belum ada di daftar list upload untuk sementara ini.
total 1 replies
Susi Akbarini
adakah bonchqp Arman..
akhirnya nikah ama siapa?
terus yg neeusin uaaha rumah makna Hannah siapa?
apa mitiara..
❤❤❤😍😙😙
🌸Santi Suki🌸: Cerita Arman belum ada rencana buat.
iya, Rumah makan yang nerusin Mutiara, apa kehapus, ya, bagian itu?
total 1 replies
Eva Karmita
Alhamdulillah bahagia selalu untuk keluarga kakek Baharuddin dan kakek Surya karena sudah punya cucu sepasang, mudah"an ada cerita Arman dan Aluna
🌸Santi Suki🌸: Semoga ada mood buat ceria Arman ke depannya
total 1 replies
Wanita Aries
Cerita menarik ada luka tawa bahagia
🌸Santi Suki🌸: Terima kasih, Kak. Jangan lupa baca karya terbaru aku
total 1 replies
Ema
Terima kasih ka othor. Semoga ada Bonchap nya /Grin/
🌸Santi Suki🌸: Sama-sama, Kak. Sepertinya enggak akan ada bonchap
total 1 replies
altanum
idr ceritanya keren thor.trauma yang membuat hannah jadi bisu dan lumpuh.akhirnya terkuak setelah dewasa bersamaan dengan jodohnya yg datang.jodoh yang telah membuat hannah hamil yasmin...
keren begete ceritanya thor.dengan rangkaian kata yg indah jd lebih greget mbaca novelmu ini.
terus semangat berkarya thor ❤️❤️❤️❤️
🌸Santi Suki🌸: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
Bun cie
akhirnya happy ensi g u arka hannah yasmin dan keluarga kec arman yg masih menggantung hubnya dengan aruna.
trims kak auyhor u karyanya🙏👍💐
🌸Santi Suki🌸: Sama-sama, terima kasih sudah baca karya aku, Kak.
Cerita Arman aku skip. Kalau ada mood lanjut insya Allah buat. Hanya saja saat ini belum ada keinginan itu
total 1 replies
Sugiharti Rusli
wah apa judul barunya sudah tayang yah, itu sudah ada blurb di part sebelumnya,,,
🌸Santi Suki🌸: sudah ada,Kak
total 1 replies
Sugiharti Rusli
yah semua pasti akan indah pada waktunya yah, begitupun kebahagiaan Hannah dan sang ayah serta Arka, mereka sudah menjadi keluarga utuh dengan anak" yang akan lahir dari rahim Hannah kelak,,,
Sugiharti Rusli
apalagi para kakek, pasti akan sangat bahagia dengan bertambahnya sati anggota baru lagi dan cowok pula cucu k-2 mereka yah😊😊😊
Esther Lestari
Arman gimana ceritanya.
Kasihan dia....Arka anaknya sudah 2, Arman nikah aja belum😁
🌸Santi Suki🌸: Belum kepikiran untuk buat cerita Arman saat ini 🙏🏻
total 1 replies
Sugiharti Rusli
beruntung, sekarang Arka sudah memiliki anak k-2 dan berjenis kelamin laki" penerus namanya kelak yah
Sugiharti Rusli
memang baik Arka maupun Arman harus memperbanyak keturunan yah, karena harta keluarga mereka banyak😆😆😆
Sugiharti Rusli
karena seorang kakek-nenek, biasanya bisa luluh sama cucu kan yah, apalagi Yasmin anak baik dan supel jadi bisa cepat akrab sama orang baru,,,
Sugiharti Rusli
hadirnya Hannah dan Yasmin memberikan warna yang berbeda ke Arka dan Arman yah, mereka bisa berdamai kembali dengan sang ayah karena Hannah dan juga Yasmin yang bisa cepat akrab dengan sang kakek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!