Sosok Wanita yang Misterius, tak terlacak dan penuh dengan kejutan, memasuki kehidupan seorang CEO Tampan dan Sukses, entah di sengaja atau hanya kebetulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WAY 19
Empat hari telah berlalu, Kia kembali bekerja secara online sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat oleh perusahaan.
Rasanya cukup lega, dan fisiknya bisa diistirahatkan, namun tetap pikirannya terfokus akan beberapa pekerjaan yang sudah dikirimkan melalui email pribadinya.
"Tinggal satu hari lagi, aku kembali ke Ambara Company" gumam Kia sambil menghembuskan nafasnya perlahan.
Sehari dalam seminggu Kia memang diwajibkan untuk datang ke perusahaan, bekerja secara langsung dan berinteraksi dengan beberapa orang yang dibutuhkan.
Kini tangannya lincah mengerjakan pekerjaan yang sudah di list, hal itu dilakukan karena tidak ingin ada satu pekerjaan pun yang terlewati olehnya, dan di tengah-tengah konsentrasinya ada sebuah pesan masuk yang membuatnya mengerutkan alis.
"Oleh-oleh?" Ucap Kia lirih, lalu kemudian membaca ulang isi pesan.
Rupanya Zaki mengirimkan sebuah pesan di mana dirinya menitip oleh-oleh khas Surabaya, kota di mana saat ini Kia berada.
'Siap pak, mungkin ada yang spesifik diinginkan oleh Pak Zaki?' begitulah balasan yang dikirim oleh Kia saat ini.
"Apa saja yang penting bisa dimakan" balas Zaki.
"Siap pak" Kia menjawab kembali.
Sejenak Kia berpikir, oleh-oleh apa yang bisa dia bawa, dan akhirnya menemukan jawabannya, dengan cepat Kia memesan beberapa bungkus kue bolu kukus.
Laptop yang menemaninya seharian sudah di tutup dengan rapi, tinggal satu hal penting yang harus dilakukan, yaitu mencari tiket kereta api untuk keberangkatan besok ke Ambarawa Company.
Namun dengan terpaksa Kia harus menuju ke suatu rumah malam ini juga, halaman yang cukup luas dan hunian yang begitu besar kini dihampiri oleh Kia.
Dengan tarikan nafas panjang, Kia mengucapkan salam lalu kemudian masuk setelah mendapat jawaban.
"Duduklah" ucap seorang wanita yang tak lain adalah Lestari, bibinya.
"Ada apa Bulek Tari?" Tanya Kia, setelah duduk tepat di samping bibinya.
Bukannya sang bibi yang menjawab, tapi pamannya yang baru saja datang duduk di depan Kia dan mengatakan_
"Soal pembagian warisan, ini harus segera diselesaikan, kamu itu susah sekali di temui, padahal tempatmu tidak jauh dari sini, memangnya ke mana saja?" Tanya Agung pamannya.
"Maaf paman, Aku bukan orang yang suka ongkang-ongkang kaki tapi ingin mendapatkan uang begitu saja"
"Jangan menyindir orang lain, urusi saja dirimu sendiri"
"Saya hanya mengatakan sejujurnya, maaf kalau ada yang tersinggung di sini, dan sekali lagi saya katakan, Saya tidak mau ikut campur soal warisan, silakan paman berbuat sesuka yang Paman inginkan"
"Kia?, tolong Nak, di sana juga ada hakmu, mari kita pikirkan baik-baik, bibi ingin pembagian ini sesuai dengan apa yang wasiatkan oleh kakekmu"sahut lestari.
"Silakan bibi, pada intinya aku tidak keberatan apapun keputusan kalian, tapi tolong, jangan libatkan saya dalam sebuah perseteruan keluarga, dan jangan mengganggu ketenangan ku, sudah cukup semua permasalahan yang dulu di timpakan padaku, sekarang aku tidak ingin mendengar omong kosong yang tidak ada gunanya, hanya merusak pikiranku saja"
"Itulah dirimu, paling egois dari dulu" sahut sang paman.
"Lihat diri Paman dulu sebelum mengatakan itu, berapa banyak uang yang sudah Paman hamburkan dengan mengatasnamakan diriku"
"Lancang!"
"Aku hanya mengingatkan, barangkali Paman sudah lupa"
"Kau memang anak tidak tau diri, sama seperti ibumu!"
Kia langsung berdiri, menatap tajam sang paman yang masih duduk di depannya, sedangkan bibinya berusaha untuk menenangkan Kia dengan memegang tangan nya.
"Sabar Kia, duduklah sayang" ucap sang bibi yang mulai meneteskan air matanya.
Kia menatap bibinya, lalu duduk perlahan, kemudian berusaha untuk tersenyum.
"Bi Tari, aku mohon, jangan halangi keputusanku, Aku tidak menginginkan sedikitpun dari warisan itu"
"Tapi pesan kakekmu, kamu harus mendapatkan bagianmu Nak, aku sendiri yang waktu itu mendengar langsung dari kakekmu"
"Sudahlah bi, kakek pasti mengerti keadaanku, Aku hanya ingin ketenangan"
"Tapi_"
"Bi, tolong, aku sudah cukup bahagia, hidup dengan usahaku sendiri tanpa campur tangan yang lain"
Lestari semakin menangis, merasa gagal tidak bisa berbuat sesuai yang diamanatkan oleh ayahnya, tapi keputusan keponakannya tidak bisa dia paksa, dan akhirnya menyetujui apa yang diinginkan oleh Kia.
"Aku hanya menginginkan satu Ruko yang ada di pusat kota untuk Kia" ucap Lestari dengan suara yang bergetar.
Ada senyuman puas di bibir suaminya, sepertinya apa yang direncanakan sudah mulai berjalan, dari semua warisan yang ditinggalkan oleh mertuanya, hanya secuil yang jatuh di tangan Kia.
Malam itu juga semua diproses, Kia hanya diam dan meninggalkan rumah itu dengan memeluk sang bibi sambil berpesan untuk jangan memikirkan dirinya lagi, dan lebih menjaga kesehatannya.
*
*
Malam yang cukup berat, dan kini Kia sudah duduk di dalam kereta malam menuju ke Jakarta, matanya terpejam berusaha untuk beristirahat, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk fisiknya yang terasa begitu kelelahan, menghadapi keluarga besarnya dari dulu selalu membuat batinnya tertekan.
Kia terlelap, rasanya hanya sebentar, namun kemudian seseorang telah membangunkan nya.
"Sudah sampai mbak, ini stasiun terakhir" ucap seorang perempuan tua yang kebetulan duduk di sampingnya.
"Oh iya, terima kasih Nek"
Dia segera beranjak dari duduknya, mengambil beberapa barang bawaannya, lalu berjalan menuju ke pintu keluar.
Beberapa saat kemudian, Kia sudah berada di dalam hotel yang dulu pernah disinggahinya, resepsionis menyambutnya dan memberikan kunci kamar, dua hari Kia akan berada di sana.
"Harga seperti biasanya Nona Ambar"
"Baik, aku bayar di muka" lalu Ambar mentransfer dengan segera.
"Ini untuk mu dan yang lainnya" Ambar tersenyum sambil menyerahkan dua kotak oleh-oleh yang di bawanya.
Resepsionis itu tersenyum, menerima bingkisan dengan bahagia.
"Terimakasih Nona Ambar, kami semua pasti suka, ini kelihatan lezat"
"Hem, tentu saja" Kia berlalu sambil tersenyum.
Pagi yang cukup cerah, kini Kia sudah melangkahkan kaki menuju ke Ambarawa Company.
"Selamat pagi Bu Ambar" ucap salah satu security yang sedang berjaga.
"Pagi Pak" balas Kia sambil tersenyum, kemudian melanjutkan langkahnya setelah beberapa menit berbincang ringan.
Mungkin sepuluh menit setelah itu, terlihat Zaki memasuki perusahaan, langkahnya di percepat untuk menyusul Galang yang ada didepannya.
"Pagi" sapa Zaki.
"Hem" jawab Galang.
"Bagaimana?" Tanya Zaki.
"Apanya?"
"Ck, hari ini lah?, Ambar sudah kembali bekerja, dan dia akan membawa oleh-oleh untuk kita" dengan riang dan senyuman merekah Zaki bercerita.
Keduanya sudah memasuki lift bersama, dan Galang masih terdiam, sedangkan Zaki sudah tak sabar menunggu jawaban dari pertanyaan nya.
"Bagaimana?" Ulang Zaki.
"Kau yang meminta oleh-oleh ke Ambar?" Tanya Galang.
"Emm, iya sih, aku hanya becanda waktu menghubunginya, dan dia membalas serius"
"Lain kali jika kau lakukan hal itu lagi, akan aku lemparkan SP 1 ke mukamu" sahut Galang dengan wajah serius, tentu saja hal itu membuat Zaki terkejut.
Mana komennya?, Like Vote dan tonton iklannya.
Bersambung.
ciye...