Riris Ayumi Putri seorang gadis yang haus akan kasih sayang dan cinta dari keluarganya. Dan sialnya ia malah jatuh cinta pada kakak temannya sendiri yang umurnya terpaut jauh dengannya. Bukanya balasan cinta, justru malah luka yang selalu ia dapat.
Alkantara Adinata, malah mencintai wanita lain dan akan menikah. Ketika Riris ingin menyerah mengejarnya tiba-tiba Aira, adik dari Alkan menyuruhnya untuk menjadi pengantin pengganti kakaknya karena suatu hal. Riris pun akhirnya menikah dengan pria yang di cintainya dengan terpaksa. Ia pikir pernikahannya akan membawa kebahagiaan dengan saling mencintai. Nyatanya malah luka yang kembali ia dapat.
Orang selalu bilang cinta itu membuat bahagia. Namun, mengapa ia tidak bisa merasakannya? Apa sebenarnya cinta itu? Apakah cinta memiliki bentuk, aroma, atau warna? Ataukah cinta hanya perasaan yang sulit di jelaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Malam semakin larut, Alkan baru saja pulang. Ia berjalan menuju kamarnya. Terlihat istrinya yang sedang tertidur pulas di ranjang miliknya.
"Ngapain Lo tidur di kamar gue!" dengan tega Alkan menarik istrinya hingga terbangun.
"Kamu lupa? Adikmu yang nyuruh kita tidur bareng."
"Gak usah banyak alasan, Aira sudah pulang. Lagian dia gak bakal tau kita tidur bareng atau gak. Sana kembali ke kamar Lo!" ketusnya.
Setelah bertemu dengan Dara tadi, membuat Alkan semakin benci pada istrinya. Selain sudah memisahkan mereka, Riris juga sudah membuat orang yang di cintainya menderita.
"Dan ya Lo gak usah pengaruhi Aira macam-macam deh!"
Tidak ingin berdebat dengan suaminya. Gadis itu menghela nafas pelan, lalu berjalan pergi dari sana. Riris sudah capek dengan semuanya, ia hanya pasrah. Terserah suaminya mau melakukan apa, ia tidak peduli.
...***...
Seorang pria berdiri di balkon kamarnya menikmati hembusan angin malam. Pandangannya tertuju ke bawah, terlihat istrinya yang baru pulang entah darimana di antar oleh seorang pria.
Entah kenapa dadanya merasa sangat sakit. Nafasnya sedikit memburu dengan tangan terkepal. Ia terus memperhatikan mereka dengan perasaan tidak terima. Apakah ia cemburu? Ah itu tidak mungkin.
Alkan bergegas turun ke lantai bawah. Ia menyenderkan tubuhnya di dinding dengan wajah dinginnya. Pintu terbuka dan terlihat istrinya masuk ke dalam dengan wajah lelahnya.
Wanita itu hanya meliriknya sekilas, lalu berniat berjalan menuju kamar. Entah mengapa Riris masih kesal dengan suaminya karena kejadian malam itu. Ia pikir dengan nyuekin dia bakalan peka dan nanya kesalahannya. Buktinya sampe sekarang lelaki itu malah semakin kasar.
"Malam-malam keluyuran sama cowok lain sampe lupa sama suami sendiri. Habis jual diri, Lo?" sindir Alkan sambil menatap remeh.
Riris menghentikan langkahnya, ia menoleh pada suaminya dengan tatapan marah. Baru pulang kerja capek dan suaminya menuduhnya yang macam-macam. Padahal ia tadi pulang bersama teman kerjanya.
Plak!
Tamparan keras melayang pada pipi Alkan. Membuat wajah pria itu tertoleh. Alkan mendongak menatap istrinya tidak percaya. Matanya memerah, rahangnya sudah mengeras.
"Selama ini aku diam, karena menghargai kamu sebagai suami. Serendah apa sih aku di matamu, Mas?"
Riris menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca dan tangan bergetar. Ia melakukan itu tanpa sadar karena terbawa emosi.
"Aku rela ngorbanin masa gadis aku demi bantu kalian, aku tidak mau keluargamu malu. Dan sekarang kamu terus-terusan nyiksa aku. Salahku apa hingga kamu sekejam ini? Kamu bukan seperti Mas Alkan yang aku kenal," lirihnya.
Tiba-tiba Alkan menjambak rambutnya sedikit keras. "Lo masih nanya salah Lo apa?"
"Lo kan yang udah jebak Dara sampai hamil anak cowok lain! Lo sengaja udah rencanakan ini hingga bisa dapetin gue! Tapi gue gak sebodoh itu, gue gak termakan rencana licik Lo!" Riris mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Ahk, l-lepas Mas. Aku tidak tahu apa-apa. Aku gak mengerti apa maksud Mas?"
"Gak usah pura-pura gak tahu! Awalnya gue juga hampir tidak percaya karena wajah polos Lo. Ternyata Lo memang seburuk itu ya," Alkan semakin menguatkan jambakkan nya.
Lalu ia menghempaskannya dengan kasar. Membuat wanita itu meringis kesakitan. Alkan berlalu pergi meninggalkannya dengan rasa kesal.
Riris hanya menatap kepergian suaminya dengan sendu. Apa pria itu salah paham hingga membuatnya sekejam ini? Jika benar, Riris harus segera meluruskannya.
Di dalam kamar, Alkan terdiam mengingat semua perbuatannya. Setiap kali menyakiti istrinya, entah mengapa hatinya selalu sakit. Ia selalu merutuki dirinya sendiri mengapa bisa sekejam ini.
Terkadang Alkan selalu merasa, ini bukan dirinya. Kemana perginya Alkan yang baik, hangat dan selalu lembut. Sebenarnya ia tidak ingin melakukan itu semua. Namun, entah mengapa setiap kali mengingat semua sakit hatinya. Selalu membuat emosinya tidak terkontrol dan tanpa sadar menyakitinya.
"Arghh, lagi-lagi aku menyakitinya!" teriak nya kesal dengan diri sendiri.
Di satu sisi ia berniat untuk membalas semua perbuatannya. Namun, di sisi lain sebenarnya ia tidak tega melakukan itu semua. Yang ada dalam hati kecilnya adalah membuatnya bahagia. Entah apa yang ada di pikirannya, sangat plin plan.
Dari dulu Alkan tidak pernah menyakiti orang lain. Karena itulah setiap kali ia menyakiti istrinya, selalu di hantui rasa bersalah. Namun, saat sedang melakukan itu dirinya tidak sadar karena tersulut emosi.
"Kalau cinta serumit ini, lebih baik gue gak kenal yang namanya cinta!"
Pukul 03.30 dini hari. Alkan masih terjaga, hatinya sangat gelisah, pikirannya tidak tenang. Dan suhu tubuhnya yang tinggi juga membuatnya tidak bisa tidur sampai saat ini. Kepalanya sangat sakit, padahal sebenarnya ia sangat mengantuk.
Dari siang sebenarnya Alkan sudah merasa tidak enak badan. Namun, ia mencoba mengabaikannya. Dan telat makan juga membuatnya malah semakin parah.
Pagi hari, seperti biasa Riris sedang menyiapkan sarapan. Setelah selesai memasak, ia berjalan menuju kamar suaminya berniat untuk membangunkannya. Setelah tau ternyata Alkan salah paham padanya. Riris berniat untuk memperbaiki semuanya.
"Mas, bangun udah pagi!" panggilnya sambil mengetuk pelan pintu kamar suaminya.
Tak ada sahutan, sudah sekitar lima menit Riris berdiri di sana. Ia mengerutkan keningnya, apa Alkan sudah berangkat bekerja? Atau masih belum bangun karena terlalu nyenyak?
Karena takut belum bangun, dengan berani Riris membuka pintunya. Dan ya, terlihat Alkan yang masih berbaring di kasur.
Riris berjalan mendekat, terlihat suaminya yang menggigil pelan dan bibir sedikit pucat. Apa dia sakit?
"Shhtt," ringisnya saat menyentuh kening suaminya yang sangat panas.
Melihat suaminya sakit, Riris pun terpaksa tidak bekerja karena ingin merawatnya. Saat ini, dirinya sedang fokus mengompres kening suaminya.
Alkan perlahan membuka matanya saat merasakan sesuatu tertempel di keningnya. Ia menatap istrinya yang sedang fokus mengompresnya.
"Mas, sudah bangun?" tanya Riris sambil tersenyum manis.
Alkan hanya diam memperhatikan. Gadis itu masih bisa tersenyum dan perhatian padanya? Padahal selama ini ia selalu menyakitinya. Dan semalam baru juga Alkan menghina dan menyiksanya.
"Ayo makan dulu, aku sudah buatin bubur buat kamu. Nanti habis makan langsung minum obat," ujarnya.
Alkan hanya menurut, dirinya sangat lemas tidak ada tenaga. Ia terus memperhatikan istrinya yang dengan telaten menyuapinya. Tanpa sadar ia tersenyum tipis. Entah mengapa hatinya sangat senang kembali di perhatikan olehnya.
Setelah selesai makan dan minum obat. Riris berniat pergi dari sana membiarkan suaminya untuk istirahat. Namun, tiba-tiba Alkan mencekal tangannya.
"Di sini saja, temani aku," ucapnya lembut.
Riris mengedip-ngedipkan matanya tidak percaya mendapatkan perlakuan hangat dari suaminya. Dan apa ia tidak salah dengar, Alkan mengatakan kata 'Aku'?
Namun, tak lama senyuman tipis mengembang di sudut bibirnya. Alkan yang tersadar dengan pelan langsung melepaskan genggamannya.
Sebenarnya Alkan jika sedang sakit, terkadang akan manja pada orang terdekatnya. Dan saat ini ia merasa nyaman pada istrinya. Membuatnya ingin dia selalu berada di sampingnya.
Riris dengan setia menemaninya hingga lelaki itu tertidur. Tangannya masih mengelus lembut puncak kepala suaminya. Alkan sendiri yang tadi memintanya untuk mengelus-elus rambutnya.
'Aku lebih suka lihat kamu yang lembut dan manja seperti ini.'
Senyuman terus mengembang di sudut bibirnya. Jika itu hanya mimpi, Riris tidak ingin bangun dari mimpi indah ini. Pandangannya terus fokus pada Alkan yang sudah tertidur pulas. Ia terlihat sangat adem jika sedang tertidur seperti ini. Tanpa sadar Riris mencium lembut tangan suaminya.
"Aku harap kamu seterusnya seperti ini."
baru pub chap 6 penulisan makin bagus, aku suka>< pertahankan! cemangattttt🫶