NovelToon NovelToon
Pengantin Dadakan Tuan Ceo

Pengantin Dadakan Tuan Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Noor.H.y

Aruna gadis sederhana dari keluarga biasa mendadak harus menikah dengan pria yang tak pernah ia kenal.
Karena kesalahan informasi dari temannya ia harus bertemu dengan Raka yang akan melangsungkan pernikahannya dengan sang kekasih tetapi karena kekasih Raka yang ditunggu tak kunjung datang keluarga Raka mendesak Aruna untuk menjadi pengganti pengantin wanitanya. Aruna tak bisa untuk menolak dan kabur dari tempat tersebut karena kedua orang tuanya pun merestui pernikahan mereka berdua. Aruna tak menyangka ia bisa menjadi istri seorang Raka yang ternyata seorang Ceo sebuah perusahaan besar dan ternama.
Bagaimana kehidupan mereka berdua setelah menjalani pernikahan mendadak ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor.H.y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Tersadar

Raka membiarkan Aruna tetap dalam pelukannya, membiarkannya meluapkan perasaan di dada. Namun, saat isak tangis itu perlahan mereda dan berganti dengan keheningan, Raka menyadari bahwa Aruna telah terlelap dalam pelukannya,wajahnya terlihat damai meski bekas air mata masih membasahi pipinya.

Dengan hati-hati, Raka membaringkan Aruna di ranjang penunggu pasien. Wajahnya tampak lelah, tapi damai. Raka menatapnya sejenak, ada rasa hangat tak bisa ia jelaskan, seolah ingin terus menjaga perempuan itu, bahkan dalam tidurnya.

Ketukan pelan di pintu tiba-tiba membuyarkan lamunan Raka, membuatnya sedikit terperanjat. Ia segera menoleh, dan beberapa detik kemudian pintu terbuka. Seorang perawat jaga masuk dengan clipboard ditangan, memberi senyum sopan.

"Malam Pak, Maaf saya hanya ingin memeriksa kondisi pasien sebentar". Ucap sang perawat dengan suara pelan dan sopan.

Raka mengangguk, membiarkan perawat memeriksa kondisi ayah mertuanya.

Begitu perawat keluar dari ruangan, Raka perlahan merebahkan diri di samping Aruna, membiarkan kehangatan kebersamaan mereka meredakan segala penah yang tersisa.

* *

Menjelang pagi, suasana ruangan begitu sunyi. Perlahan, Pak Rahmat mulai tersadar setelah semalaman terlelap dalam ketidaksadaran. Kelopak matanya mengerjap pelan, berusaha mengenali tempat di sekelilingnya, mencoba memahami dimana ia berada.

Saat menoleh ke samping brangkarnya, pandangan Pak Rahmat tertumbuk pada sosok Aruna dan Raka yang masih tertidur lelap. Keduanya saling berpelukan tanpa sadar, seolah tak ingin terpisah. Sebuah senyum hangat merekah di wajah Pak Rahmat. Hatinya dipenuhi rasa haru melihat anak dan menantunya tampak begitu dekat dan romantis dalam keheningan pagi itu.

"Selamat pagi Pak, alhamdulillah Bapak sudah sadar". Seru seorang perawat yang masuk untuk mengecek kondisi Pak Rahmat.

Pak Rahmat menoleh dan memberi isyarat pada perawat dengan meletakkan jari telunjuk di bibir, meminta agar tetap tenang. Ia tak ingin ketenangan tidur anak dan menantunya terusik oleh suara apa pun.

Perawat itu menoleh sejenak ke arah samping, lalu mengangguk kecil disertai senyum lembut, tanda ia mengerti isyarat tersebut.

"Maaf, saya hanya tidak mau menganggu anak dan menantu saya yang masih terlihat tenang dalam tidurnya". lirih Pak Rahmat

"Iya Pak, alhamdulillah Bapak sudah sadar. Hasil pemeriksaan pun bagus. Semoga Bapak lekas membaik ya". Pak Rahmat hanya mengangguk

"Anak dan menantu Bapak terlihat mesra sekali ya, dari kemarin juga mereka berdua tidak sama sekali pergi meninggalkan Bapak sendiri".

"Alhamdulillah sus, mereka ini pengantin baru. Jadi masih anget-angetnya". Ucap Pak Rahmat membuat sang perawat tersenyum lalu berpamitan untuk keluar.

Saat mendengar suara pintu di tutup, sayup-sayup Aruna membuka matanya. Ia terperanjat dan langsung membelalakkan mata saat menyadari dirinya tertidur dalam pelukan Raka.

Kaget dengan posisi mereka, Aruna spontan mendorong tubuh Raka. Tubuh Raka pun jatuh dari tempat tidur, membuatnya terbangun dalam keadaan kebingungan.

"Aduh.. Kamu ini apaan sih, pakai dorong-dorong segala. Sakit tau". Serunya pelan sambil mengusap bagian belakang kepalanya yang nyaris membentur lantai.

Aruna terdiam sejenak, masih berusaha mencerna apa yang barusan terjadi. Wajahnya merah padam antara malu dan terkejut. Ia melirik ke arah Raka yang kini duduk bersila di lantai dengan rambut sedikit berantakan.

"Lo.. Ngapain juga lo peluk-peluk gue tadi". tanya Aruna cepat, nyaris tanpa jeda.

Raka mengernyitkan dahi bingung "Saya..."

"Ehmm.. Kenapa kalian ini berisik sekali". Seru Pak Rahmat membuat ucapan Raka terpotong.

Aruna dan Raka menoleh ke arah brangkar, menatap tak percaya bahwa ayahnya sudah siuman.

Begitu menyadari Ayahnya telah benar-benar sadar, Aruna langsung beranjak dari tempat tidur. Ia melompat turun dan berlari kecil ke arah ranjang pasien. Tanpa ragu, ia memeluk tubuh ayahnya yang masih terbaring lemah.

"Bapak.. Akhirnya Bapak bangun juga..". ucapnya dengan suara bergetar. Matanya berkaca-kaca menahan haru.

Pak Rahmat tersenyum tipis, meski tubuhnya masih terasa lemas. Ia mengangkat tangan dan membelai lembut rambut putrinya.

"Maaf ya Nak.. Bapak sudah membuat kalian semua khawatir". bisiknya lirih.

Aruna menggeleng kuat-kuat, lalu menggenggam tangan ayahnya erat-erat.

"Aruna sangat bersyukur, melihat Bapak sudah siuman. Aruna takut Bapak akan ninggalin aku sama Ibu".

Di belakangnya, Raka hanya terdiam, menyaksikan momen haru itu dengan mata yang ikut berkaca-kaca. Perlahan ia melangkah mendekat, berdiri di sisi Aruna sambil tersenyum hangat ke arah Pak Rahmat.

"Alhamdulillah, akhirnya Bapak sudah siuman. Nanti Raka akan memberi kabar pada Ibu dirumah. Beliau pasti sangat mencemaskan Bapak saat ini". ucapnya pelan

Pak Rahmat menatap keduanya, lalu tersenyum lebih lebar. Ada kebahagiaan yang sulit dijelaskan di matanya. Perlahan ia mengangguk.

"Terima kasih.. Kalian sudah menjaga Bapak".

"Oh iya.. Saya akan mengabari perawat dan dokter untuk memeriksa Bapak". Ucap Raka sembari menekan alat di samping brangkar

"Udah Nak, tadi perawat sudah memeriksa Bapak saat kalian berdua masih terlelap tidur". Pak Rahmat mencegah Raka yang akan menekan bel.

Aruna berdiri menatap ayahnya "Loh, kenapa tadi nggak bangunin kita si Pak".

"Tadi kalian terlihat sangat lelah, Bapak nggak tega buat bangunin kalian. Bapak juga menyuruh perawat untuk hati-hati saat memeriksa tadi biar nggak ganggu tidur kalian". Balas Pak Rahmat dengan tersenyum tipis.

Wajah Aruna memerah sesaat ingatannya kembali pada saat dirinya terbangun dari tidurnya dengan posisi memeluk Raka.

"Ehm.. Kalau begitu Raka keluar dulu Pak. Apa ada yang Bapak perlukan". Ucap Raka yang masih terlihat canggung

"Nggak Nak.. Mungkin Aruna butuh sesuatu?".

"Eh.. " Aruna melirik Raka sejenak lalu menggeleng "Nggak.. Nggak ada".

Raka pun berpamit dan beranjak pergi keluar ruangan.

Melihat Raka yang sudah menghilang di balik pintu, Aruna menghela napas pelan. Ia lalu menarik kursi dan duduk di samping brangkar ayahnya. Tangannya kembali menggenggam tangan Pak Rahmat yang terasa hangat, meski masih lemah.

"Bapak pasti capek ya.. Mana yang sakit Pak ?" gumamnya pelan, seolah berbicara hanya untuk mereka berdua.

Pak Rahmat menoleh pelan, menatap wajah putrinya yang tampak begitu tulus.

"Kamu lebih capek, Nak. Tapi kamu tetap kuat. Bapak udah nggak merasakan sakit lagi asal melihat kamu tersenyum jangan menangis lagi."

Aruna tersenyum kecil, matanya mulai berkaca-kaca lagi.

"Aruna cuma takut kehilangan Ayah..."

Pak Rahmat mengeratkan genggaman tangannya pelan.

"Selama kamu masih di sini, Ayah akan selalu berusaha kuat."

Mereka terdiam sejenak dalam kehangatan yang tenang. Hanya suara mesin monitor yang terdengar lembut di ruangan itu.

"Bapak senang sekali melihat kamu sama Nak Raka, dia terlihat perhatian sekali sama kamu Nak".

"Baik sih.. Tapi..."

"Tapi kenapa ?"

"Masih suka nyebelin aja Pak, nggak liat tadi sikapnya masih dingin banget kaya gitu juga". Pak Rahmat hanya tersenyum lalu mengusap tangan Aruna lembut.

"Walaupun sikapnya dingin, tapi dia perhatian sama kamu. Bapak yakin kamu bisa menghangatkannya suatu saat nanti". Ucapan Pak Rahmat begitu menyentuh Aruna, hingga rona di pipinya kembali ke permukaan.

Diam-diam Aruna tersenyum, tanpa bisa dipungkiri Aruna sudah sedikit menaruh perasaannya pada Raka. Walaupun ia belum menyadarinya.

Bersambung * *

1
Elisabeth Ratna Susanti
tinggalkan jejak 👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
run away.┲﹊
Wah! Gak sabar nunggu karyamu yang baru, Thor!
Noor.H.y: makasih kak.. sudah mampir di karyaku 😊
total 1 replies
Takagi Miho
Aku jadi pengen kesana lagi karena settingan tempatnya tergambar dengan sangat baik.
Noor.H.y: makasih kak.. sudah mampir 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!