Ini kisah tentang sepasang saudara kembar yang terpisah dari keluarga kandung mereka, karena suatu kejadian yang tak diinginkan.
Sepasang saudara kembar yang terpaksa tinggal di Panti Asuhan dari usia mereka dua tahun. Akan tetapi, setelah menginjak usia remaja, mereka memutuskan untuk keluar dari Panti dan tinggal di kontrakan kecil. Tak lupa pula sambil berusaha mencari pekerjaan apa saja yang bisa mereka kerjakan.
Tapi tak berselang lama, nasib baik mereka dapatkan. Karena kejadian tanpa sengaja mereka menolong seseorang membuat hidup mereka bisa berubah 180 derajat dari sebelumnya.
Siapa yang menolong mereka? Dan di mana keluarga kandung mereka berada?
Apa keluarga kandung mereka tidak mencari mereka selama ini?
Ayo, ikuti kehidupan si kembar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon penpurple_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GERRY WITH TWINS
Terlihat satu maid Mansion menghampiri tempat duduknya empat wanita Wilson. Dari wajahnya, maid itu terlihat seperti ingin menyampaikan sesuatu.
“Permisi, nyonya. Maaf mengganggu waktunya,” ujar maid itu.
Mereka berempat jadi mengalihkan pandangan ke arahnya, kemudian mengangguk singkat.
“Kenapa, Winda?” tanya Alifah mewakili.
Maid yang sepertinya bernama Winda itu membalas, “ada tamu, nyonya. Kata mereka tadi istri dan anak dari keluarga Davidson.”
Alifah terdiam. Pun dengan ketiga wanita lainnya yang jadi saling pandang, bahkan Arizka meremas lengan Indah tanpa sadar.
“Di mana mereka sekarang?” tanya Arizka.
“Ada di ruang tamu, nyonya.”
“Antarkan mereka ke sini,” titah Alifah yang membuat maid itu mengangguk, setelahnya dia meminta izin dan berlalu pergi.
“Tapi, mom,” ujar Arizka membantah.
”Tidak apa, menantu. Mereka hanya berkunjung saja,” balas Alifah.
Dan tak berselang lama, datanglah Rose dan Gerry yang diikuti maid tadi di belakangnya. Setelah hampir sampai di tempat dia tadi berhenti, maid itu langsung masuk kembali ke dalam Mansion, melanjutkan pekerjaannya.
“Selamat pagi menjelang siang, maaf menganggu family time-nya, semua,” ujar Rose membuka pembicaraan dan setelahnya dia duduk saat Alifah membalasnya dengan menganggukkan kepala diiringi kode menyuruhnya agar segera duduk bergabung.
“Tidak apa, Rose. Ingin bertemu twins?” Alifah membalas.
Rose pun mengangguk dengan tersenyum. “Betul sekali, oma. Gerry yang sibuk sekali ingin menemui twins,” ujarnya menoleh sekilas pada Gerry yang duduk di sebelahnya.
“Maaf, Tante, boleh langsung menemui twins?” Pertanyaan itu membuat yang lain mengangguk cepat.
“Oh, tentu, Gerry. Silahkan, itu twins lagi bermain basket, susulin saja ke sana,” sahut Reya.
“Langsung ke sana, ya, Tante.” Setelahnya Gerry menatap Rose. “Mommy, Gerry ke sana, ya.” Mendengar nada antusias itu membuat Rose terkekeh dan mengangguk.
“Jangan membuat ulah, hanya sebentar Gerry,” titah Rose.
“Ay-ay, mommy.”
***
Di lapangan mereka masih bermain basket, memperebutkan bola yang sekarang berada di tangan Nando.
“Jago tuh Ezo sebenernya,” ujar Bobby pada Ghafar dengan berkacak pinggang. Mereka berada di tengah lapangan, beda dengan yang lain kini berada di dekat ring lawan. “Iya, njir, kek atlet basket banget, lincah.” Bobby mengangguk. Mereka berdua satu tim, bersama Naldo, Nando, dan Nata. Tim satunya berarti ada Nanda, Naldan, Marselio, Chandra, dan Tama.
“TWINS!”
Mendengar teriakan itu, mereka semua jadi mengalihkan pandangan ke asal suara. Mata Nanda dan Nando membulat. Tak lama keduanya berlari menghampiri Gerry yang berteriak tadi.
Nando walaupun kalau bertemu Gerry suka cuek, tetap saja kalau tak bertemu lama dia merasakan rindu. Nanda disalip Nando, pemuda itu lebih dulu masuk ke pelukan Gerry yang merentangkan kedua tangannya.
“Hap, lalu ditangkap,” ujar Gerry terkekeh. “Adek abang, kangen ya lo?” Nando tak menjawab, tetap memeluk saja, membenamkan wajahnya di bahu Gerry karena tingginya yang sebentar lagi akan menyamai Gerry. Nando memeluk hanya sebentar saja karena langsung dia lepaskan pelukan itu saat dia mendengar suara kaki mendekat.
“Nanda, how are you, cantik?” Gerry gantian memeluk Nanda. “Nanda okey, Abang Ger,” balas Nanda dengan suara yang teredam di dada Gerry. Mendengar itu, Gerry kembali melanjutkan pertanyaannya. “Enak nggak tinggal di sini, Dek? Aman aja, kan, selama beberapa hari ini?”
Nanda mengangguk. “Aman aja, abangku.”
Gerry terkekeh, menatap wajah Nanda yang menatapnya tapi tetap berada di pelukannya. “Jadi kapan, nih, nginep-nginep lagi di Mansion?”
Menatap pelukan yang tak kunjung terlepas itu, Nando langsung menarik Nanda dan membawa gadis itu untuk berdiri di sebelahnya. “Jo, elah, santai dong.”
“Minta izin sana ke mereka. Keluar main aja, harus dikawal bodyguard.” Ini Nando yang membalasnya. Memang benar kemarin mereka sempat meminta izin untuk pergi bermain sebentar keluar, tapi tak jadi karena Aditya yang mengatakan kalau main harus bersama bodyguard. Mending nggak usah main, daripada ngerasa nggak bebas karena diliatin terus, pikir Nanda waktu itu.
***
— t b c —