warning!!
terdapat umpatan dan **** ***** bijaklah dalam berkomentar
karya ini merupakan karya asli author!
jika ada kesamaan tempat, nama dan waktu itu bukan kesengajaan!!
Aurora steffani Leandra, seorang gadis yang terpaksa menerima takdir jika dirinya telah dijual oleh sang ibu tiri demi uang, dirinya dilelang pada sebuah perkumpulan mafia dan bos besar. hingga akhirnya seorang mafia kejam bernama Liam Emiliki Kyler membelinya. bagaimana nasib Aurora??
silahkan membaca kelanjutanya berikut..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Storyku_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Liam berbalik badan dan melangkah keluar kamar meninggalkan aurora yang masih terpaku.
Liam tersenyum senang akhirnya ia bisa mendekat pada aurora tanpa membuat gadis itu takut. Ia melangkah menuju ruang cctv pribadi miliknya. Duduk didepan layar besar itu dan mulai fokus melihat dan mendengarkan apa yang aurora lakukan tadi.
...****************...
"Ohhh.. Shittt" ucapnya pelan jika aurora ingin mengubah ruang utama mansion itu. Ia memijit kepalanya yang tidak sakit jika ia tak mengabulkan keinginan itu. Sudah dipastikan maka aurora tidak akan keluar dari kamar karena takut dengan suasana mansion yang gelap.
Liam merogoh saku mengambil ponselnya dan menghubungi dori meminta menemuinya sekarang juga.
Kembali liam menatap dan mengulang rekaman video. Terlihat aurora melangkah dengan mengayunkan gaun panjang nya yang indah. Liam tertawa kecil tingkah gadis itu sukses menguras energinya.
Tak lama terdengar suara pintu terbuka, dorj masuk dan berdiri disamping liam.
"ada apa tuan?"
"hmm... Rubah ruang utama dengan warna yang sama seperti dikamar singkirkan ornamen rantai itu ganti dengan lukisan bunga mawar, jangan lupa bunga sakura disudut ruangan"
Dori terperangah tak percaya jika mansion yang terlihat sangar ini akan berganti dengan sebuah hunia yang sangat manis. "apa harus ada lampu proyeksi juga tuan?"
"Ahhh " liam memijit kepalanya "jangan delon melihat warna warna itu saja kepalaku sudah pusing, cukup dikamarku yanh ada ribuan bintang" ucap liam pasrah.
"Apa perlu saya meletakkan vas bunga diatas meja?" goda dori
"kau benar, aku lupa sofa itu juga diganti warna putih dan meja yang diisi vas bunga"
"uhuk uhuk.." dori tersedak saliva nya sendiri mendengar permintaan sang mafia sendiri.
"sudahlah dori... Jangan meledekku aku sudah cukup pusing dengan gadis itu"
"tapi maaf tuan, tak mungkin bisa selesai malam ini juga, saya pikir mungkin butuh lebih banyak waktu karena ruang utama itu sangat besar"
"ya kau boleh mengatur waktunya tapi lakukan dengan cepat"
"baik tuan kalau begitu saya permisi dulu..."
Dori keluar dan menutup pintu kembali ia melangkah dengan mengeleng geleng tak percaya jika mafia kejam itu takluk pada seorang gadis muda.
"apa mansion ini berganti warna pink dengan ornamen hellokitty?? Ya tuhannn" dori bergidik ngeri.
Sementara itu diruang cctv. Liam menyenderkan tubuhnya. Ia yakin jika saat ini dori telah menertawainya... tapi yaa sudahlah.
Liam kembali menatap cctvnya dikamar saat ini, entah mengapa menonton cctv menjadi favoritnya kini. Terlihat aurora membuka pintu balkon hingga sinar mentari pun masuk. Ia menari nari sendiri hingga tanpa ia sadari jika gaunnya terkait pada pagar pembatas balkon yang cukup tajam. Hingga membuat gaun itu robek saat aurora melangkah
Liam yang melihat itu menutup cctv dan melangkah cepat menuju kamar kembali.
BRAKK
Aurora menoleh saat pintu kamar itu terbuka liam berjalan cepat menuju kearah aurora.
"maaf kan aku, aku tak sengaja" ucap aurora takut. Ia menelan kasar saliva nya penyiksaan itu kembali terbayang, bahkan rasa sakitnya pun ia masih bisa rasakan. Melangkah mundur mencoba menjauh, aurora malah tersandung kakinya sendiri. Untungnya liam bergerak cepat dan menahan tubuh wanitanya itu hingga masuk kedalam tubuhnya.
"kau sangat ceroboh baby?"
"lepaskan aku!"
"Baiklah"
BRAKKK "awwwww..." teriak aurora saat bagian belakangnya mencium lantai. "sakit"
Kembali liam mengangkat aurora masuk kedalam pelukan nya, lalu berjalan menuju balkon dan mendekat pada pagar pembatas seolah akan menjatuhkan aurora "apa masih mau minta untuk dilepaskan?"
Aurora menggeleng "bukankah kau minta aku untuk membunuhmu ??" kembali aurora menggeleng cepat. Liam tertawa kecil lalu masuk kedalam kamar, merebahkan wanitanya diatas tempat tidur.
"tunggu disini aku akan mengambilkan mu pakaian ganti"
Aurora diam saja menunggu liam kekuar dari walk in closet ia masih berfikir tentang perjanjian mereka, untuk sementara ia akan menuruti semua perkataan liam. Enam bulan memang bukan waktu yang sebentar tapi, setidaknya ia punya harapan agar bisa keluar dari mansion yang seperti sangkar emas untuknya
Ia kembali menunduk melihat gaun yang indah yang kini robek besar. bahkan dijahit pun tak bisa ia sangat menyayangkan karena gaun yang ia pakai merupakan gaun mahal yang tak mungkin bisa ia beli.
Tak berapa lama liam keluar dengan membawa sebuah gaun yang tak kalah indah dari yang aurora pakai saat ini. Gaun berwarna burgundy tanpa lengan itu terlihat sangat indah.
"berdiri" ucap liam yang kini ada dihadapan aurora.
Aurora turun dari tempat tidur dan berdiri didepan liam.
"buka pakaianmu" ucap liam lagi
Aurora mendelik mendengar ucapan liam ia tak mungkin membuka pakaian didepan mafia ini.
Melihat tak ada apa pergerakan dari aurora liam menghela napas lalu menunduk meraih gaun aurora yang robek dan...
BRETTTT...
Liam menarik hingga robekan itu semakin besar membelah gaun hingga sampai pada bagian dada.
"apa yang kau lakukan!!!" teriak aurora sambil menahan gaun itu agar tak terlepas dari tubuhnya.
"bukankah sudah aku bilang untuk membuka pakaianmu?? Dan kau sendiri tak menuruti apa yang aku inginkan jadi ya harus begini" ucap liam santai.
Aurora melepaskan gaunnya,hingga tersisa pakaian dalam nya saja. Dengan liam yang menatap wanitanya dengan rasa tak sabar memenuhi hati.
"apa yang kau lihat"
"tentu saja aku melihat tubuhmu, aku tak sabar ingin menikmatinya"
Seketika aurora yang memakain gaun diam dan mendongak.
"jangan melanggar janjimu, kau bilang tak akan menyentuhku tanpa izin dariku"
Liam tersenyum sekilas ia mengigit bibir bawahnya dengan pandangan yang tak lepas dari aurora. Seketika tangannya mengulur dan dan mengikat tali kecil yang ada dipundak aurora saat ini.
"tentu saja aku tak akan menyentuhmu jangan takut... Tapi.. " liam menjeda perkataannya membuat aurora mengerutkan dahi.
"tapi apa??"
"tapi setelah aku bisa menyentuhmu jangan harap aku bisa berhenti"
Aurora menelan kasar salivanya, dengan cepat ia menjauh dari liam, naik keatas tempat tidur dan membungkus dirinya. Dengan selimut layaknya sebuah kepompong. Liam yang melihat tingkah aurora hanya menggeleng dan tersenyum kecil.
Namun bukannya keluar liam malah membuka pakaiannya bagain atas, membiarkan dada bidangnya terekspose sempurna, dengan gerakan pelan ia ikut naik ketempat tidur dan menarik tubuh aurora yang sudah seperti keompong.
"apa yang kau lakukan!!"
"perjanjian kita sudah dimulai jadi sejak saat ini aku bebas melakukan apa saja selaim menyentuh "..." "
"jangan sekarang aku belum siapp" teriak aurora
"tapi aku sangat siap baby... Dan aku paling benci penolakan"
Liam membuka paksa selimut yang kini dipakai aurora. Melihat itu sontak aurora menoleh pada liam.
"jangan menatapku seperti itu baby" liam menurunkan wajahnya masuk ke curug leher aurora yang kini menahan napas
Sadar akan itu liam menoleh pada aurora "kau bisa mati kalau tidak bernapas"
Baru saja hendak mendaratkan bibir nya pada kulit leher aurora. Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu.
"Sialll.... Siapa yang berani mengangguku"
Dengan kesal ia turun melangkah menuju pintu dan membukanya sedikit, karena aurora masih terbaring diatas tempat tidur dengan pakaian yang tersingkap.
Terlihat dori berdiri disana....
"ada apa kau mengangguku!!"
"maaf tuan saya hanya mau menyampaikan kalau ada masalah pada penjualan senjata dicolombia. Apa anda akan turun langsung?"
"DAMN IT!!!" liam mengepalkan tangannya dan memukul dinding hingga membuat tangannya memerah "apa tak bisa kalian handle saja hah!!!"
"mungkin bisa dihandle oleh viktor, tapi akan ada pertikaian yanh sangat besar"
"siapa dalang dibalik ini semua"
"dari informasi yang sayang dapatkan, alfonso berperan disini"
"BRENGSEK!!! Kenapa dia selalu mencari masalah denganku..." menghela napas sejenak liam pun berfikir sejenak. "baiklah siapkan semuanya kita akan berangkat nanti malam"
"baik tuan"
Dori menunduk sesaat lalu memutar badan dan kembali keruangan nya. Begitu juga dengan liam yang berbalik badan dan menutup pintu ia melangkah mendekat pada aurora yang kini bersandar pada headboard.
"malam ini aku akan pergi sebentar" liam mengulurkan tangannya mengelus rambut panjang aurora yang tergerai. Ingat disini kau ratunya, kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Jangan biarkan siapapun menyakitimu, aku tak akan lama. Aku akan menugaskan dua bodyguard khusus untukmu.
"tidak usah aku sudah besar untuk apa dijaga" tolak aurora.
"hhhha... Kau memang sudah besar, apa kau sanggup melawan orang yang bersikap gila!! Seperti ayahku??"
Aurora terdiam, setiap kali ia mengingat penyiksaan didalam ruangan itu kembali nafasnya terpacu cepat. Liam yang melihat itu sontak mendekat, memangkas jarak diantara mereka. Menarik wanitanya masuk kedalam pelukannya.