NovelToon NovelToon
Istri Siri Mas Alendra

Istri Siri Mas Alendra

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Duda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:26.5k
Nilai: 5
Nama Author: fitTri

Istriku menganut childfree sehingga dia tidak mau jika kami punya anak. Namun tubuhnya tidak cocok dengan kb jenis apapun sehingga akulah yang harus berkorban.

Tidak apa, karena begitu mencintainya aku rela menjalani vasektomi. Tapi setelah pengorbananku yang begitu besar, ternyata dia selingkuh sampai hamil. Lalu dia meninggalkanku dalam keterpurukan. Lantas, wanita mana lagi yang harus aku percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitTri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Asyla Dan Tirta

🌸

🌸

“Asyla?” Alendra melewati lorong menuju kamar Asyla di bagian belakang rumah dengan Tirta yang sudah terlelap di gendongan. Sejak mereka pulang dari berbelanja kebutuhan tadi siang anak itu memang tidak mau lepas darinya sehingga sampai sore menjelang dia anteng saja bersamanya.

Alendra tertegun di depan pintunya yang terbuka sedikit. Tanpa sengaja ingin melihat karena memang keadaan di dalam sana tampak jelas.  Di mana Asyla tengah membereskan barang belanjaannya yang berupa pakaian, mainan dan makan kecil untuk Tirta.

Beberapa kali wanita itu tampak mengusap matanya, lalu menatap pakaian baru miliknya. Lalu sesekali mendekap benda-benda itu seolah dia sedang meluapkan entah bahagia atau rasa haru. Bahkan di pakaian terakhir yang baru mau dia masukkan ke dalam lemari plastik di sudut ruangan, Asyla mengusap dan memandangnya cukup lama.

Pakaian yang terbuat dari kain batik berwarna coklat dengan motif bunga-bunga besar yang disebut daster didekapnya lama-lama. Kemudian dia menempelkannya ke wajah selama beberapa detik. Ekspresinya penuh rasa syukur seolah dia baru saja mendapatkan pakaian seperti itu selama hidupnya.

Alendra menatapnya dalam diam. Entah rasa apa yang muncul setiap kali melihat asisten rumah tangganya itu meluapkan perasaan ketika dia memberinya sesuatu. Entah itu uang, makanan atau benda-benda lain yang menurutnya biasa saja. Dan hal itu kerap kali memunculkan kehangatan dalam hati.

Mungkin selama ini Asyla jarang sekali mendapatkan hal-hal semacam itu. Mungkin hidupnya sangat terbatas jika tak bisa dikatakan susah. Tetapi hal ini membuatnya begitu terenyuh.

“Pak?” Setelah beberapa saat wanita itu menyadari keberadaannya di depan pintu, dan Asyla segera keluar menghampiri sang majikan.

“Maaf, saya baru beresin belanjaan dulu. Tirta nya tidur ya? Udah lama?” Asyla kemudian merebut Tirta dari gendongan Alendra.

“Lumayan. Sepertinya dia sudah nyenyak. Mau ditidurkan di kasur?” Namun pria itu belum memberikannya. Ada rasa betah untuk berlama-lama mendekap Tirta seperti ini adalah hal yang telah lama dia rindukan. Sesuatu yang kosong di dalam dirinya perlahan seolah terisi sejak dia mengenal mereka.

“Biar saya aja, Pak.” Asyla memintanya untuk menyerahkan sang putra.

“Nggak apa-apa, di mana tidurnya? Di sebelah sini kan?” Lalu tanpa permisi Alendra menerobos ruangan 2 x 3 meter itu lalu membaringkan Tirta di tempat tidur. 

Dia duduk sejenak sambil menyelimutinya dengan selimut bayi yang tersedia, lalu mengusap kepalanya yang sedikit berkeringat, sedangkan Asyla hanya tertegun di ambang pintu.

“Tirta nggak pernah mengenal ayahnya, ya?” katanya, dengan tatapan masih kepada anak itu.

“Nggak. Kang Jaka meninggal waktu saya hamil 4 bulan.”

“Pasti berat.” Alendra menoleh, “kamu tau, menjalani kehamilan ditemani suami pun kadang terasa berat. Apalagi kalau tidak ada suami.”

“Bapak tau dari mana?” Asyla masih berada di luar kamar. Keadaan ini sedikit membuatnya merasa was-was, karena walau bagaimanapun mereka berdua adalah orang dewasa. Segala kemungkinan bisa saja terjadi apalagi majikannya itu merupakan seorang duda.

Bukan berburuk sangka, tetapi segala sesuatu harus diantisipasi, bukan? Dia ingat dengan beberapa berita yang didengar tentang dua orang asing yang berada dalam satu tempat. Dan hal buruk bisa saja terjadi, meski Alendra tampak seperti pria baik-baik.

“Suka dengar kalau teman di kantor ngobrol.” Pria itu bangkit saat menyadari kecanggungan yang dirasakan Asyla.

“Oh ….”

“Setelah semuanya beres, bisakan kamu masak? Saya lapar dari tadi belum makan.” Lalu dia melenggang keluar dari kamar.

“Bisa, Pak. Sekarang juga bisa. Kebetulan saya sudah selesai di sini, Tirta juga tidur. Jadi kalau masak bisa dilakukan sambil membereskan belanjaan di dapur, kan?” Asyla mengikutinya setelah menutup pintu kamar.

“Baik.”

“Bapak mau saya masakin apa? Bahannya sekarang komplit, kan?”

“Apa saja boleh, yang penting cepat.”

“Baik. Omelet sayur sama cah ayam mau? Itu cukup cepat dalam keadaan darurat seperti ini.” Wanita itu sedikit tertawa.

“Iya.” Alendra duduk di kursi makan sementara Asyla segera mengambil bahan makanan yang disebutkannya tadi. Lalu dia mulai memasak seperti biasanya.

“Kamu betah kerja di sini, Syl?” Obrolan itu seperti biasa dimulai untuk mengisi keheningan saat Asyla tengah memasak makanan untuknya.

“Betah. Gimana saya nggak betah? Kerja di sini enak.”

“Enak?”

“Iya. Saya bebas ngerjain apa dulu tanpa banyak aturan. Biasanya kan banyak diperintah-perintah apa dulu yang harus dikerjain. Apalagi Bapak nggak punya istri.”

“Maksudnya?”

“Iya. Kalau ada istrinya pasti banyak ngomel. Harus ngerjain ini dulu, ngerjain itu dulu. Disuruh ini, disuruh itu. Sebelum di sini, saya kan udah pernah kerja di beberapa orang. Belum lagi sering dimarahin sama nyonya rumah kalau ada salah. Temen saya malah suka dicemburuin sama istri majikannya.”

“Kenapa dicemburui?”

“Katanya suka godain suaminya.”

“Memangnya benar?”

“Nggak.”

“Terus kenapa bisa cemburu?”

“Ya karena kalau apa-apa mintanya sama temen saya.”

“Kan memang kerjaannya itu, makannya dinamai asisten rumah tangga.”

“Nggak tau lah, mungkin nyonya nya memang cemburuan. Apalagi temen saya juga masih muda, janda sama cantik juga.”

“Duh?”

“Aneh ya, Pak? Masa pembantu dicemburuin?” Asyila tergelak, merasa lucu dengan pikirannya sendiri.

“Mungkin karena pernah ada kejadian begitu.”

“Nggak tau.” Asyla meletakkan piring berisi telur dadar campur sayur dan tumisan ayam di depan Alendra. Bersama dengan mangkuk nasi dan air minumnya. Kemudian dia mengisi piring untuk sang majikan dan hampir saja pergi meninggalkannya seperti biasa.

“Kamu juga belum makan, kan?” ucap Alendra setelah menerima makanan miliknya. “Ayo sama-sama.” 

“Iya, Pak. Ini juga mau.” Asyla pun mengisi piring khusus miliknya yang dia bedakan sendiri. Mengambil nasi dari penanaknya, juga lauk dari wajan di atas kompor.

“Kenapa kamu ambil dari sana? Kenapa nggak dari sini saja.” Dengan raut heran Alendra bertanya.

“Itu ‘kan buat Bapak.”

“Kan makanannya sama.”

“Tapi Bapak sama saya beda.”

“Bedanya di mana?”

“Bapak majikan sedangkan saya pembantu.”

Alendra terdiam menatap Asyla yang memang mengisi piring yang berbeda dengannya. Padahal perabotan yang sama ada banyak di rak dapurnya, tetapi wanita itu memilih peralatan makan yang lain sendiri.

“Saya ke belakang dulu, Pak.” pamit Asyla setelah piringnya terisi.

“Kenapa nggak makan disini saja, Syl? Mejanya luas.” ujar Alendra lagi, masih belum paham dengan asisten rumah tangganya itu.

“Nggak apa-apa, Pak. Makasih. Saya cuma pegawai di sini.” Asyla menjawab, lalu segera pergi seperti yang dikatakannya barusan. Meninggalkan Alendra makan sendirian seperti biasa.

***

Tangisan Tirta yang cukup nyaring membuat Alendra yang baru saja akan pergi tidur keluar dari kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 10 malam tetapi sejak petang anak itu terdengar rewel. Tak ada niat bertanya, tetapi kegaduhan di lantai bawah membuatnya sedikit terusik, apalagi tangisan Tirta urung berhenti.

“Tirta kenapa?” Alendra segera bertanya saat mendapati Asyla tengah menuangkan air panas ke sebuah wadah.

“Sepertinya demam, Pak. Badannya panas.” Wanita itu menjawab.

“Kok bisa? Tadi sore nggak apa-apa.”

“Iya, namanya juga balita. Kadang suka tiba-tiba begitu.” Asyla berlalu ke kamarnya dan Alendra mengekor di belakang.

Dia perhatikan dari ambang pintu wanita itu dengan cekatan merawat anaknya. Mengompresnya dengan air hangat tadi untuk menurunkan panas. Sesekali berbicara untuk meredakan tangis, namun Tirta sepertinya tidak terpengaruh.

“Sudah diberi obat?” Alendra akhirnya mendekat.

“Belum. Saya nggak punya persediaan.”

“Biasanya diberi apa? Paracetamol?”

“Iya, yang untuk anak.”

“Saya ada, tapi untuk irang dewasa. Apa bisa?”

“Nggak tau, apa aman?”

“Biasanya diberi setengah atau seperempat dosis. Bagaimana?”

Asyla terdiam dulu sebentar.

“Kalau mau bisa saya ambilkan dari kamar.”

“Mungkin bisa dicoba, Pak. Besok pagi saya akan beli ke warung yang khusus anak.”

“Baik.” Pria itu bergegas ke kamarnya untuk mengambil obat kemudian segera kembali ke paviliun belakang.

“Ini.” Lalu dia memberikan satu strip obat yang dibawanya. “Seperempat dulu, kan? Tirta masih balita.” Namun sebelum Asyla menerimanya Alendra membuka dan memotong obat pereda nyeri itu menjadi beberapa bagian. Dan tanpa banyak bicara Asyl segera memberikannya kepada Tirta. Meski pada awalnya sempat ada drama karena anak itu tidak mau minum obat, tetapi akhirnya dia berhasil juga.

Namun hal itu hanya berlangsung beberapa saat, karena pada tengah malam Tirta kembali menangis dan kali ini lebih kencang. Baik Asyla maupun Alendra tidak bisa meredakannya, apalagi ketika anak itu mulai kejang-kejang.

Asyla panik, dan segera saja dia menggendong putranya. Suhu tubuhnya seperti bertambah panas dan mungkin inilah yang mengakibatkannya mengalami kejang seperti itu.

“Bagaimana ini, Pak?” Wanita itu hampir histeris. Dia tak berpengalaman soal ini, dan secara kebetulan Alendra memang tidak kembali ke kamarnya sejak tadi. Dia memilih tiduran di sofa ruang keluarga karena merasa khawatir dengan keadaan anak asisten rumah tangganya itu.

Alendra memeriksanya. Dan benar saja, tubuhnya terasa begitu panas dan ini benar-benar membuat keduanya panik.

“Ke rumah sakit saja!” katanya setelah beberapa saat melihat Tirta yang semakin kejang, dan tanpa menunggu lama dia segera berlari mengambil kunci mobil. Menggiring Asyla keluar dan cepat pergi menuju rumah sakit.

🌸

🌸

1
𝐙⃝🦜尺o
yang ngotot pengen ditempat pak Ale dan janji siapin akomodasi sendiri siapa coba,, ujung ujungnya syla yang repot juga kan
aurel chantika
duh asyla disuruh dikamar aja malah nongol kan jadi disuruh2.
Listy ini mangkin lama mangkin ngelunjak kayaknya
🍁𝑴𝒂𝒎 2𝑹ᵇᵃˢᵉ🍁
Listy kebangetan songongnya nyebelin banget🙄
Attaya Zahro
Ngelunjak banget sih si Listy..dah numpang tahun barunan bisa²nya mau terima beres aja.Dikasih jantung minta hati,dasar ga tau diri.
Ale bukan hanya ga rela kalo Syla disuruh-suruh tapi yang pasti dia ga rela Syla dilirik laki² lain.
Dzulfan Ahlami
cie cie akuh GK rela kamu disuruh2 sama aku juga gak mau 🤪🤪🤪love love ah kang duda sekebon pisang
rahmalia maricar
suruh masuk lagi syla nya mas Ale,, jangan sampe disuruh² sama orang laen apalagi ama si listy,, ga rela pokokna
rahmalia maricar
ini si ulet bulu ngapain lagi sih kegatelan banget nyari mas Ale smpe ke paviliun segala tibang nyari gula,, sok bossy lagi bakar² pake minta dibantuin,, dikasih numpang taun baruan juga harusnya udah sukur jgn ngelunjak 😏😏
Al fathiya
ya ampun... udah sedekat itu adek bayik sama si bapak, gimana nanti tanggapan teman-teman bapak Ale ya
Ratu Tety Haryati
Terima kasih Upnya, Teh Fit🥰🥰🙏

Kekecewaan Ale akibat pengkhianatan sedikit demi sedikit mulai terkikis dengan kehadiran, Syla dan Tirta.
Djuniati 123
lahhh udah pantes tuh jd Bpk mas ale😁
𝐙⃝🦜尺o
jadi bapak beneran buat Tirta aja pak ale
Annie Gustava
dan bunga2 pun mulai bersemi ya pak ale. duh tirta knp ngomongin nen depan bapak seh, kan jd salting
aurel chantika
tolong ya Tirta kalau Bilang nen jangan didepan pak ale ntar dia pingin juga nen 🤣🤣🤣🤣
Mammi Rachmah
Bapak Al dgr kta Nen lngsng traveling, jdi nya lngsng ngjk Tirta maen pswat tempur 😂 Mak fit kurang nih bacanya bntar amat y double up. dong😘🤭
Ruwi Yah
setiap kali mendengar tirta bilang nen otak kamu udah traveling ya pak duda
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
Ale udah cocok jadi bapak
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
Ale langsung aja ngajak main Tirta begitu denger Tirta ngerengek minta nen🤣🤣
takut jantung gak aman lagi ya Le
Rose Dee
lanjuuutt mak
buracitooo
Mas Ale simulasi jadi bapaknya Tirta.
nanti Asyla beres² rumah, Mas Ale ngasuh Tirta..
Dzulfan Ahlami
bapak maneger udah Spil Spil jadi bapak latihan ya nanti klu udah sah udah pinter ngemong anak Ama ibu ya🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!