NovelToon NovelToon
Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:647
Nilai: 5
Nama Author: Erny Su

Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Jiwa pun meraih tas miliknya dan pergi tanpa peduli dengan Dion yang berulang kali menghadang langkahnya.

Hatinya terasa sakit bahkan teramat sangat sakit saat mengingat dia yang begitu mudahnya dibodohi oleh pria yang kini terus mengejarnya.

Jiwa berjalan tanpa menghiraukan darah yang terus bercucuran di lantai, saat ini dia menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di rumah sakit tersebut.

Dion langsung berlari dan meraih tubuh Jiwa begitu saja tanpa aba-aba menggendong nya membawa gadis yang kini berontak itu kedalam mobilnya yang langsung tancap gas karena asisten pribadinya sudah bersiap sejak Dion menghubungi nya tadi.

Lagi-lagi Dion membawa Jiwa menuju rumah pribadinya yang kini terlihat sepi seperti saat Jiwa dibawa oleh Dion untuk pertama kalinya.

"Tuan lepaskan saya, saya janji akan membayar semuanya nanti."ucap Jiwa.

Dion tidak berkata apa-apa dia terus berjalan membawa Jiwa masuk kedalam lift yang kini menuju ke kamar nya.

"Tuan please jangan lakukan ini saya tidak ingin merusak kebahagiaan wanita anda jika dia tau saya ada disini."ucap Jiwa dengan tegas.

Tapi Dion tidak bereaksi apapun selain membaringkan Jiwa di atas ranjang empuk tersebut.

"Panggilkan dokter sekarang juga."ucap Dion yang kini menghubungi seseorang dengan cepatnya sambil menahan pergerakan Jiwa yang kini bangkit dan hendak pergi.

"Lepas tuan apa anda tidak dengar?!"teriak Jiwa yang kini membuat Dion menatap lekat wajah cantik itu dengan tatapan mata yang sulit untuk diartikan.

"Kau tidak akan pernah bisa keluar dari sini tanpa seijin ku. Dan ingat Mutiara Di Jiwa aku tidak akan pernah melepaskan mu karena kamu adalah milikku! Milikku apa kamu dengar itu?"ucap Dion yang kini mendorong tubuh Jiwa keatas ranjang.

"Dion a apa yang ingin kamu lakukan jangan lakukan ini please Dion tolong jangan lakukan ini eum..."ucapan Jiwa terhenti kala Dion membungkam bibir nya dengan bibir Dion yang kini menciumnya dengan kasar.

Hingga ciuman itu berubah menjadi lembut, Jiwa pun tidak bisa menolak ciuman tersebut dia kini mulai membalasnya hingga saat ia hampir kehabisan nafas barulah ciuman itu berakhir.

"Maafkan aku babe, aku belum bisa jelaskan semuanya padamu tapi yang pasti kamu harus tau bahwa aku sangat mencintaimu."ucap Dion, tapi Jiwa menggeleng pelan.

"Tolong jangan berikan aku harapan jika ternyata akhirnya menyakitkan, kita akhiri disini anggap saja tidak pernah saling bertemu lagipula kita terlalu jauh berbeda semoga hubungan kalian langgeng."ucap Jiwa.

"Kamu bicara apa babe, aku tidak akan pernah melakukan itu aku mencintaimu. dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskan mu."ucap Dion.

Seseorang datang mengetuk pintu, dan Dion pun bergegas menghampiri pintu kamar nya, dokter pun datang bersama asisten pribadi Dion.

"Istriku sakit tolong rawat dia dengan baik."ucap Dion yang dibalas gelengan kepala oleh dokter yang tidak lain adalah sahabat nya sendiri.

"Kau masih berani membawa simpanan ke rumah pribadi mu saat pernikahan mu tinggal menghitung hari."ucap Revan yang kini membuat Jiwa menatap lekat wajah Dion dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan.

"Jangan dengarkan dia babe, mereka sengaja ingin membuat kita berpisah."ucap Dion.

"Tidak ada gunanya."ucap Revan yang mulai mengeluarkan stetoskop dari dalam tasnya.

"Saya tidak sakit saya permisi."ucap Jiwa yang kini ditahan oleh Dion.

"Lepas tuan sudah cukup."ucap Jiwa lirih.

Namun genggaman tangan Dion semakin erat dengan tatapan mata tajam."Berhenti berulah babe kamu sedang sakit."ucap Dion yang kini menarik lengan Jiwa, tapi Jiwa tetap menolak dan tetap kekeuh ingin pergi meskipun lengannya sakit karena Dion memegang nya erat.

"Oh ya ampun sungguh drama yang menggelikan nona seharusnya kau bersyukur bisa menjadi simpanan konglomerat muda seperti Dion, setidaknya kau bisa menikmati harta nya meskipun tidak bisa memiliki Dion sepenuhnya."ucap Revan.

"Diam kau bajingan berani bicara seperti itu lagi aku tidak akan segan untuk menghabisi mu."ucap Dion tegas.

"Lepaskan aku Dion aku mau pulang!"ucap Jiwa yang sudah tidak bisa lagi membendung air matanya.

"Babe... maafkan aku aku mohon jangan menangis please."ucap Dion.

"Nona ayolah setidaknya jangan persulit hidup kami."ucap Revan lagi.

"Dion lepas aku bilang lepas kamu dengar gak?"ujar Jiwa yang kini terus berusaha untuk melepaskan diri tapi Dion justru semakin memeluknya erat.

"Tidak babe aku tidak akan pernah melepaskan mu sebelum kamu berjanji untuk tetap berada di sisiku selamanya."ucap Dion tegas.

"Tidak Dion aku tidak akan pernah melakukan itu."ucap Jiwa yang kini terisak dalam tangisnya.

Dion pun langsung memberikan isyarat pada sahabatnya itu, dan Revan pun langsung menyiapkan nya.

Jiwa langsung disuntik di bagian lengannya oleh Revan dan perlahan tapi pasti tubuh gadis itu lemas dan kantuk pun menderanya.

"Sekarang obati istriku."ucap Dion tegas.

Dion pun membawa Jiwa berbaring di atas ranjang empuk miliknya."Tolong lepaskan aku Dion kamu mau apa?"ucap Jiwa yang kini memejamkan matanya.

"Tenanglah babe, aku hanya ingin menyembuhkan mu."ucap Dion lirih sambil memeluk erat Jiwa di posisi nya yang berbaring menyamping, dan tangan halus dan lembut itu tengah dipasang infus.

"Aku tidak tega melihat dia begitu terluka Dion sebaiknya kamu pikirkan ulang semuanya jika kamu tidak sanggup membuat dia bahagia sebaiknya lepaskan dia."ucap Revan yang kini mendapatkan tatapan mata tajam.

"Kalau kau ingin menolongnya maka gantikan posisi ku saat hari pernikahan ku nanti."ucap Dion yang membuat Revan bergidik ngeri mengingat wanita super manja yang tidak bisa diajak kompromi itu.

Dia adalah Andin, anak dari sahabat sang mommy yang begitu tergila-gila pada Dion sejak kecil dulu. Jika saja sang mommy tidak memohon padanya demi menjaga kekeluargaan dan persahabatan mereka, mungkin Dion akan dengan tegas menolak putri dari Jodi dan dokter Kirani tersebut.

"Kau pasti mengerti bagaimana posisi ku saat ini."ucap Dion.

"Kenapa tidak adik mu Donny saja yang gantikan posisi mu, toh kalian kembar yang membedakan adalah sifat kalian, dia sang pencinta dan kau si paling setia."ucap Revan.

"Kau tau dia, sekarang saja mommy sudah dibuat pusing dengan para wanita yang datang untuk menuntut tanggung jawab dari bocah tengil itu."ujar Dion.

"Hmm... begini saja asisten pribadi mu juga tampan, masih ada waktu untuk menjadikan dia tumbal pernikahan, kita bisa atur caranya nanti."ucap Revan seakan sangat yakin.

"Jangan macam-macam atau kan akan kehilangan semuanya."ucap Dion yang membuat Revan sadar bahwa perkataan Dion memang ada benarnya.

...*****...

Jiwa terjaga di tengah malam buta saat lampu terang itu berganti temaram, dia melihat seseorang yang kini tidur di sampingnya.

Dion tampak terlelap dalam tidurnya Jiwa pun bangkit perlahan-lahan dia membawa botol infus yang ada di tangan nya menuju kamar mandi karena kebelet buang air kecil.

Dia bisa melakukan semua sendiri hingga saat ia keluar dari dalam kamar mandi tersebut, dia melihat lampu kamar itu sudah berubah menjadi terang benderang dan Dion pun langsung menghampiri nya.

"Babe kamu kenapa tidak bangunkan aku untuk kesana bahaya kamu masih sakit."ucap Dion.

"Aku bisa sendiri."ucap Jiwa lirih.

"Babe."ucap Dion yang kini hendak meraih botol infus tersebut.

"Tolong lepaskan ini aku sudah tidak apa-apa aku tidak nyaman aku juga ingin pulang."ucap Jiwa.

"Babe please tunggu sampai kamu benar-benar sembuh ya, aku janji setelah itu aku akan mengantar mu pulang."ucap Dion.

"Aku bisa pulang sendiri lagipula sebentar lagi pagi aku sudah janji akan melakukan interview kerja hari ini."ucap Jiwa yang tetap kekeuh ingin pulang.

"Babe apa uang yang aku berikan kurang, kenapa selama tiga bulan ini kamu tidak menggunakan kartu yang aku berikan."ucap Dion.

"Aku tidak mungkin menggunakan apa yang bukan hak ku, selama aku masih bisa bekerja dan menghasilkan uang sendiri aku akan bekerja keras."ucap Jiwa yang perlahan mulai melepaskan pelester yang ada di jarum infus tersebut.

"Babe tunggu aku panggilkan dokter jangan sembarangan nanti kamu terluka lagi."ucap Dion.

"Tidak aku tidak ingin merepotkan orang lain lagipula sudah selesai."ucap Jiwa yang kini menekan bekas jarum infus tersebut.

"Dion pun langsung mengambil alih tangan Jiwa dan meraih sesuatu yang tadi disiapkan oleh Revan, itu adalah plester yang biasa digunakan setelah disuntik atau infus agar tidak terjadi pendarahan.

Setelah memasang nya Dion pun membujuk Jiwa untuk berbaring kembali, dia janji akan mengantar Jiwa pagi nanti.

Jiwa awalnya menolak tapi dia luluh saat Dion bilang bahwa dia butuh waktu istirahat yang cukup saat ini sebelum dia kembali beraktivitas.

Jiwa pun terpaksa berbaring kembali, tapi kali ini lebih mepet ke pinggir ranjang tersebut dan Dion pun memaklumi itu, dia tidak menganggu Jiwa karena sudah pasti Jiwa akan pergi jika dia protes.

Dion pun kembali berbaring dan memejamkan matanya hingga dengkuran halus itu terdengar Jiwa pun berbalik menyamping ke arah Dion, gadis cantik itu menatap lekat laki-laki tampan yang kini terlelap di atas ranjang yang sama dengan nya meskipun jarak diantara mereka cukup jauh tidak seperti tadi.

Dia tau Dion tidak ingin membuat nya tidak nyaman saat ini, tapi Jiwa tidak habis pikir kenapa Dion terus mempertahankan dirinya untuk tetap berada di sisinya disaat pernikahan nya dengan gadis cantik itu akan segera dilangsungkan.

"Tolong jangan mengasihani ku tuan sudah cukup, aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini tapi aku juga tidak berharap belas kasihmu atau siapapun. Aku bisa bertahan hidup sendiri."ucap nya lirih.

Jiwa pun beranjak perlahan-lahan dia berjalan tanpa alas kaki menuju ke arah pintu setelah dia meraih tas miliknya. Jiwa pun membuka pintu perlahan tapi pasti dan untungnya pintu tidak terkunci, dia pun pergi menuju pintu lift dan turun menggunakan lift tersebut.

Hingga dia tiba di bawah beberapa orang pelayan menyapa nya."Nona muda mau kemana."tanya salah seorang dari mereka.

"Ah maaf saya harus pulang, tolong bukakan pintu Dion sudah tau."ucap Jiwa yang kini berbohong.

"Baiklah kalau begitu."ucap pelayan wanita yang sebenarnya tidak tahu apa-apa, mereka berada di sana karena jadwal mereka bersih-bersih.

Jiwa pun langsung bergegas pergi dan tepat setelah wanita itu menutup pintu Jiwa berlari kencang menuju pintu gerbang, dia melihat pintu samping nya tidak terkunci dan ia buru-buru keluar dan berlari sekuat tenaga.

Setelah jauh dari area rumah tersebut dia pun memesan taksi online, dan kebetulan tidak sulit meskipun itu adalah kompleks mansion.

Jiwa bisa pergi tanpa harus merepotkan Dion, hingga saat ia tiba di depan rumah nya, tepat pukul empat pagi. Jiwa buru-buru masuk kedalam rumah dia pun mencari sesuatu yang bisa dia makan di dalam kulkas karena perutnya terasa sangat sakit mungkin karena dia tidak makan sedikit pun sejak kemarin.

Dia menemukan roti tawar dan langsung meraih nya dan memanggangnya, dia memberikan selai Nutella pada rotinya dan langsung melahap nya hingga menghabiskan lima lembar roti barulah ia minum air hangat dan pergi menuju kamar nya.

Jiwa langsung berbaring di balik selimut tebal itu, dia pun akhirnya memejamkan matanya hingga saat alarm di ponselnya berdering nyaring.

Saat ini sudah pukul tujuh pagi, Jiwa bangkit dari ranjang setelah terjaga dari tidurnya dan langsung bergegas menuju kamar mandi. Rencananya dia akan melamar pekerjaan di kantor Rudy.

Dia berharap Rudy mau mempekerjakannya meskipun harus menjadi OG sekalipun, Jiwa butuh uang banyak untuk mengganti kerugian Dion agar dia tidak berhutang budi pada pria itu.

Sampai saat dia selesai mandi dan berpakaian rapi meskipun yang dia gunakan adalah pakaian lamanya saat magang di perusahaan milik Alvin dulu. Sayang dia tidak ingat itu.

Jiwa pun mematut dirinya di cermin, penampilan nya sudah sempurna meskipun tampak sederhana.

Dia bergegas turun, tapi sesampainya di lantai bawah langkahnya terhenti kala seseorang kini sudah berdiri menatap lekat dirinya.

"Kenapa kamu lakukan ini babe, aku sudah meminta mu untuk menunggu ku tapi apa?"ujar laki-laki yang tidak lain adalah Dion.

"Maaf tuan, tapi saya tidak boleh terlambat untuk interview kerja hari ini."ucap nya sambil berjalan menuju dapur sederhana nya dan meraih kulkas mengambil roti tawar sisa semalam dan dimasukkan kedalam mesin panggang, dia pun mengisi gelas nya dengan air hangat.

Jiwa langsung mengoleskan selai coklat dan menata roti itu di piring."Sudah sarapan tuan, jika belum anda bisa ambil rotinya itupun jika anda suka."ucap Jiwa yang kini menyuapkan roti ke mulutnya.

"Jangan makan itu, ayo ikut aku kamu bisa interview kerja di perusahaan milik ku."ucap Dion yang kini menarik tangan Jiwa.

"Tidak tuan terimakasih saya sudah mengirimkan lamaran kerja dan sekarang waktunya interview."ucap Jiwa bohong.

Dion pun menatap lekat wajah cantik yang kini dengan cueknya melahap potongan roti itu.

"Babe aku tau kamu bohong."ucap Dion.

"Terserah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!