Ratu Primora Anastasia, harus menghadapi kenyataan, bahwa suaminya membawa selir dari perjalanan perangnya.
Seolah kurang untuk menyakitinya, selirnya juga sedang hamil.
Usia pernikahannya yang memasuki 5 tahun saja tidak membuahkan seorang pewaris.
Kejadian demi kejadian akhirnya membuatnya harus diturunkan tahtanya.
Primora yang memiliki harga diri yang tinggi, tidak akan menerima semua ini dengan sia sia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Peri Bumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Duke Falcen, dia menyapa Primora di acara resminya. Di mata Primora, dia memberikan balasan salam itu sebagai seorang Ratu dan Duke. Secara jabatan dan fungsional. Formalitas dan resmi. Bukan sebagai anak dan ayah. Karena hubungan itu sudah lama pergi dari hidupnya.
"Primora..." Bukan 'Ratu' yang biasa dipanggil oleh Falcen, melainkan Primora putrinya.
Primora seakan sedang diejek oleh Ayahnya sendiri. Di acara resmi ini, ada apa sampai-sampai memanggil namanya tanpa gelar dan embel-embel titel yang dia punya.
"Maaf Duke, sepertinya saya harus menyapa tamu yang lain. Kalau ada hal yang penting ingin Duke sampaikan, silahkan kirimkan surat dan kunjungan resmi."
Primora menolak obrolan antara Ayah dan anak, tapi dia mau menyambutnya sebagai bawahan dan atasan. Hubungan yang ironis.
Setelah Primora pergi, Istri Falcen segera menimpalinya dengan kata-kata kasar, "Dasar sombong!" Dia adalah tungku api yang berfungsi untuk memanasi situasi. "Dia lupa dari mana dia berasal, sampai-sampai harus melupakan Ayahnya sendiri."
"Diam kamu mareta!" Bentak Falcen.
Untuk pertama kalinya dia dibentak oleh suaminya. Mareta mendengar itu cukup kaget. Biasanya dia akan diam saja mendengar omongan panasnya. Tapi kali ini sepertinya sang suami sedang sensitif, apa karena dia perjamuan istana? Bagaimana pun, dia harus menjaga citranya sebagai seorang Duchess.
Primora berusaha tetap tersenyum, selama ini dia sudah bekerja keras dan membuktikan dirinya bahwa dia duduk di kursi Ratu dengan tekad dan kerja keras. Jadi dia berdiri dengan tegak dan bangga atas semua pencapaian nya.
Esme melihat Primora dengan kesal. 'Lihatlaj wanita satu itu, dia masih berdiri dengan tegap dan sombong.'
CK! Mendecakkan lidah dalam hati. Dalam pidato singkat Robert tadi juga dia menyampaikan bahwa dia menyambut anggota keluarga baru disampingnya. Selir Agung, Esmeralda Xilaban sebagai selirnya secara resmi. Dia telah menyambut haremm kerajaan yang sudah tidak dilaksanakan selema lebih dari 100 tahun.
Tuan Kamalama sendiri menilai, kalau sistem tersebut telah dihilangkan selama lebih dari 100 tahun, bukankah sistem tersebut berati bermasalah? Tidakkah raja bisa melihat itu? Atau dia benar-benar sudah dibutakan oleh seorang perempuan. Dia tidak bisa menilainya secara singkat. Perlu waktu untuk menyimpulkan.
Gina, Putri Marquis Tarakan menyapa Primora. Dia dulu juga sama ambisinya untuk menjadi seorang Putri Mahkota, untung saja dia akhirnya dinikahkan dengan seorang Count dari Kerajaan sebelah, meski hanya bergelar Count dan dia menjadi sekedar Countess, setidaknya dia hidup bahagia, dicintai suaminya sedemikian rupa.
"Salam Yang Mulia Ratu." Gina menekuk gaunnya melebar dan memberikan salam hormatnya.
"Apa kabar Countess."
Gina tersenyum lebar, "Baik sekali Yang Mulia." Gina, diam-diam bersimpati, dia tahu betul bagaimana perjuangan Primora untuk bisa selalu lulus seleksi menjadi Putri Mahkota. Dia adalah seseorang yang kalau belajar akan sesuatu, pasti akan totalitas. Terbukti, sebagai Ratu dia bisa mengayomi rakyatnya . Sayangnya, Raja tidak berpikir demikian.
"Saya mendengar bahwa Countess sedang hamil muda. Saya ucapkan selamat... Saya akan mengirim hadiahnya terpisah."
Gina tersenyum bahagia, "Terimakasih Yang Mulia, semoga Yang Mulia lekas menyusul." Setelah mengucapkan itu, barulah Gina sadar bahwa Ratu pernah hamil dan keguguran, sekarang Raja telah membawa selirnya dan selirnya itu dirumorkan tengah mengandung, tentu kata-katanya tadi seolah dia telah menyinggung sang Ratu. "Oh... saya tidak bermaksud menyinggung sungguh. Saya hanya mendoakan Yang Mulia." Gina segera mengoreksi ucapannya. Dia tidak enak hati.
"Tidak apa-apa Countess, terimakasih atas doanya." Kata Primora dengan nada lembut.
Melihat respon sang Ratu, Gina sadar bahwa dia adalah orang yang baik dan tulus, dia sendirinya lah menciptakan jarak dan permusuhan karena dulu memperebutkan posisi yang sama.
"Ratu... Saya sadar bahwa dulu saya memiliki hati yang buruk. Saya selalu memandang buruk Yang Mulia Ratu karena terus berada di posisi unggul. Saya kurang bijak dan merasa menyesal telah menciptakan permusuhan yang kekanakan . Maukah Yang Mulia Ratu memaafkan saya yang dulu belum dewasa."
Primora hanya bisa tersenyum, masa lalu... Dulu dia adalah orang yang bersemangat dan suka dengan tantangan.
"Masa lalu bagaimana pun sudah terjadi Countess, senang sekali Countess yang sekarang lebih dewasa dan menjadi orang bijak."
"Saya harap, pertemanan kita yang baru akan menjadi awal yang baik Yang Mulia Ratu."
"Senang mendengarnya Countess."
Gina baru sadar, kenapa juga dulu dia memusuhi orang sebaik ini. Dia tulus dan selalu blak-blakan. Lihatlah sekarang, dia bahkan memaafkan seseorang dengan mudah. Padahal dulu Gina terang-terangan selalu berkata kasar kepadanya, tapi dia selalu acuh tak acuh, dia juga hanya terus membuktikan dirinya.
Gina merasa bahwa Primora adalah anak yang malang, Karana ditakdirkan menderita mendapatkan suami yang seperti itu.
Setelah berbincang sebentar Primora pamit pergi.
Count Yami, sumia Countess Gina datang. "Kalian terlihat sangat akrab."
"Akrab sekali, sampai-sampai kami dulu sering bertengkar." Cekcok adalah hal yang biasa dulu.
"Awas kalau kamu membawa selir seperti Raja saat ini!"
Count Yami mendadak kaget, kenapa tiba-tiba membahas selir. Perkataan istrinya membuatnya merinding.
"Punya satu seperti mu saja sudah membuatku pusing, bagaimana kalau aku tambah satu lagi, aku yakin itu akan memperpendek umurku." Kata sang Count bercanda.
Gina kemudian terkekeh. Mereka sering berdebat, tapi semenit kemudian sudah baik kembali . Mereka adalah tipe orang yang suka mengutarakan hal yang ingin mereka sampaikan. Asalkan aturannya jangan berlarut-larut kalau bertengkar.
"Bagus kalau begitu."
Gina, menatap punggung Primora, dia sungguh berharap bisa berteman dengannya. Dia pasti kesepian, dituntut sempur dan masih banyak lainnya.
***
Meski banyak menerima kritikan, mereka tidak berani menyuarakan nya. Tapi sang selir sepertinya cukup terhibur dengan suasana tersebut. Juga, karena raja memakai baju yang serasi dengannya, pamornya meningkat. Bahkan ada menteri yang menyapanya. Memberikan isyarat untuk menjalin kedekatan . Esme tentu saja menyambut mereka semua. Saat ini dia juga harus membangun kekuatannya. Tidak memiliki baground keluarga bangsawan di Kerajaan ini adalah cacat. Raja pasti akan mengusahan untuk membuat keluarga yang layak untuknya. Misalnya, jadi anak angkat salah satu bangsawan disini.
Primora yang kelelahan akhirnya pergi ke ruang istirahat. Dia hanya ingin duduk sambil memijat kakinya yang rasanya pegal.
Pintu tiba-tiba terbuka, itu adalah Robert.
"Bukankah kamu sangat kekanak-kanakan?"
"...?" datang-datang ngomel-ngomel, Primora sendiri bahkan tidak tahu salahnya apa.
"Apa maksud Yang Mulia."
"Bukankah sudah ada yang memberitahukan bahwa aku akan memakai baju berwarna biru? Kenapa masih memaksakan kehendak untuk memakai baju warna merah?"
"Huh..." Primora hampir tertawa keras. "Ada yang memberitahukan? Yang Mulia tahu dari mana? Tidak ada orang dari kediaman Yang Mulia yang mencoba memberitahukan ku."
Robert kaget ketika mendengarnya.
"Jangan buat alasan!"
"Terserah kalau mau percaya atau tidak."
"Lagipula, untuk apa menyerasikan pakaian kalian, aku hanya akan menjadi ejekan dengan memakai baju warna yang senada, tapi pakaian Yang Mulia serasi dengan Selirnya. Aku hanya akan diejek sebagai Ratu yang mengejar Raja. Obsesi cintanya kepada sang Raja adalah perilaku yang tercela."
Robert tidak memikirkan sampai kesana.
Tak lama kemudian, Esme datang.
"Yang Mulia... Saya mencari anda."
"Ah maaf, saya tidak tahu kalau Yang Mulia bersama dengan Yang Mulia Ratu."
"Esme, apa kamu tidak memberitahukan ke kediaman Ratu mengenai pakaian kita?"
Esme terkejut ketika mendengarnya, badannya terasa panas dingin, "Yang Mulia... sepertinya dayang saya lupa, saya akan memarahinya dan memberikan pelajaran untuknya!" Esme berkilah.
Robert pusing.
setuju 👍
semoga ini bs bikin semangat othorr untuk up lg 😍😍😍😍
love se kebon thorr