Seorang dokter muda yang idealis terjebak dalam dunia mafia setelah tanpa sadar menyelamatkan nyawa seorang bos mafia yang terluka parah.
Saat hubungan mereka semakin dekat, sang dokter harus memilih antara kewajibannya atau cinta yang mulai tumbuh dalam kehidupan sang bos mafia yang selalu membawanya ke dalam bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Malam itu, di bawah langit yang kelam tanpa bintang, Rafael, Liana, dan Luca akhirnya tiba di lokasi yang ditunjukkan oleh peta tua. Mereka berdiri di depan sebuah kuil tua yang tersembunyi di dalam hutan lebat, dindingnya tertutup lumut dan simbol-simbol kuno terukir di permukaannya.
Liana melangkah maju, tangannya menyentuh ukiran di dinding. “Ini... ini adalah simbol yang sama seperti yang ada di jurnal ayahku,” bisiknya.
Rafael mengangkat senter dan menyusuri ukiran itu dengan tatapannya. “Kita harus mencari tahu apa yang tersembunyi di sini.”
Dengan hati-hati, mereka mulai menjelajahi bagian dalam kuil. Udara di dalam terasa lembap dan berdebu, seolah-olah tempat itu telah lama ditinggalkan. Di tengah ruangan utama, mereka menemukan sebuah altar batu dengan sebuah kotak besi tua di atasnya. Luca segera maju untuk memeriksanya.
“Aku akan coba membukanya,” kata Luca, mengeluarkan alat yang ia bawa.
Sementara Luca bekerja, Rafael dan Liana berkeliling, mencoba memahami simbol-simbol di sekitar ruangan. Suasana terasa begitu tenang, hingga hanya suara nafas mereka yang terdengar.
“Ini... terlalu sunyi,” gumam Rafael pelan.
Liana menatapnya, matanya menunjukkan kekhawatiran. “Kau pikir ini jebakan?”
Rafael mengangguk. “Kita harus tetap waspada.”
Tiba-tiba, suara derak terdengar saat Luca berhasil membuka kotak besi itu. Di dalamnya terdapat gulungan kertas tua dan sebuah liontin emas dengan ukiran yang sama seperti yang ada di jurnal Victor.
“Ini dia!” Luca mengangkat liontin itu dengan hati-hati. “Sepertinya ini yang kita cari.”
Liana mengambil gulungan kertas dan mulai membacanya. “Ini adalah catatan ayahku... Ini berisi informasi tentang kesepakatan rahasia yang bisa menghancurkan Adrian.”
Rafael menatapnya serius. “Kalau begitu, kita tidak boleh membiarkan ini jatuh ke tangan siapa pun.”
Dalam keheningan kuil yang remang-remang, Rafael menatap Liana. Ada sesuatu dalam ekspresinya yang berbeda malam itu—kelembutan yang jarang ia tunjukkan. Seolah-olah di tengah kekacauan ini, hanya Liana yang membuatnya merasa tenang.
Liana merasakan jantungnya berdetak lebih cepat saat Rafael perlahan mendekatinya. Mata mereka bertemu, dan sesaat dunia seakan berhenti. Rafael mengangkat tangannya dan menyelipkan helai rambut Liana yang jatuh ke wajahnya. “Akhirnya kita bisa menemukan sesuatu untuk membuat Adrian hancur, Liana.”
Liana terdiam, matanya menatap dalam ke mata Rafael. “Iya Rafael, akhirnya kita bisa menemukannya...” bisiknya.
Namun, sebelum momen itu bisa berkembang lebih jauh, suara langkah kaki mendekat dengan cepat. Mereka semua segera siaga, senjata mereka terangkat.
Dari kegelapan, sosok dokter Anton muncul, wajahnya tidak lagi terlihat ramah seperti biasanya. Ia berdiri di pintu masuk kuil, senjatanya terangkat ke arah mereka.
“Sayang sekali, kalian terlalu pintar untuk dibiarkan hidup.”
Liana menatapnya dengan penuh keterkejutan. “Dokter Anton...? Apa yang kau lakukan disini?”
Anton menghela napas, seolah-olah menyesal. “Maafkan aku, Liana. Aku sudah bekerja untuk Adrian sejak awal.”
Rafael langsung melindungi Liana dengan tubuhnya. “Kau telah mengkhianati kami,” katanya dengan nada dingin.
Anton mengangkat bahunya. “Adrian menawarkan sesuatu yang tidak bisa ku tolak. Dan sekarang, aku akan memastikan kalian tidak akan keluar dari sini hidup-hidup.”
Sebelum Anton bisa menekan pelatuknya, Rafael bergerak cepat. Ia menarik Liana ke belakangnya dan menembakkan peluru ke arah Anton. Anton menghindar dengan cekatan dan balas menembak.
Luca segera berlari ke sisi lain ruangan, mencoba mencari celah untuk menyerang balik. Liana yang masih terguncang dengan pengkhianatan Anton, berusaha tetap fokus. “Kita harus keluar dari sini!”
Anton tertawa kecil. “Tidak ada jalan keluar untuk kalian.”
Namun, di saat itu juga, lantai kuil mulai bergetar. Sepertinya suara tembakan mereka telah memicu sesuatu dalam struktur bangunan tua itu.
“Kita harus cepat!” Rafael menarik tangan Liana, sementara Luca memberikan tembakan perlindungan.
Anton mencoba melarikan diri dengan membawa liontin yang mereka temukan, tetapi sebelum ia bisa pergi lebih jauh, sebuah reruntuhan batu besar jatuh tepat di hadapannya, menghalangi jalannya.
Dengan suara gemuruh yang semakin keras, Rafael, Liana, dan Luca bergegas keluar dari kuil yang mulai runtuh. Anton yang tertinggal di dalam, berteriak marah. “Kalian tidak akan lolos dari Adrian!”
Tepat saat mereka keluar, kuil itu akhirnya runtuh sepenuhnya, mengubur Anton di dalamnya.
Mereka berdiri di luar, terengah-engah, menyadari bahwa mereka baru saja selamat dari jebakan yang mematikan. Namun, ketakutan masih ada dalam hati mereka. Adrian pasti sudah mengetahui pergerakan mereka, dan ini hanya permulaan.
Liana menggenggam tangan Rafael erat. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
Rafael menatapnya dalam, tekadnya semakin kuat. “Kita akan menghancurkan Adrian. Dengan informasi ini, kita punya kesempatan untuk mengakhiri semuanya.”
Namun, sebelum mereka bisa berpikir lebih jauh, suara mesin mobil terdengar dari kejauhan. Luca yang melihat ke arah suara itu langsung mengutuk pelan. “Kita punya masalah.”
Mereka menoleh, dan di kejauhan, mobil-mobil hitam dengan lambang khas anak buah Adrian mulai mendekat dengan cepat.
Bagaimana mereka bisa keluar dari situasi ini? Siapakah pengkhianat lain yang mungkin masih tersembunyi? Dan apa yang sebenarnya tersembunyi dalam informasi yang mereka temukan?
menguras emosi dan memacu adrenalin. 🫰