Demi menjalankan misinya mencari tahu mengenai pelaku pembantaian massal keluarga Anthony, dengan rela Tuan Vigor menikahkan putri tunggalnya dengan seorang mafia yang merupakan putra sahabatnya untuk melancarkan misinya dan mendapatkan harta yang ia inginkan. namun lain halnya dengan si mafia, yang mempunyai tujuan lain dengan adanya ia masuk kedalam keluarga elit itu untuk bisa menguasai dan mengendalikan keluarga itu lewat Calon istrinya yang saat ini mendapat julukan Bloody Queen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vionnaclareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obat Sakit
Hari semakin malam, cahaya sang mentari perlahan mulai menghilang dan tergantikan oleh sang bulan yang siap menyambut hari esok. Suara tapak kaki mulai terdengar dengan sorot senter ponsel yang menerangi jalan mereka, hingga tanpa dirasa mereka pun akhirnya keluar dari dalam hutan itu dan melihat dua pria yang sedang berdiri menyambut mereka.
"Yoona,,,,," panggil Laurent yang langsung berlari dan memeluk tubuh gadis itu, seakan akan perasaan khawatir nya saat ini telah hilang.
"Kau pergi kemana saja eohh, kenapa kau tidak bilang padaku Yoona, apa kau baik baik saja?" Tanyanya namun Yoona sama sekali tidak mengatakan satu katapun dan hanya menatap lekat ke arah Laurent.
'kenapa jantungku tidak bereaksi seperti saat Leo menatapku tadi, padahal tatapan yang diberikan oleh Laurent tidak beda jauh dengan tatapan Leo tadi. ' batinnya yang sedari tadi terus bimbang dan bingung dengan apa yang sudah terjadi padanya sebenarnya.
"Yoona."
"Ohh, aku baik baik saja Laurent, aku tadi mengejar babi hutan hingga aku lupa bilang padamu."
"Aku sangat lelah hari ini, aku ke vila dulu." Lanjutnya yang kemudian pergi begitu saja dari hadapan mereka.
Laurent dan Luan terus menatap kepergian Yoona, sementara Leo sedari tadi terus menatap ke arah Laurent dan Luan, 'Varo, sebenarnya siapa diantara kalian yang membuat trauma berat pada yoona.' batin Leo sembari menatap kedua pria yang ada di depannya itu.
"Apa sudah terjadi sesuatu padanya?" Tanya Laurent pada Leo.
"Tidak, tidak terjadi apa apa padanya. Ngomong ngomong apa kalian akan menginap lagi disini?" Tanya Leo.
"Tidak sepertinya aku akan pulang setelah ini, lagi pula urusan ku disini sudah selesai bukan?" Sahut Luan yang membuat Leo mengangguk.
"Aku juga akan pulang, sebab aku kemari karenanya." Jawab Laurent dan membuat Leo mengerti dan langsung pergi begitu saja dari hadapan mereka berdua.
...***...
Kini jam telah menunjukan pukul 7 malam dan Yoona baru saja menyelesaikan ritual mandinya, kini ia baru saja keluar dari kamar mandi mengenakan chemise putih yang ia ambil dari dalam kopernya. Yoona terduduk diam di depan kaca rias nya sembari mengeringkan rambut basahnya.
"Perasaan apa yang ku rasakan tadi? Tidak Yoona kau tidak boleh goyah, kau tidak boleh mudah terperdaya dengan sikap manisnya." Ucapnya sembari berusaha melupakan semua kejadian yang terjadi di tepi sungai tadi.
Namun semakin ia ingin melupakannya, entah kenapa semakin lama ia semakin teringat oleh ciuman dan sentuhan manis yang Leo berikan padanya, hal itu membuat nya semakin gila hingga terus menerus memegangi bibirnya sendiri.
"Apa yang sebenarnya terjadi padaku, ahh sial kenapa aku jadi seperti ini." Geramnya yang tidak bisa menghilangkan wajah membandel Leo dari pikirannya.
Sementara itu disisi lain Leo kini sedang berpesta anggur seorang diri di sebuah ruang tengah, dia meneguk segelas wine yang sempat Luca beli dari tempat Laurent.
"Arghhh, anggur ini sangat kuat sekali, sekarang aku tahu kenapa gadis itu begitu sangat gila setelah meminumnya." Ucapnya setelah mencicipi satu gelas anggur itu.
Leo terduduk diam sembari dialuni alunan musik klasik Eropa yang menemani malamnya dengan sebotol wine dan juga hangat nya api dari dalam perapian. Pria itu terus teringat pada peristiwa disungai tadi.
"Betapa kejamnya semua orang yang sudah memperlakukan mu Yoona, sangking kejamnya mereka menyuruhmu menyimpan semua beban sendirian, seharusnya mereka membantumu mengingat ingatanmu yang hilang." Gumamnya mengingat gadis itu seperti gadis yang trauma dengan masa lalu yang tidak ia ingat, ia selalu takut dan kesakitan saat potongan potongan memori masa lalunya terlintas di dalam benaknya.
"Varo, satu nama yang bisa menjadi petunjuk utamaku, putra tunggal dari keluarga Wesley, yang sekarang entah mati ataupun hilang entah kemana." Lanjutnya sembari memainkan kotak kecil berwarna hitam di tangannya.
"Tujuanku kemari hanyalah untukku membebaskan mu Yoona, dan satu satunya caranya adalah ingatanmu yang hilang, para b4jingan b4jingan itu telah membuat mu menjadi gadis yang tumbuh dengan ketidak Tahuan diatas kelicikan mereka."
"Dan aku yakin jika Varo masih hidup dia pasti masih terus berada di dekatnya, tapi siapa dia." Lanjut Leo yang terus berpikir keras sehingga lupa dengan tujuannya pergi ke vila itu.
Leo terus sibuk dengan pikirannya sendiri hingga tanpa ia sadari Yoona sedari tadi terus memperhatikan nya dari kejauhan, dan beberapa menit kemudian gadis itupun akhirnya memberanikan diri untuk berjalan menghampiri nya.
"Kau belum tidur?" Tanya Leo saat menyadari kedatangan istri nya itu.
"Aku merasakan sesuatu yang membuat ku sulit untuk tidur." Jawabnya.
"Apa kepala mu masih terasa sakit?" Tanyanya dan Yoona seketika mengangguk.
"Apa kau mau membuatkan makanan untukku?" Pinta Yoona tiba tiba yang membuat Leo sontak menatap nya, sebab ia tahu ia bahkan tidak menyentuh sandwich yang ia buat untuknya.
" Tidak bisanya kau menyuruhku,,,,,"
"Jika kau tidak mau ya sudah, aku juga tidak memaksamu." Potongnya yang langsung berpaling dari nya.
"Duduklah, akan ku buatkan makanan untukmu." Sahutnya yang langsung berdiri dan berjalan menuju dapur yang memang jaraknya begitu dekat dengan ruang tengah. Mendengar hal itu berhasil membuat langkah Yoona terhenti dan menatap pria yang mulai beraksi di dapur milik nya.
Yoona mengurungkan dirinya untuk pergi dan mulai duduk di salah satu kursi meja makan. Sementara itu Leo mulai bertarung dengan alat dapurnya, mengolah bahan yang ia punya disana agar menjadi makanan yang bisa dihidangkan. Hingga beberapa menit kemudian Leo pun menyelesaikan aktivitas nya itu dan segera menyajikan makanan buatnya itu pada istri nya.
"Makanlah, hanya itu yang ada di kulkas, tapi setidaknya bisa menghilangkan rasa lapar mu." Ucap Leo sembari menyodorkan sepiring nasi goreng dengan dilengkapi dengan telur dan sosis goreng.
Setelah menyajikan makanan nya itu Leo pun langsung beranjak pergi begitu saja untuk mengambil wine yang sempat ia tinggalkan, sementara Yoona mulai memakan makanan yang ia minta. Leo kembali membawa sebotol wine dan segelas penuh yang baru saja ia isi. Ia meletakan botol wine itu di atas meja dan secara tiba tiba memeriksa kening Yoona dengan punggung dan telapak tangan kanannya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Yoona yang sempat menghindar.
"Apa yang kau rasakan sekarang? Apa masih begitu terasa sakit?" Tanyanya yang takut gadis itu akan demam karena sakit di kepalanya.
Yoona mengangguk. "Kenapa kau menanyakan hal itu?"
"Tidak apa apa? Apa aku tidak boleh bertanya?"
"Sudah cepat habiskan makananmu, setelah itu minum obat dan tidurlah, aku akan tidur di kamar 3 agar kau bisa tidur nyenyak." Lanjutnya sembari sesekali meneguk segelas wine miliknya.
Leo mulai duduk di bangku sebrang sembari melihat istrinya yang tengah makan malam dan meneguk segelas wine miliknya. Dan ketika Yoona baru saja menghabiskan setengah dari porsinya itu, gadis itu tiba tiba bangkit dari tempat duduknya dan bermaksud untuk mengambil air minum. Namun ketika ia baru saja melangkah beberapa langkah dari tempat duduknya tiba tiba saja rasa sakit yang sedari tadi tidak ia rasakan seketika muncul kembali, dan membuat tubuhnya sempoyongan terdiam di tempat.
Melihat hal itu dengan sigapnya Leo menangkap tubuh Yoona dan terduduk di atas pangkuan nya. "Ada apa dengan mu? Kau baik baik saja?" Tanyanya namun Yoona hanya diam sembari termenung menatap paras wajah pria yang ada di depannya itu.
"Duduk diam lah disini, akan ku ambilkan air untukmu." Lanjutnya yang langsung bangkit dari tempat duduknya, dan mendudukkan istrinya itu di atas kursi bekas miliknya tadi.
Leo membuka lemari es dan mengambil salah satu botol air dan menuangkannya kedalam gelas kecil yang ada di dekatnya. Pria itu berjalan kembali menghampiri Yoona sembari membawa segelas air dingin itu padanya.
Leo menyodorkan segelas air itu pada Yoona namun gadis itu sama sekali tidak meresponnya dan terus menatap lekat ke arah nya. "Ini minumlah kenapa kau malah menatap ku seperti itu, tenang saja air ini tidak ada campuran racunnya kok." Lanjutnya yang membuyarkan lamunan Yoona.
Yoona mengambil gelas air yang Leo sodorkan padanya dan mulai meminumnya secara perlahan, melihat hal itu membuat Leo pun beranjak pergi dari hadapannya.
"Leo." Panggil nya dan berhasil membuat langkah kaki pria itu terhenti dan kembali menatap ke arahnya.
Yoona bangkit dari tempat duduknya dan langsung meraih dan menarik pergelangan tangannya. Gadis itu semakin mendekat kan dirinya dan dengan sengaja mengecup sekilas bibir pria yang ada di depannya itu. Sementara Leo yang terkejut dengan sikap Yoona yang tiba tiba itupun hanya bisa terdiam beku di tempatnya.
"Ada apa Yoona?" Tanyanya.
"Kepala ku terasa sangat sakit sekali, aku ingin kau menghilangkan rasa sakit ini dari ku lagi." Jawabnya namun Leo hanya diam menatapnya.
"Jika kau tidak mau ya sudah." Lanjut Yoona sembari melepas cekalan tangannya setelah melihat respon dari Leo, namun ketika gadis itu ingin beranjak pergi dari hadapannya, Leo pun langsung menarik pinggang ramping Yoona hingga tubuhnya benar benar menempel padanya.
Kini jantung Yoona berdetak begitu kencang aliran darahnya terpompa begitu cepat, seakan akan ia terus ingin menatap paras wajah pria yang ada di depannya itu, memang ia sering menatap dan memeluk puluhan pria namun menurutnya tidak ada yang bisa membuat dadanya terasa begitu sesak seperti saat ini.
"Kemana Yoona yang ku kenal hmm, kenapa kau harus menunggu ijin dariku jika kau memang memintanya, kemari lah sayang aku akan menghilangkan rasa sakit itu darimu." Ucap Leo yang lagi lagi membuat jantung gadis itu seakan akan ingin meledak saat mendengar suara manis nya yang melintas di telinganya.
Leo menggandeng tangan Yoona dan duduk di atas kursi yang sama, dengan perlahan dia menarik tubuh Yoona hingga kembali duduk di atas pangkuan nya. Pria itu mulai membelai lembut rambut panjang Yoona sembari menatap wajahnya dengan begitu lembutnya begitu juga dengan gadis yang sedari tadi tidak bisa melepaskan pandangannya itu.
'tujuanku hidup hanyalah untuk melindungi mu Yoona, tapi aku gagal karena para iblis itu sudah terlebih dahulu mengubah mu menjadi seperti monster yang harus menanggung rasa sakit dan trauma selama bertahun tahun, maafkan aku.' batinnya.
"Kau bilang aku adalah pemuas nafsu mu bukan, kapanpun kau memintanya aku akan memberikan nya Yoona." Ucapnya sembari menempelkan batang hidungnya pada hidung Yoona.
"Kepalaku benar benar sakit Leo, jadi aku ingin bermain lembut dengannya malam ini." Lirihnya yang membuat pria itu mulai sesekali mengecup bibir Cherry Yoona.
Pria itu perlahan mulai menarik tengkuk leher Yoona dan melumat bibir Cherry Yoona dengan begitu lembutnya mengikuti alunan musik klasik Eropa yang sedari tadi terus menyala, lidah mereka kini saling membelit menggigit kecil bibir satu sama lain dan bertukar Saliva.
Leo benar benar menikmati dan menyukai bibir manis Yoona, sembari sesekali memijat ringan bukit kembar milik istrinya itu. Pria itu melepaskan pangutan bibirnya dan mulai menghisap leher Yoona yang memiliki wangi vanilla hingga membuat pria itu kini benar benar tidak bisa lepas darinya. Yoona mengusap dan memijat mainan miliknya yang masih terkurung aman di dalam.
"Ahhh sayang belum waktunya kau untuk membangunkannya." Keluh Leo masih ingin bermain ringan dengannya.
Leo menerobos masuk kedalam chemise putih milik Yoona dan melepaskan penyangga kehidupan milik Yoona. Ia menurunkan salah satu tali chemise putih itu hingga membuat salah satu bukit milik Yoona keluar. Melihat hal itu Leo pun langsung memangut choco chips pada bukit yang sudah membengkak dan keras itu sembari memijat kuat bukit yang lainnya.
"Shsss akhhhh." Satu desahan nikmat mulai lolos keluar dari dalam mulut Yoona saat pria itu menghisap kuat bola miliknya. Yoona terus menerus membusungkan dadanya seakan akan ia benar benar menikmati sentuhan yang Leo berikan padanya.
"Apa sudah tidak terasa sakit?" Tanyanya namun tanpa menjawab pertanyaan sederhana itu, Yoona langsung melumat bibir bibir Leo dengan begitu agresif nya.
Yoona melepas kancing celana jeans yang Leo kenakan. "Lepaskan mainanku sekarang Leo." Pintanya yang terus meremas kuat mainan miliknya yang sedari tadi memang sudah bereaksi dan mengeras di dalam.
Leo melepas kaos hitam miliknya hingga kini terlihat jelas sixpack miliknya, ia juga sedikit menurunkan celana jeans miliknya dan hanya tersisa celana dalam miliknya. Leo kembali melumat bibir Cherry Yoona sembari terus memijat dua gundukan favorit nya, sedangkan Yoona dengan beraninya memasukan tangan kanannya dan memainkan ular piton besar yang sedari tadi terus memberontak ingin keluar.
Yoona terus memainkannya hingga sesekali ia merasakan cairan hangat terus keluar darinya. "Ahhhh kau benar benar sangat nakal Yoona ahhh" desah Leo yang saat ini benar benar sudah tidak bisa lagi menahannya.
Tangan Leo meraba turun memasukan dua jari tangan nya kedalam vagina milik Yoona yang saat ini benar benar basah dan terus berkedut hebat.
"Emphhh ahhhh" Yoona menggigit bibir bawahnya saat dua jari itu terus masuk dan bermain di kawah licinnya. Yoona kini mengubah posisi duduknya yang tadinya duduk menyamping kini ia duduk menghadap ke arah Leo. Sementara Leo menurunkan celana dalam miliknya hingga benda besar yang sedari tadi terkurung sesak bisa bernafas lega sekarang, begitu juga dengan yoona yang sedikit menurunkan kain segitiga pink miliknya.
Leo kembali melumat bibir gadis yang sedari tadi terus menyodokkan gumpalan dagingnya, Leo yang benar benar terpancing itupun langsung memposisikan senjata pamungkasnya agar bisa masuk kedalam vagina miliknya.
"Akhhh Leo,,,," pekiknya saat ujung senjata pamungkasnya itu berhasil masuk kedalam.
"Ahhhh fuck honey, kenapa milikmu masih saja begitu sangat sempit uhhh." Racaunya ketika Yoona terus menggesek dinding licinya dengan benda besar itu.
Leo memeluk erat tubuh Yoona dan menghentakkan pinggulnya dengan begitu kuat hingga hanya sekali hentakan saja benda besar dan keras itu langsung tenggelam di dalam kawah surgawi milik Yoona. "Arghhh akkhhhhh Leo sakit,,,," pekiknya yang merasakan sakit yang begitu luar biasa ketika benda besar itu benar benar membelah gumpalan dagingnya.
Leo melebarkan kedua pahanya agar istrinya itu bisa bermain bebas sembari mengunci bibir Yoona yang sempat memekik kesakitan itu.
Yoona mulai memaju mundur kan pinggulnya sembari menjepit batang besar milik Leo itu. "Oughh ahhh ahhh Leo." Yoona mulai melolong nikmat saat pria itu terus mengeluarkan cairan hangat nya di dalam.
"Ashhh ahhhh sayang ahhh." Racau Leo saat Yoona terus bermain ria di atasnya itu. Desahan nikmat terus menerus keluar dari dalam mulut mereka begitu dengan Yoona yang semakin lama semakin mempercepat temponya, hingga tidak lama kemudian Yoona pun akhirnya menyemburkan laharnya dan mencapai puncak surgawi nya masing masing.
"Ahhhhh,,,,," desah nikmat Yoona yang akhirnya Tubuhnya itu tumbang diatas pelukan Leo dengan nafas yang masih tersengal lelah.
"Kau benar benar gila Yoona, apa itu menyenangkan bagimu?" Tanyanya pada gadis yang sedang mengatur pernafasannya itu.
Yoona menatap wajah Leo yang sedari tadi terus bercucuran keringat. "Kau yang sudah mengajariku bermain Leo, jadi jangan salahkan aku jika aku kecanduan karenanya." Jawabnya.
"Apa kau lupa akibat dari permainan ini sayang?"
"Fokus saja pada permainan nya Leo, biar aku yang mengurus akibat dari permainan ini." Jawabnya lagi sembari meraih gelas wine milik Leo dan meminum sisa wine yang ada.
Leo menarik tengkuk leher Yoona dan kembali melumat bibir manis Yoona dengan begitu agresif nya kedua tangannya memeluk erat tubuh sembari bangkit dari tempat duduknya.
Kedua sorot mata tajam Leo menatap dan mengagumi setiap inci wajah mulus milik istrinya itu, ia perlahan membelai lembut rambut Yoona yang tergerai panjang dan menyeka keringat Yoona yang terus membasahi pipinya. "Kau wanita tercantik yang ada di dunia ini Yoona, tidak peduli bagaimana perasaan mu padaku, yang terpenting kaulah yang paling kucintai saat ini sayang." Ucapnya sembari sesekali mengecup bibir Cherry Yoona, dia perlahan mencium dan menghisap leher sembari meremas bokong sintal milik Yoona.
"Emghh Leo,,," lirihnya sembari sesekali membusungkan dadanya.
Leo menurunkan lagi chemise putih milik Yoona dan mengeluarkan dua bukit kembar milik Yoona, pria itu menghisap salah satu bukit itu seperti seorang bayi yang sedang menyusu pada ibunya, tangan kirinya terus memijat bukit lainnya sementara tangan kanannya mulai menjelajah masuk kedalam dinding licinnya.
"Eughhh ahhhhh." Desah nikmat Yoona saat dua jari Leo mulai mengocok dan bermain ria didalam sana.
"Ashhh ahhhh Faster honey ahhh" racaunya sembari meremas kuat pinggiran meja yang ada di belakangnya.
"Ahhh Leo aku mau keluar ahhhh." Lanjutnya dan membuat pria itu langsung mengeluarkan dua jarinya dan memposisikan istrinya itu untuk membelakangi dirinya. Leo memeluk erat tubuh yoona sembari berusaha memasukan batang kerasnya ke lubang belakang milik istrinya.
"Arghhh akhhh." Pekik Yoona kesakitan ketika benda keras itu sedang berusaha masuk kedalam. Yoona terus menyeimbangkan posisinya karena hentakan keras dari Leo, hingga dalam dua hentakan saja benda itu bisa langsung
"Akhhhh ahhhh masuk kedalam.Leo" pekik Yoona yang merasakan rasa sakit dan nikmat yang bersamaan.
"Ahhhh Fuck honey, ahhhhh tubuhmu benar benar sangat nikmat sayang." Desah nya nikmat ketika merasakan sesuatu yang menjepit kuat disana. Leo terus melakukan organisme nya sementara Yoona terus menyemburkan lahar putih dari lubang depan miliknya dan terus menetes ke lantai.
Pryarr!!!!
Suara gelas wine yang terjatuh pecah karena mereka yang terus menerus mengguncang hebat meja makan itu. "Ahhh Leo,,,, milik ku terus keluar karena dirimu ahhh." Racau nya lagi hingga akhirnya Leo pun mencabut benda miliknya itu.
"Jangan banyak bergerak Yoona, kau bisa terluka karena pecahan beling itu." Ucapnya saat gadis itu kembali menghadap ke arah nya.
"Aku lelah Leo." Ucapnya sementara itu Leo pun mulai mengangkat tubuh mungil nya itu hingga duduk di atas meja makan itu.
Leo melepas kain segitiga milik Yoona yang masih tergantung di antara dua kakinya. "Kalau begitu beristirahatlah, besok aku akan menyuruh Luca untuk membelikan mu obat." Ucapnya yang kemudian pria itu akhirnya memakai kembali celana jeans nya lalu menggendong tubuh Yoona dan membawanya ke kamar untuk beristirahat.