Soraya sang Primadona online terjebak di Abad 13 karena insiden yang menimpanya. Jiwanya terperangkap dalam tubuh seorang selir Senopati perang, apakah yang akan dilakukan oleh Sora agar bisa kembali ke abad 20.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Hadiah Untuk Istriku
Selesai sarapan kami langsung bersiap-siap untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju Galuh Pakuan.
"Romo bolehkah saya naik kuda bersama Kanda Senopati?" tanyaku meminta izinnya
"Bagaimana jika kamu kelelahan Nduk, selama ini kamu belum pernah melakukan perjalanan jauh dengan kuda, Romo khawatir terjadi sesuatu denganmu, lebih baik kau masuk kedalam kereta kuda lagi," sepertinya Romo memang begitu khawatir dan tidak akan memberiku izin berkuda, tapi bukan Sora namanya jika langsung menyerah begitu saja.
"Tenang saja Romo, aku hanya berkuda sebentar saja kok, setelah aku capek aku pasti akan kembali naik kereta kuda bersama Romo. Boleh ya, boleh please," rengek ku sedikit memaksa.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama, jika kau sudah merasa lelah maka kau harus kembali naik kereta kuda bersama Romo,"
"Ok siap," jawabku kemudian berlari menghampiri Lembu Tal
"Kau benar-benar akan naik kuda Dinda?"
"Benar, seperti yang kau katakan, mulai sekarang aku akan mencoba hidup sebagai rakyat jelata, aku ingin tahu bagaimana rasanya berkuda dengan jarak jauh, jadi tolong bantu aku Kanda, please,"
Lelaki itu segera melompat turun dari kudanya dan membantuku naik ke atasnya.
Ia kemudian memacu kudanya meninggalkan penginapan.
Ini adalah kali kedua aku menaiki kuda, jadi aku tidak kaku lagi.
Aku bisa menikmati keindahan pemandangan bumi Galuh Pakuan yang begitu indah.
"Apa kau lelah?" tanya Lembu Tal
"Tidak, aku justru tidak merasakan capek karena terlalu senang menikmati pemandangan selama perjalanan,"
"Syukurlah, kalau begitu." lelaki itu kemudian menghentikan kudanya dan mengajakku turun.
"Istirahatlah sebentar," lelaki itu kemudian memberikan bekal minumnya padaku.
"Maaf aku habisin, haus soalnya," jawabku cengengesan
"Tidak apa Dinda, aku bisa mengisinya lagi di sungai," jawabnya santai
"Lalu bagaimana dengan yang lainnya, mereka pasti akan mencari kita, karena meninggalkan rombongan,"
"Romo tidak akan khawatir karena kau bersamaku, kau tunggu sebentar di sini, aku akan mengambil air di sungai,"
"Okey," aku kemudian duduk selonjoran meluruskan kakiku.
Ah, rasanya nikmat sekali apalagi udara sangat sejuk aku jadi ingin tiduran sejenak.
Baru saja aku memejamkan mata tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menggerayangi tubuhku sehingga membuat aku reflek langsung bangun, namun ketika aku akan berteriak tiba-tiba seseorang langsung membungkam mulutku.
Beberapa orang lelaki berbaju kumal dan membawa cangkul dan sabit langsung menyandera ku.
"Sepertinya kau anak petinggi kerajaan, serahkan semua perhiasan mu jika ingin hidup," ancamnya membuatku begidik ngeri, karena bagaimanapun aku belum siap mati muda, apalagi mati di negeri antah berantah ini.
Aku langsung mengangguk, dan melepaskan semua perhiasan yang ku pakai. Tapi ketika aku akan menyerahkan perhiasan itu tiba-tiba Adipati Sentanu datang mengambil semua perhiasanku.
"Langkahku dulu mayat ku kalau kalian ingin mengambil perhiasan ini," ucapnya membuat aku sangat kesal, bagaimana bisa dia mengambil semua perhiasanku dan membiarkan aku di sandera oleh mereka. Ia bahkan tidak peduli ketika salah seorang dari mereka mengalungkan sabitnya ke leherku.
Rasanya geram sekali melihat psikopat itu tidak bergeming dan tetap cool melihat nyawaku yang hampir melayang di depannya. Awas aja jika aku benar-benar terluka atau mati gara-gara dia lebih mementingkan menyelamatkan perhiasanku daripada nyawaku maka aku akan menjadi arwah penasaran dan menerornya hingga dia mati.
Aku hanya pasrah dan memejamkan mataku ketika laki-laki yang menyadera ku mulai menggerakkan sabitnya untuk menggorok leherku.
*Buuggghhh!!
Sebuah tendangan melesat kearahku hingga sabit itu terhempas menjauh dari leherku.
Rasanya tubuhku sangat ringan, dan membiarkannya jatuh lunglai, namun tangan kekar Adipati Sentanu langsung menangkap tubuhku.
Sementara itu Mahespatih segera menghajar para perampok itu hingga babak belur.
"Hentikan!!" seru Lembu Tal membuat Mahespatih menghentikan aksinya.
"Jangan sakiti mereka, mereka bukan perampok. Mereka hanyalah para petani miskin yang terpaksa merampok agar bisa hidup di musim paceklik seperti ini," imbuhnya membantu mereka berdiri
"Bagaimana kau yakin kalau mereka itu seorang petani bukan perampok," sahut Mahespatih
"Lihatlah dari senjata yang dibawanya, bukankah yang mereka bawa adalah alat-alat pertanian, untuk ukuran seorang perampok keahlian bertarung mereka juga sangat payah, sebagai seorang prajurit khusus penumpas perampok harusnya kau bisa membedakan mana perampok mana orang biasa," terang Lembu Tal
Kalimat itu begitu menohok Mahespatih hingga lelaki itu langsung diam seribu bahasa, namun berbeda dengan Adipati Sentanu, lelaki itu justru menyalahkan Lembu Tal yang menjadi penyebab insiden tersebut.
"Semua ini tidak akan terjadi jika kau tidak meninggalkannya sendirian Dimas, kami hanya berusaha menolongnya jadi wajar saja kami langsung melakukan perlawanan terhadap mereka. Karena mereka menyandera Putri Prabu Rakeyan Saunggana, jika kau jadi aku bukankah kau juga tidak akan diam saja melihat seorang wanita dalam bahaya, jadi jangan menyalahkan kami jika kami melukai orang-orang itu!" ucapnya sinis
Ia menarik ujung bibirnya tersenyum sarkastik ketika melihat Lembu Tal menghela nafas panjang.
Andai saja aku mempunyai kekuatan ingin rasanya aku membela Lembu Tal yang terpojokkan, karena aku tahu apa yang Adipati Sentanu dan Mahespatih lakukan tidaklah tulus, aku yakin mereka menginginkan sesuatu dari ayahku.
"Aku akan membawa Gayatri kembali ke rombongan, kau uruslah para berandal itu dan bawa mereka semua menghadap Baginda Raja!" perintah Adipati Sentanu
"Biarkan aku yang akan mengurus para petani ini, tolong jangan beritahu Yang mulia Raja tentang masalah ini, tolonglah mereka Kanda, mereka sudah cukup tersiksa karena tidak memiliki bahan makanan, jika mereka di hukum juga bagaimana nasib anak dan istrinya," ucap Lembu Tal
"Itu bukan urusan ku," sahut Adipati Sentanu acuh
"Mahespatih cepat bawa mereka menemui yang mulia Raja!" serunya membuat Mahespatih langsung meringkus para petani itu dan menggiringnya menemui Rakeyan Saunggala.
Lembu Tal hanya berjalan lesu mengikuti mereka.
"Ada apa dengan putriku, apa yang terjadi dengannya?" tanya lelaki tua itu begitu khawatir melihat putrinya tidak sadarkan diri.
"Maafkan hamba Romo, karena kelalaian saya meninggalkan Dinda sendirian, ia jadi terluka," ucap Lembu Tal merasa bersalah
"Lalu siapa mereka!" seru Rakeyan Saunggala mendekati mereka.
"Mereka adalah orang-orang yang berusaha mencelakai putri anda Gusti Prabu, mereka mencoba merampok Ndoro Ayu dan menyanderanya. Beruntung aku dan Mahespatih datang tepat waktu hingga nyawa Yang Mulia putri Gayatri bisa kami selamatkan, " jawab Adipati Sentanu
"Kalau begitu hukum mereka seberat-beratnya, jika perlu bunuh mereka!" titah Rakeyan Saunggala
"Maaf jika hamba lancang Romo Prabu, mereka bukanlah perampok seperti yang diucapkan oleh Kang Mas Adipati Sentanu. Mereka hanyalah seorang petani biasa yang terpaksa menjadi perampok di musim paceklik untuk menghidupi keluarga mereka. Hamba sempat melihat kondisi perkampungan mereka saat mengambil air minum di sungai. Lahan pertanian mereka mengering karena hujan tak kunjung turun. Untuk bertahan hidup mereka terpaksa menjadi perampok agar bisa membeli makanan di dusun tetangga yang letaknya sangat jauh dari dusun mereka. Jadi hamba mohon kebijakan yang mulia Raja untuk mengampuni mereka, karena jika mereka dihukum maka kasihan keluarga mereka yang menunggunya di rumah," ujar Lembu Tal membuat Rakeyan Saunggala terkesiap mendengarnya.
"Bagaimana kondisi kampung mereka?" tanya Prabu Saunggala
"Hampir seperti desa mati Romo, jika Anda memberikan izin pada hamba, biarkan saya membantu mereka membuat saluran irigasi dari sungai untuk mengairi sawah-sawah tadah hujan itu, agar mereka bisa bercocok tanam kembali. Walaupun jarak sungai dengan area persawahan sangat jauh tapi saya yakin dengan gorong-royong kami bisa membuat saluran air sebagai solusi untuk mereka agar tidak menjadi perampok lagi yang Mulia," tutur Lembu Tal sambil bersimpuh di depan Rakeyan Saunggala
"Kau benar Menantuku, desa ini adalah bagian dari kerajaan Galuh Pakuan, jadi sudah seharusnya aku membantu rakyatku yang kesusahan bukan malah menghukum mereka, maafkan aku yang terlalu emosional setelah melihat kondisi putriku," jawab Rakeyan Saunggala kemudian membebaskan para petani itu.
"Terima kasih sudah menegurku Dyah Lembu Tal," ucapnya menepuk bahu menantunya
"Kalau begitu bukan hanya dirimu yang akan membantu mereka membuat saluran air tapi aku juga akan turun tangan membantu mereka," Imbuh Saunggala
"Anda tidak perlu turun tangan yang Mulia, biarkan saya dan prajurit yang akan membantu Dimas Lembu Tal," timpal Adipati Sentanu
"Benar yang diucapkan Kang Mas Sentanu, lebih baik Romo beristirahat saja," Lembu Tal kemudian mengantar lelaki itu menuju tenda perkemahan.
Lelaki itu mengunjungi selirnya sejenak untuk memastikan kondisinya baik-baik saja.
"Kau sudah siuman Dinda?" tanyanya lirih
Aku hanya mengangguk pelan sembari menatapnya penuh takjub. Bagaimana tidak, lelaki itu begitu baik dan sangat peduli dengan sesamanya. Mungkin itulah yang membuat Gayatri Prameswari mau menikah dengannya meskipun ia hanya menjadi seorang selir.
Hal itu bisa aku rasakan manakala jantung ini selalu berdebar-debar ketika menatap mata coklatnya dan juga senyum manisnya yang membuat para wanita meleleh. Menurutku Dyah Lembu Tal hampir mirip dengan tokoh pewayangan Arjuna, dia tampan, memiliki tubuh atletis, penyayang dan sangat pemberani di Medan perang atau dikenal dengan Perwira Yudha.
"Aku baik-baik saja Kanda," jawabku singkat
Lelaki itu kemudian memeriksa luka di leherku dan mengusapnya lembut.
"Semoga lukamu cepat sembuh Dinda, maafkan Kanda yang sudah lalai menjagamu," ucapnya merasa bersalah
"Tidak apa-apa Kanda, luka ini tidak sebanding dengan penderitaan mereka kerena kurangnya perhatian dari Romo Prabu,"
Aku mengambil kotak perhiasan yang aku letakan dalam buntelan baju ganti ku dan memberikannya kepada Lembu Tal.
"Berikan perhiasan ini kepada mereka untuk membeli persediaan makanan,"
Lelaki itu tersenyum simpul dan langsung memelukku erat.
"Terima kasih Dinda, aku sangat bangga denganmu," ucapnya membuatku begitu senang mendengarnya.
"Kalau begitu Kanda harus pamit untuk membantu mereka membuat saluran irigasi," ucapnya mengusap kepalaku
"Iya hati-hati," jawabku sembari melambaikan tanganku padanya,
Tidak lama ia kembali lagi menamui ku dengan raut wajah khawatir.
"Kenapa balik lagi Kanda?" tanyaku penasaran
"Aku melupakan sesuatu Dinda," jawabnya membuatku semakin bingung
"Apa ada milikmu yang tertinggal di sini?" tanyaku mencoba mencari sesuatu di tendaku
"Bukan disana Dinda tapi di sini," ucapnya menunjuk kearah bibirku
"Aku lupa belum memberikan hadiah pada istriku yang sangat baik hati,"
Ia kemudian mencium lembut bibirku membuat tubuhku seperti tersengat listrik.