Kisah ini berasal dari tanah Bugis-Sulawesi yang mengisahkan tentang ilmu hitam Parakang.
Dimana para wanita hamil dan juga anak-anak banyak meninggal dengan cara yang mengenaskan. Setiap korbannya akan kehilangan organ tubuh, dan warga mulai resah dengan adanya teror tersebut.
Siapakah pelakunya?
Ikuti Kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petaka
"Hah!" Jhony kembali tersentak kaget saat mendengar suara desahan nafas yang yang berada jelas ditelinga kirinya.
Ia berdiri mematung, dan menatap dengan nafasnya yang memburu, ada rasa takut yang begitu sangat besar.
Sesaat ia menoleh dengan gerakan lambat, dan ketika ia menatap sosok dalam gelap.
Craaaaas
Craaaaas
Sebuah cakaran merobek dadanya, dan dua taring tajam tertancap dilehernya, lalu menyesap darahnya.
Tubuh Jhony bergetar dengan dua bola mata yang membeliak, ia tampak sangat kesakitan, dan untuk berteriak saja ia tak mampu sebab tangan kiri sosok makhluk yang tak terlihat dalam ruang gelap itu masuk menerobos kerongkongannya dan mengambil paksa organ tubuhnya, dan disambut oleh tangan kanannya yang sudah membuka lebar dada korbannya.
Tubuh Jhony bergetar, dan perlahan pistol ditangannya terjatuh ke lantai bersama ponselnya dengan senter yang masih menyala.
Sosok itu menyesap darahnya hingga kering dan habis. Lalu terdengar langkah dari arah kamar mandi, sepertinya seorang pria baru saja buang hajat dsn perutnya mulas, hingga ia terburu-buru dan tidak memberitahu.
Dengan senter ponsel ditangannya, ia menerangi ruangan dengan langkahnya yang tertatih menahan perih pada bagian wajahnya.
Saat tiba didepan pintu, tiba-tiba lampu hidup dan lampu bohlam menerangi semua ruangan.
Taaap
Sosok pria yang tak lain ada Beny berdiri mematung didepan pintu, dan tubuhnya mendadak gemetar saat melihat tubuh sang pimpinan terlihat berdiri dengan rongga dada yang berlubang dan organ intinya sudah kosong.
Mulutnya terbuka lebar, dan perlahan tubuh itu ambruk ke lantai.
Braaaaak
Beny merasakan detak jantungnya seolah berhenti berdetak, dan ia terdiam dalam kebingungan.
Sesaat suasana menjadi hening dan sunyi, hanya desahan nafas yang terdengar tersengal.
Sementara itu, mobil yang dikemudikan oleh Enre tiba didepan rumah. Pria itu turun dengan langkah yang tergesa-gesa.
Ia menarik handle pintu, tetapi tidak juga terbuka, dan saat bersamaan, ia melihat kelebatan bayangan dalam gelap yang menuju ke arah belakang rumah.
"Apa itu? Kenapa bau sekali?" gumamnya dengan lirih. Ia berjalan ke arah samping rumah, dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya yang tadi ia lihat.
Langkahnya tampak hati-hati. Ia tak ingin membuat sosok itu mengetahui jika ia sedang mengintai.
Kleeeeeek
Suara handle pintu dibuka. "Bang, kamu lagi ngapain?" tanya seorang wanita cantik yang sedang berdiri didepan teras dan bersedekap tangan didada.
"Hah!" Andi Enre tersentak kaget. Ia memegang dadanya dengan debaran yang bergemuruh. "Kamu ngagetin saja, Sayang," ucap Andi Enre dengan nafasnya yang tersengal.
Pria itu mendadak membatalkan niatnya untuk melihat apa yang tadi sudah membuatnya sangat penasaran.
Kecantikan Daeng Cening sudah membuat Andi Enre tak dapat menolak apapun.
Tatapan sang istri sudah membuat dunianya seakan luluh.
"Masuklah, Bang. Apakah kau tak ingin menghabiskan malam ini bersamaku?" ucapnya dengan nada yang terdengar menggoda.
Pria itu menganggukkan kepalanya, lalu berjalan menghampiri sang istri.
"Aku mengkhawatirkanmu, Sayang. Berulang kali abang menelepon mu, tetapi tidak juga diangkat." ucap Andi Enre menyampaikan semua keluh kesahnya.
Ia menghampiri sang istri yang menyambutnya dengan senyum penuh pesona.
"Maafkan Daeng, Sayang. Tadi ketiduran, dan sekali lagi maaf, sudah buat lakkai merasa khawatir." Daeng Cening merangkul pinggang sang suami.
Mendadak pria itu menjadi luluh seluluhnya.
"Iya, Sayang. Abang itu tidak bisa gak dengar kabar kamu sehari saja, rasanya dunia ini hampa tanpa kamu," ucap Andi Enre dengan gemas.
Keduanya memasuki rumah dan mengunci pintu dengan cepat. "Sayang, kamu ada mencium bau comberan apa tidak?" ucapnya dengan menggerakkan ujung hidungnya, mencari sumber bau yang ia endus begitu sangat dekat.
"Kamu abis darimana, Sayang? Kenapa bau sekali?" tanyanya dengan rasa penasaran.
"Masa, sih--Sayang? Tapi Daeng tidak ada mengendusnya," kilah Daeng Cening mencoba menutupi semuanya.
"Iya--kah? Kenapa abang mencium banunya ya?"
"Mungkin hidung abang yang bermasalah," Daeng Cening mengambil tas ransel milik suaminya yang sudah penuh dengan butiran emas, dan hari ini tampaknya penghasilan biji emas mereka semakin meningkat, dan hal ini membuat mereka akan semakin kaya.
Keduanya memasuki kamar, dan lagi-lagi Andi Enre mengendus aroma anyir darah saat memasuki kamar.
Akan tetapi, lagi-lagi ia tak dapat menampik apapun yang menjadi kecurigaannya.
Ia terlalu cinta pada sang wanita, sehingga semuanya tampak buta.
Sementara itu, Beny baru saja menghubungi satuannya untuk memberikan kabar mengejutkan tentang kematian sang pimpinan yang sangat tragis.
Pria itu terlihat sangat gelisah, berjalan mondar dan mandir dengan wajah yang pucat sembari menunggu datangnya bantuan.
Sesaat ia berhenti, menatap pada tubuh yang tak lagi bergerak dan hanya kedua matanya saja yang membeliak.
Baru saja mereka membahas tentang Parakang, dan sosok itu justru sudah menghabisi sang pimpinan.
Sedangkan dirumah seberang, Andi Enre sudah tertidur lelap, ia sangat begitu mengantuk, dan membuatnya tak dapat menahan rasa untuk segera tertidur.
Ditengah kegelisahan Beny, ia mendengar sesuatu dibalik kamar mandi. Ada sesuatu yang sedang mengorek comberan.
Mendadak tubuhnya gemetar, dan ia merasakan punggungnya menebal.
Rasa penasaran membuatnya melangkah untuk melihat apa yang terjadi disana. Ia mengambil pistolnya. Lalu menuju ke arah dapur, dan disana terdapat kamar mandi yang terhubung dengan comberan.
Saat tiba didapur, ia melihat bawang putih yang masih ada ditempat bumbu, dengan instingnya, ia mengambil bawang putih tersebut, lalu mengupasnya, dan membelahnya menjadi beberapa bagian, lalu membalurkannya ke seluruh tubuhnya.
Ia mengingat jika mitos mengatakan bahwa sosok Parakang takut dengan bawang putih.
Sesaat ia mengendus aroma comberan yang semakin menyengat dan bau menguar diudara melalui ventilasi.
Beny kembali bergerak, dan membuka pintu kamar mandi dengan perlahan.
Ia mendengar suara gemerisik dan kecimpung terdengar semakin intens.
Dengan rasa penasaran yang cukup besar, ia menaiki toilet yang mana saat itu menjadi pijakan bagi Ella untuk melihat sesuatu disana.
Meskipun ia baru saja mengalami peristiwa mengerikan, tetapi tidak menyurutkan rasa penasarannya.
Ia menggapai ventilasi, dan mencoba mengintai sesuatu disana melalui lubang udara, dan seketika ia dikejutkan oleh sosok mengerikan yang tadi menyerang ia dan juga Jhony.
"Hah!" ucapnya dengan rasa takut yang cukup dalam. "P-Parakang," ucapnya dengan lirih dan gemetar.
Sosok itu menatapnya dengan tajam, dan gigi taring yang mencuat dari sudut mulutnya.
Tubuhnya gemetar, dan ia bergegas untuk turun ke bawah.
Akan tetapi, ia terpeleset, dan terjungkal dilantai.
"Aaaaargh..."pekiknya dengan wajah kesakitan.
"Ia berusaha bangkit, dan tiba-tiba saja sosok itu sudah merayap diatas plafon dan menyeringai dengan dua nola mata merah menyala.
Dengan gerakan yang cukup cepat, sosok itu menerkamnya.