Karena cinta kah seseorang akan memasuki gerbang pernikahan? Ah, itu hanya sebuah dongeng yang indah untuk diriku yang telah memendam rasa cinta padamu. Ketulusan ku untuk menikahi mu telah engkau balas dengan sebuah pengkhianatan.
Aku yang telah lama mengenalmu, melindungi mu, menjagamu dengan ketulusanku harus menerima kenyataan pahit ini.
Kamu yang lama aku sayangi telah menjadikan ketulusanku untuk menutupi sebuah aib yang tak mampu aku terima. Dan mengapa aku baru tahu setelah kata SAH di hadapan penghulu.
"Sudah berapa bulan?"
"Tiga bulan."
Dada ini terasa dihantam beban yang sangat berat. Mengapa engkau begitu tega.
"Kakak, Kalau engkau berat menerimaku, baiklah aku akan pulang."
"Tunggulah sampai anak itu lahir."
"Terima kasih, Kak."
Namun mengapa dirimu harus pergi di saat aku telah memaafkan mu. Dan engkau meninggalkanku dengan seorang bayi mungil nan cantik, Ayudia Wardhana.
Apa yang mesti ku perbuat, aku bukan manusia sempurna....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Ulang Tahun ke 17
Selama ini Dia menghindari bicara melalui video call dengan Ayu. Maksud hati, ingin segera bangkit dari kenangan masa lalu, memang agak ekstrem, namanya juga usaha. Namun sayang, semakin dia ingin menghindar, semakin dalam pula kerinduan yang dirasakan.
Dika hanya mampu menghibur diriya dengan memandang wallpapernya yang berisikan potret Ayu yang dulu ia ambil ketika mereka berada di pantai. Sekarang sudah 7 tahun berlalu, Ayu akan memasuki usia 17 tahun. Bagaimana wajahnya ia tak lagi bisa mengira-ngira. Pasti putriku makin cantik, itu yang ia pikirkan.
“Hanif, hadiahnya sudah kamu siapkan, kan?” tanya Dika pada Hanif, asisten pribadi yang selalu mengirinya kemana-mana ia pergi.
“Sudah, Mr.” jawabnya singkat.
Mereka pun segera meluncur dimana pesta akan di adakan untuk putrinya. Di sebuah resort milik Steve yang berada di pinggir kota.
Saat turun dari mobilnya, ia sudah melihat keriuhan pesta yang diadakan ditengah danau. Dia pun segera menuju ke sana, semoga benar arah langkahnya. Dari jauh dia melihat Steve di tengah-tengah mereka. Berarti arah langkahnya sudah tak salah lagi. Dia pun mempercepat langkahnya ketika lagu happy birthday diperdengarkan.
Alangkah terkejutnya Dika, saat akan tiba di dalam acara. Dika melihat ada seorang laki-laki berjongkok di depan seorang gadis yang wajahnya sama persis dengan Lea. Untuk sesaat dirinya termangu. Dari bibirnya berbisik lirih, “Ayu, kamu kah itu.”
Ah, mengapa selama ini aku tak menyadari bahwa waktu telah lama berjalan. Dan alangkah merugi diriku jika masih terbelenggu pada masa lalu. Sehingga aku terlupa untuk memiliki cinta lagi.
Ada getar halus menyentuh hatinya yang lama membeku. Ayu, mengapa kamu persis seperti mamamu waktu seumuran denganmu saat ini. Apa itu salah jika aku jatuh cinta padamu?
Lea jangan salahkan diriku jika cinta dalam diri ini kini bangkit lagi. Salahkan pada hembusan angina dingin yang membawa diriku terbang ke sini, sehingga melihat bayanganmu nyata di hadapanku.
Namun sesaat kemudian ia pun tersadar.
Meskipun dalam hati kecilnya ada terselip rasa rindu dan cemburu, tapi langsung ditepisnya. Rasanya tak pantas ia jatuh cinta pada putri yang sejak kecil telah bersamanya.
Dika pun sejenak terpaku di pintu, untuk menyiapkan hatinya yang mulai bergolak dengan adanya lelaki yang berjongkok di hadapan putrinya.
Apa yang dirasakan Dika tak sama dengan keresahan yang kini melanda Ayu.
Ayu yang bersiap-siap akan memotong kue ulang tahun dibuat terpana dengan tindakan teman baiknya selama ini yang tiba-tiba berjongkok di hadapannya dengan sebuah cincin di kotak kecil yang berbentuk hati.
Dia tak siap dengan kejutan dari Yosep, teman baiknya selama ini. Bukankah mereka baru tujuh belas tahun, sudah pantaskah untuk jatuh cinta.
Keadaaan makin runyam, manakala teman-temannya sama-sama berteriak.
“Terima… terima.”
Tante Sofia dan Om Steve hanya tersenyum tipis, membiarkan mereka membully dirinya. Menyebalkan!
Ayu ingin menolak, tapi bagaiman? Dia khawatir Yosep tersinggung.
Sepintas ia melihat bayangan orang yang sesaat lalu ia sebut dalam doanya, tengah berjalan ke arahnya.
“Papa Dika… Benar kah itu papa Dika?” gumamnya dalam hati.
Ayu benar-benar yakin saat bayangan itu telah berdiri sejenak di tengah apitan tumbuhan merambat yang berbentuk unik, menatap dirinya dengan lembut.
“Papa,” serunya keras. Ia segera berlari menghampirinya, meninggalkan Yosep yang masih berjongkok di depan dekorasi yang sudah om dan tantenya siapkan. Dan dia tak peduli lagi dengan teriakan dari teman-temannya yang seolah-olah meminta dirinya menerima keinginan Yosep.
Semua mata tertuju padanya dan Dika. Semua tampak heran dengan tamu yang belum pernah mereka kenal. Seorang lelaki berkaos santai yang dipadu dengan blazer berwarna dongker dan celana hitam. Dengan lengan yang hanya tiga perempat. Dia terlihat amat tampan dan menarik. Hanya saja dia terlihat lebih dewasa. Dan ia datang dengan pengawalan.
Tak mungkin dia papanya. Dia lebih pantas untuk disebut sebagai pacarnya daripada papanya.
“Akhirnya Papa datang juga,” ucapnya sambil memeluk Dika dengan erat.
Dika pun mengecup kening Ayu sambil berbisik, “Selamat ulang tahun putriku yang cantik. Semoga sehat dan bahagia selalu.”
“Terima kasih Papa.” Ayu pun mengajak Dika ke meja tempat Om dan Tantenya. Mereka tengah menanti pemotongan kue ulang tahun. Termasuk juga yang sekarang tengah berdiri mematung menyaksikan Ayu berlari meninggalkan dirinya.
Apakah ini bertanda penolakan atau kah sekedar menunda keputusannya karena kedatangan lelaki yang dipanggilnya sebagai papa.
Yosep pun kembali berjongkok.
“Maukah kamu menjadi pacarku?” tanyanya tanpa malu, padahal di depan papa gadis pujaannya. Benar-benar nekat.
Semua teman-temannya kini tak ada yang berani bersuara. Mereka hanya senyum-senyum penuh arti, tentu dengan maksud yang sama. Memaksanya untuk menerima lamaran Yosep sebagai pacar.
Yang benar saja….
Jika meminta pertolongan pada Om dan tante Sofia sudah tidak memungkinkan karena mereka seolah bersekongkol dengan temannya, maka Ayu melirik pada pria yang kini berdiri di sampingnya.
Bagi Dika, inilah kesempatan untuk menunjukkan seberapa besar kuasa dirinya atas Ayu.
“Biarkan Ayu membagi kue ini dulu ya… kita sudah lapar, nih. Bukan begitu ladies and gentlemen,” kata Dika dengan tenang dan senyum mengembang.
Each….
Huuu….
Hmmm….
Gumaman kekecewaan menggema. Apa yang terjadi tak sesuai dengan ekspetasi mereka. Papa Ayu ternyata tak membolehkan semua terjadi. Ah, mengapa Papa Ayu kolot amat sih, pikir mereka.
Atau dia cemburu karena anak gadisnya sudah mulai lelaki lain? Entahlah. Mereka pun tak bisa mengubah apa yang menjadi keputusan Papanya Ayu.
Wah… wah. Anak muda zaman sekarang benar-benar membuat pusing kepala. Harus diberi pelajaran, nih.
“Hanif, mana hadiah untuk Ayu?”
Tanpa banyak kata Hanif menyerahkan beberapa paper bag pada Dika.
“Ini untuk putriku tersayang yang sedang berulang tahun yang ke tujuh belas.” Dika menyerahkan semuanya pada satu, menyisakan satu paper bag yang paling unik dari yang lainnya. Dia pun membukanya di hadapan teman-temannya. Bukan untuk sombong tapi ia ingin menunjukkan perhatian pada putri satu-satunya.
“Ini khusus untuk putri Papa.”
Dia pun mengeluarkan kotak hati dan membukanya. Tampak satu set perhiasan, kalung, gelang dan cincin dengan hiasan permata putih yang bersinar indah.
“Masyaallah, hadiah yang indah,” kata Ayu dengan spontan.
“Haruskah papa berjongkok di hadapanmu seperti pria tadi.”
“Tidak-tidak Papa. Itu tadi hanya main-main, Papa,” kata Ayu sambil tersipu malu. Dia terpergok sedang dalam drama lamaran untuk menjadi seorang pacar oleh teman-temannya. Untung ada papa Dika, sehingga dia bisa menghindar.
“Pakai… pakai… “ Teman-temannya kompak berteriak, membuat dahi Dika berkerut. Anak-anak ini ada-ada saja, pikirnya.
“Berbalik lah,” kata Dika menenangkan.
Ayu pun berbalik membelakanginya.
Dika pun menyibak rambut Ayu. Meski cahaya hanya remang-remang, namun ia dapat melihat kulit yang dulu selalu diusapnya kala banyak keringat yang membuat leher merah-merah.
Dia pun memasang kalung yang perhiasan permata putih. Demikian dengan anting-anting menggantikan anting-anting lamanya.
Dia pun menjeda sejenak....
mampir juga di karya aku ya🤭
cuman akan aku persingkat.
sayang kalau tak ku teruskan tulisan ini.
biar deh, walaupun tak lulus review.
yang penting selesai dulu.