Melati berubah pendiam saat dia menemukan struk pembelian susu ibu hamil dari saku jas Revan, suaminya.
Saat itu juga dunia Melati seolah berhenti berputar, hatinya hancur tak berbentuk. Akankah Melati sanggup bertahan? Atau mahligai rumah tangganya bersama Revan akan berakhir. Dan fakta apa yang di sembunyikan Revan?
Bagi teman-teman pembaca baru, kalau belum tahu awal kisah cinta Revan Melati bisa ke aplikasi sebelah seru, bikin candu dan bikin gagal move on..🙏🏻🙏🏻
IG : raina.syifa32
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raina Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Melati melangkah dari pintu ruang kerja suaminya dengan perlahan, napasnya masih tercekat setelah mendengar suara Revan yang begitu akrab dengan seorang perempuan di telepon. Jantungnya berdegup kencang, campuran antara marah dan kecewa membakar dadanya. Dengan tangan gemetar, ia meraih kotak kecil di bawah meja rias—chip GPS yang pernah ia beli diam-diam beberapa hari lalu, saat kecurigaannya mulai muncul.
Tanpa membuang waktu, Melati melangkah cepat ke garasi. Cahaya remang lampu menyelinap melalui jendela mobil, menyorot wajahnya yang kini memancarkan tekad membara. Ia membuka pintu mobil Revan dengan hati-hati, mencari tempat tersembunyi untuk memasang chip itu. Di bawah jok pengemudi, ia menyelipkan alat kecil itu dengan presisi, memastikan tak ada yang akan mengetahuinya.
Selesai memasang, Melati menyeka keringat di dahinya dan menarik napas dalam-dalam. Senyum tipis muncul di sudut bibirnya, penuh kemenangan sekaligus amarah yang terpendam.
"Dengan cara ini," bisiknya pelan, matanya menyipit penuh perhitungan, "aku bisa melacak keberadaanmu, Mas. Kamu pikir aku perempuan yang gampang kamu kibuli?"
Keheningan garasi malam itu menjadi saksi bisu tekad seorang istri yang tak lagi mau ditipu.
Melati berjingkat keluar dari garasi, setelah memastikan tak ada satupun yang tau dengan apa yang dilakukannya ia berjalan santai memasuki ruang tamu.
"Sayang kamu dari mana?" Tegur Revan di anak tangga paling bawah.
Melati terpekik kaget, sembari memegangi dadanya. "Ish mas Revan ngagetin aja, mas mau kemana?"
Revan tersenyum dan mendekap istrinya. "Tentu saja nyariin kamu sayang, tadi kamu nggak ada di kamar ya udah aku cari kamu. Memangnya darimana sih?"
Wajah Melati berkerut, matanya sesekali berkedip gugup. "Itu... anu, dari dapur. Aku tiba-tiba pengen masak mie instan, tapi malas nyalain kompor," suaranya terputus-putus, seperti menahan sesuatu.
Revan mendekat, tangannya lembut mengusap kepala hijab Melati, lalu menempelkan ciuman pelan di dahi istrinya. "Cup! Cup! Cup!" Ia tersenyum hangat.
"Mau aku bikinin?" tawarnya dengan suara penuh kasih. Melati terdiam, tatapannya melembut menatap wajah suaminya yang bersinar di bawah remang lampu ruang tamu. "Mau?" Revan bertanya lagi.
Dengan ragu, Melati mengangguk kecil. "Boleh deh, tapi yang enak ya?"
Revan mengangkat dua jempol, senyumnya mengembang penuh keyakinan. "Siyap, sayang. Buat istriku, apa sih yang enggak."
Revan menarik tangan Melati pelan menuju dapur. Tiba-tiba, tubuh Melati terasa ringan, seperti melayang. Dulu, hatinya selalu meleleh saat suaminya seperti itu, tapi kini ada rasa lain yang menyeruak—jijik yang sulit dijelaskan. Dalam benaknya berputar bayangan-bayangan buruk, merasa Revan melakukan hal yang sama pada wanita lain.
"Turunin aku, Mas! Aku nggak suka!" suara Melati mengejang, nada ketakutan merayap di balik pekiknya.
Revan menatap tajam, matanya mengernyit seakan mencoba menangkap apa yang tersembunyi. Meski samar, Melati masih bisa melihat sinar bingung yang menyala di sana.
"Kenapa, Sayang? Bukannya kamu dulu selalu suka? kamu selalu melingkarkan tanganmu di leherku, bahkan suka menggigit leherku sampai berdarah," katanya dengan suara rendah.
Melati menundukkan wajah, pandangannya mengalihkan ke sudut lain. Hatinya berontak. 'Dulu iya, Mas. Tapi sekarang tidak. Kamu sudah membagi cinta dan tubuhmu ke perempuan lain,' pikirnya diam-diam, rasa kecewa dan terluka menyelimutinya dalam hatinya.
Revan menurunkan tubuh Melati di atas kitchen set.
"Kamu tunggu disini ya?"
Melati hanya mengangguk pasrah dan memperhatikan suaminya yang mengambil panci kecil mengisinya dengan air, menyalakan kompor.
"Pake sawi sama telor nggak sayang?" Tawar Revan. Melati mengangguk. "Tambah bakso sekalian?"
"Boleh."
Dengan gerakan gesit seolah sudah terbiasa berkutat di dapur Revan mengiris sawi dan mengambil satu butir telur dan juga 4 butir bakso dari kulkas. Dulu saat masih kuliah diluar negeri Revan dituntut untuk mandiri, dari masak, cuci baju, bersih-bersih. Meski papa mamanya mampu memperkejakan asisten rumah tangga.
Setelah air dalam panci mendidih Revan memasukkan satu bungkus mie instan.
"Kamu nggak bikin sekalian mas?" Tanya Melati.
Revan menggeleng. "Enggak, aku makan sisa dari kamu aja, paling nggak habis," selorohnya.
Tak berapa lama kemudian aroma mie instan menguar menggoda lidah dan penciuman.
"Heeemmmm mie instan ala chef Revan... Silahkan ratuku."
Melati tersenyum pahit memdengar sanjungan dari suaminya, dulu Melati sangat bahagia dan menghadiahkan kecupan sayang tapi sekarang, menatap wajah suaminya Melati merasa mual dan ingin muntah.
"Dari dulu kamu paling pintar mempermainkan hatiku mas," batinnya.
Revan melihat wajah istrinya murung pun menatap sendu. "Kamu kenapa sayang, ayo dimakan, keburu dingin lho."
"I—iya." Jawab Melati gugup.
Revan menopangkan dagunya sambil memandangi istrinya.
"Sayang aku sangat mencintaimu, aku takut kehilanganmu," lirihnya.
Melati menghentikan kunyahannya dan menatap suaminya tajam. "Ya kalau kamu memang takut kehilanganku seharusnya kamu..."
Melati menghentikan ucapannya. "Nggak, aku nggak boleh ceroboh, aku harus menangkap basah pengkhianatan mas Revan," batinnya.
"Harusnya apa sayang?"
Melati menggeleng. "Enggak apa-apa, lupakan saja."
Revan tersenyum dan mengerling nakal, Melati yang sudah hafal gelagat suaminya mendelik. "Tau gitu aku bikin mie sendiri mas, aku tau kamu nggak pernah tulus sama aku, selalu minta imbalan!" Celetuknya.
"Tapi kamu suka kan?" Ledek Revan.
Melati mendengus dan meletakkan sendoknya dengan kasar.
"Lho kok nggak dihabisin sayang, mubazir lho."
Melati berdiri. "Nafsu makanku tiba-tiba hilang!"
Revan menarik tubuh istrinya hingga jatuh kepangkuannya. "Iya...iya gitu aja ngambek, mas nggak minta imbalan kok, mas suapi ya?"
Melati pasrah.
"Sayang kenapa sih akhir-akhir ini kamu sering banget ngambek, jangan-jangan kamu hamil lagi?" Ucap Revan sambil menyuapi istrinya.
"Mana bisa aku hamil lagi mas, nggak usah ngaco deh!" Seru Melati. "Mas habiskan deh aku udah kenyang."
***
Melati merapikan tempat tidur yang berantakan sambil menatap Revan yang sibuk mengikat dasinya.
"Sayang tolong pakein dong."
Melati mendekat dan merapikan dasi yang melilit leher Revan. Karena masih kesal dengan sikap suaminya akhir-akhir ini, Melati mengencangkan ikatannya.
"Sayang kamu mau mencekikku?"
Melati terdiam dalam hatinya ia terus mengumpat.
"Maaf...maaf."
Revan menghela napas pelan, suaranya bergetar pelan saat berkata, "Oh iya sayang, abis makan siang aku ke Bandung lagi ya, tapi malamnya mas udah balik kok."
Ia menatap Melati dengan hati-hati, seolah menimbang-nimbang kata demi kata. Melati terkejut, tubuhnya langsung menegang. "Mau ngapain lagi, Mas?!" suaranya mengepal, penuh rasa curiga yang lama terpendam.
Revan mengusap belakang lehernya, mencoba tersenyum, tapi bibirnya tetap kaku. "Ada kerjaan yang harus aku selesaikan. Kenapa, nggak boleh ya?"
Melati diam sesaat, matanya yang tajam berkilat, seolah menahan badai yang ingin ia lepaskan. Mungkin ini saatnya membongkar semua rahasia yang selama ini suaminya pendam.
Revan menatapnya dalam-dalam, suara seraknya pecah, "Sayang, boleh kan?"
Melati mengangguk pelan, senyum tipis terbit di bibirnya, tapi matanya berkilau dingin seperti pisau. "Boleh kok, boleh banget."
Revan membeku, tak menyangka jawabannya semudah itu. Ia merangkul tubuh Melati erat, berharap menemukan kehangatan yang selama ini ia rindukan. Tapi Melati hanya tersenyum, senyumnya berubah menjadi senyuman yang mengerikan.
revan pulsa jgn sembunyikan lg msalah ini terlalu besar urusannya jika km brbohong terus walau dg dalih g mau nyakitin melati ,justru ini mlh buat melati salah pham yg ahirnya bikin km rugi van