Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Kecanggungan yang terjadi
Hari semakin malam. Tamu sudah mulai sepi. Bima yang memperhatikan Naira sudah tak nyaman berdiri dari tadi pun akhirnya buka suara.
"Apa tidak sebaiknya kita naik ke kamar Nai?".
"Nggak masalah mas kalau Naira naik duluan".
"Seharusnya tidak sih, lihatlah tamu undangan sepertinya tinggal saudara dekat. Kamu naik aja dulu Mas masih jumpai Bunda dan Ayah dulu mau mastiin Ayah dan Bunda nginap atau nggak".
"Ya udah Mas Naira naik ya"
Naira pamit yang di angguki oleh Bima sebagai tanda setuju. Naira pun melangkah masuk kedalam rumah menuju kamar pengantin mereka. Bima bergegas menjumpai Doni, Ayah dan Bundanya.
"Ayah dan Bunda nginep gak?", Bima bertanya.
"Sepertinya kita nginep aja Bim, Besok aja kita pulang sekalian membawa Naira ke rumah".
"Baiklah Bun".
"Doni kamu pulang aja besok jemput kami kisaran jam sepuluh".
Bima memberikan instruksi kepada Doni.
"Baiklah kalau begitu saya pamit Yah, Bun".
"Ya kamu hati-hati dijalan Don", Ayah menyahuti.
Bima beranjak dari duduk, berjalan masuk kedalam rumah menuju kamar pengantin yang tadi sepintas Bima melihat Naira memasuki sebuah kamar.
Naira di kamar sudah berkali-kali menghela nafas untuk mengusir rasa gugup yang melanda. Dari tadi Naira merasa dilema apa iya akan memakai baju lingerie maroon pemberian Mbak Rasti yang katanya sebagian dari ibadah memanjakan pandangan suami agar bisa menjaga pandangannya diluar sana.
Naira masih memandangi baju piyama navy lengan panjang yang tergantung bersebelahan dengan lingerie maroon. Entah kenapa hati Naira lebih memilih piyama untuk ia pakai malam ini. Setelah berperang dengan hatinya akhirnya Naira menjatuhkan pilihan pada piyama navy dengan hijab senada. Ketukan pintu kamar mandi mengharuskan Naira untuk menyudahi urusan di kamar mandi.
"Naira kamu ada didalam ini Mas Bima?".
Bima mengetuk pintu kamar mandi memastikan Naira tidak ketiduran di dalam . Sudah 15 menit berlalu semenjak Bima memasuki kamar Bima tak mendapati keberadaan Naira.
" Ya Mas entar, ini Naira udah mau keluar".
Setelah menjawab dan menghela nafas panjang Naira membuka pintu kamar mandi. Naira berdiri didepan pintu kamar mandi karena langkanya terhalang oleh Bima yang masih berdiri disana. Bima melihat kearah Naira yang nampak segar setelah membersihkan riasan diwajahnya.
"Bahkan dengan muka tanpa polesan make up wajahnya tetap manis dan teduh".
Bima bermonolog dalam hati.
"Mas Naira mau lewat, Mas minggir dikit boleh?".
Namun yang dipanggil masih terbengong.
"Mas...Mas!!!! Mas!!!
Bima berdehem untuk mengurangi rasa gugup dan canggung yang tiba-tiba terjadi karena malu ketahuan bengong.
"Hmm, ya kenapa Naira?"
"Mas mau ke kamar mandi silahkan tapi bisa minggir dikit biar Naira bisa lewat.
"Oh iya ya".
Bima menggeser badan sedikit agar Naira bisa keluar dari kamar mandi. Naira menghela napas panjang untuk mengurangi rasa gugup yang mendera.
Bima keluar dari kamar mandi sudah menggunakan piyama warna coklat.
"Sebaiknya kamu tidur di ranjang mas gak apa-apa tidur di sofa"
" gitu ya Mas?"
"Ya Nai, besok kita kisaran jam 10 pamit pulang kamu nggak keberatan?"
"Tapi mas kita mampir dulu ke kosan ya karena pakaian dan perlengkapan kerja Naira masih disana".
" Gak masalah, pakaian dan perlengkapannya sudah kamu tempati di koper?"
"Sudah mas, ada tiga kotak dan dua koper".
"Baiklah kita istirahat aja dulu".
" Ya mas".
Perlahan Naira memiringkan tubuhnya agar kakinya tidak mengenai Bima. Naira memandangi sekeliling kamarnya yang banyak dipenuhi mawar merah. Bahkan di tempat tidur yang terdapat bunga mawar merah yang disusun menyerupai angsa.
Naira melihat semua hanya dengan helaan nafas. Namun tiba-tiba Naira melihat kearah Bima.Terdengar hembusan nafasnya yang teratur menandakan bahwa ia telah memasuki alam mimpi. Perasaan Naira jadi campur aduk. Apa iya secanggung itu sampai harus tidur di sofa.