Di sebuah kampung yang sejuk dan dingin terdapat pemandangan yang indah, ada danau dan kebun teh yang menyejukkan mata jika kita memandangnya. Menikmati pemandangan ini akan membuat diri tenang dan bisa menghilangkan stres, ada angin sepoi dan suasana yang dingin. Disini bukan saja bercerita tentang pemandangan sebuah kampung, tapi menceritakan tentang kisah seorang gadis yang ingin mencapai cita-citanya.
Hai namaku Senja, aku anak bungsu, aku punya satu saudara laki-laki. Orangtuaku hanya petani kecil dan kerja serabutan. Rumahku hanya kayu sederhana. Aku pengen jadi orang sukses agar bisa bantu keluargaku, terutama orangtuaku. Tapi kendalaku adalah keuangan keluarga yang tak mencukupi.
Apakah aku bisa mewujudkan mimpiku?
yok baca ceritanya😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia weni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
"Ujian kedua selesai.
"Senja, Novi, Mega, dan Susan pergi ke kantin untuk sarapan.
"Kalian pasti pagi tadi belum sarapan, ya?" tanya Susan pada teman-temannya.
"Kalau aku memang tidak biasa sarapan pagi, San," jawab Senja.
"Sama, aku juga tidak terbiasa makan pagi," balas Novi.
"Kalau aku harus sarapan pagi," jawab Mega. "Kalau tidak sarapan pagi, ibuku tidak akan mengizinkan aku pergi sekolah. Karena jarak antara rumah dan sekolah lumayan jauh. Jadi, ya, harus sarapan pagi dulu. Kadang kalau tak sempat sarapan pagi, ibuku buatkan bekal dua, satu untuk sarapan dan satu lagi untuk makan siang, hehe," balas Mega.
"Wah, pantasan ya, kamu bawa ransel makanan terus," balas Susan.
"Hehe, iya," jawab Mega.
"Nah, kalau kamu, San, bagaimana?" tanya Novi.
"Hehe, kalau aku kadang sarapan, kadang nggak. Kalau ada sarapan kesukaanku, pasti aku tidak nolak, hehe," balas Susan.
"Hmmm, sudah ku tebak," jawab Novi.
Mereka semua tertawa bersama.
"Ya sudah, ayuk, kita pesan makanan," ajak Senja.
"Iya, sama saja kita pesan menu makanannya, agar tidak ribet ibu kantinnya, dan lebih cepat dihidangkan, hehe," balas Susan.
"Ya udah, kalau gitu kita pesan nasi goreng saja, bagaimana?" tanya Novi.
"Ide bagus juga," jawab Mega.
Mereka semua memesan nasi goreng dan menikmati makan tersebut.
15 menit kemudian, mereka selesai makan.
"Alhamdulillah sudah kenyang," ucap Susan.
"Ya, alhamdulillah," ucap mereka bersama.
"Aku pergi dulu, ya, teman-teman. Soalnya aku ada urusan keluarga di rumah," ucap Susan.
"Urusan apa, San? Apa jangan-jangan kamu mau nikah, ya, siap ujian besok?" tanya Novi introspektif Susan.
"Ih, kamu ini, Nov, suka suudzon mulu sama aku," jawab Susan sebal.
"Aku pulang Cepat karena kami sekeluarga mau ke rumah sakit X, mau lihat sepupu yang sakit," jelas Susan.
"Oh, gitu, hehe. Maaf, San," ucap Novi.
"Berikut adalah teks yang telah diperbaiki dengan KBBI dan layout yang benar:
"Ya udah, aku pergi dulu, ya, teman-teman. By by, sampai jumpa besok," ucap Susan melambaikan tangannya dan berjalan duluan.
"Kalau gitu, ayok kita langsung pulang saja," ucap Mega.
"Iya, ayuk, gas kita pulang lagi," balas Novi.
Di perjalanan pulang.
"Sen, Nov, aku duluan ya. Itu sudah ada ojeknya. By by, teman-teman. Assalamualaikum," ucap Mega dan langsung pergi.
"Ya, ga, hati-hati. Waalaikumussalam," balas Senja.
"Kamu mau pulang juga lagi, Nov?" tanya Senja.
"Haha, terus mau kemana lagi? Emang ini kita udah mau jalan ke rumah kita, kok," balas Novi.
"Hehe, iya ya. Kirain kita tidak satu arah," canda Senja.
10 menit kemudian...
"Sen, kamu mampir di rumahku dulu, yuk. Kita cerita-cerita," ajak Novi.
"Kalau di rumah aku aja, bagaimana, Nov?" hehe, balas Senja.
"Bagus juga, Sen. Tapi aku ganti baju dulu, ya. Kamu tungguin aku, jadi kita sama-sama ke rumahmu," kata Novi.
"Ok, siap," balas Senja.
Di rumah Senja.
"Assalamualaikum, Bu," ucap Senja dan Novi.
"Waalaikumussalam," balas Ibu. "Eh, ada Novi juga," ucap Ibu.
"Hehe, ya, Bu. Boleh kan Novi kesini main sama Senja?" tanya Novi yang sudah tahu jawabannya.
"Kalau tidak boleh, bagaimana?" balas Ibu.
"Ya udah, kalau gitu Novi langsung pulang saja, Bu," ucap Novi pura-pura sedih.
"Haha, banyak gaya bangat kamu, Nov. Ayuk, masuk," balas Senja.
"Hehe, sudah dipaksa Senja, Bu. Jadi Novi tidak jadi pulang, canda Novi."
"Haha, Ibu sudah tahu itu yang akan kamu jawab, dari dulu tidak ada jawaban yang lain," jawab Ibu.
"Hehe, tidak boleh banyak jawaban, Bu, pada orang tua, nanti takut dosa," balas Novi sambil cengingisan.
"Ya udah, langsung saja masuk. Ibu mau masak dulu," balas Ibu.
"Lebihkan, tolong ya, Bu, satu porsi untuk Novi, hehe, canda Novi."
Ibu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah teman Senja.
Di kamar Senja.
"Kayaknya enak nih tidur dulu," ucap Novi yang rebahan di kasur Senja.
"Ya udah, kalau kamu ngantuk, tidur saja. Aku mau ganti baju dulu," balas Senja.
"Ok, siap. Tapi nanti bangunin aku, ya."
"Iya, nanti aku bangunin kalau sudah sholat Isya," balas Senja asal-asalan.
"Wah, masa Isya, udah malam dong. Terus aku nggak jadi makan siang. Kalau aku kurus, bagaimana, na?" tanya Novi.
"Ya, tidak apa-apa. Palingan kurang setengah kilo," balas Senja.
"Jangan sampai kurang, dong. Nanti aku tidak jadi bohai lagi, hehe," balas Novi.
Senja selesai ganti baju dan melihat Novi ternyata sudah terlelap.
"Ih, ni anak, barusan ngomong sudah langsung tertidur saja. Asal ketemu bantal, lewat deh," gumam Senja.
Senja keluar kamar dan menuju dapur ambil minum.
"Bu," ucap Senja.
"Astagfirullah, Senja. Kamu buat Ibu kaget saja," jawab Ibu elus dada.
"Hehe, Senja tidak bermaksud buat Ibu kaget, cuman mau nyapa saja," balas Senja tanpa merasa bersalah.
"Besok jangan kayak gitu lagi, buat Ibu kaget saja. Nanti kalau Ibu jantungan, bagaimana? Kalau Ibu dirawat, bagaimana?" omelan Ibu.
"Astagfirullah, jangan sampai, Bu. Hehe, maaf," ucap Senja.
"Hmm, ya, Ibu maafkan. Lalu kamu mau ngapain ke dapur?"
"Mau minum, Bu. Haus," jawab Senja.
"Ya udah, ini ada teh es tadi Ibu beli batu es ke warung. Karena sekarang agak panas cuacanya, jadi Ayah minta teh es minumannya," kata Ibu.
"Wah, enak nih, menghilangkan dahaga Yang kepanasan, hehe, canda Senja."
"Iya, sekalian kasih Novi air teh esnya. Minum ini hanya boleh sekali-sekali, tidak boleh sering. Tidak sehat," jawab Ibu.
"Novi sudah berlayar, Bu, di pulau kesejukan," hehe, balas Senja.
"Haa, berlayar kemana? Maksud kamu Novi sudah pulang, kok nggak minta izin sama Ibu dulu, ya?" ucap Ibu.
"Ya Allah, Ibuku sayang. Novi sudah terlelap, dia. Alias ketiduran, capek mungkin. Ibu kayak nggak tahu saja, Novi. Kalau dia ketemu bantal kepalanya, lewat deh," balas Senja.
"Oh, sudah ketiduran, ya. Kamu ngomongnya itu jelas-jelas saja, jangan banyak kosa kata yang tidak Ibu paham," omelan Ibu.
"Hehe, iya, ya. Ya udah, nanti aku kasih Novi saat dia bangun saja. Aku ke kamar dulu, Bu," kata Senja.
"Iya," jawab Ibu.