NovelToon NovelToon
Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Time Travel / Cinta Terlarang
Popularitas:671
Nilai: 5
Nama Author: Thalireya_virelune

Aku, Ghea Ardella, hanyalah seorang gadis pecinta sastra,menulis mimpi di antara bait-bait senja,
terobsesi pada harapan yang kupanggil dream,dan pada seorang pria yang kusebut my last love.

Dia, pria asal Lampung yang tak pernah kusentuh secara nyata,hanya hadir lewat layar,namun di hatiku dia hidup seperti nyata.

Aku tak tahu,apakah cinta ini bersambut,
atau hanya berlabuh pada pelabuhan kosong.

Mungkin di sana,ia sudah menggenggam tangan wanita lain,sementara aku di sini, masih menunggu,seperti puisi yang kehilangan pembacanya.

Tapi bagiku
dia tetaplah cinta terakhir,
meski mungkin hanya akan abadi
di antara kata, kiasan,
dan sunyi yang kupeluk sendiri.


Terkadang aku bertanya pada semesta, apakah dia benar takdirku?atau hanya persinggahan yang diciptakan untuk menguji hatiku?

Ada kalanya aku merasa dia adalah jawaban,
namun di sisi lain,ada bisikan yang membuatku ragu.
is he really mine, or just a beautiful illusion?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thalireya_virelune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

cinta yang terkunci

Aku terisak di sudut kamar, bantal sudah basah oleh air mata yang tak kunjung reda. Aku merasa seperti orang paling bodoh di dunia. Bagaimana bisa aku masih percaya, masih memberikan hati, bahkan tubuhku, untuk seseorang yang berkali-kali menyakitiku?

“Kenapa aku segininya, ya Tuhan…?” bisikku lirih, suara serak bercampur sesal.

Aku menutup wajahku dengan kedua tangan, seakan ingin menghapus semua memori tentang Reza, tapi semakin aku mencoba melupakan, bayangannya justru semakin kuat menancap di benakku.

Aku menatap langit-langit kamar , pikiran ku berputar-putar tanpa henti.

“Apakah ini balasan, Tuhan? Azab atas dosa-dosaku? Atas aurat yang kutunjukkan sembarangan, atas kehormatanku yang pernah kuberikan pada orang yang bahkan bukan mahramku?”

Hati kecilku bergemuruh. Rasa bersalah itu menusuk lebih tajam daripada rindu.

Mungkin ini memang harga yang harus kubayar. Harga dari kelalaianku dalam menjaga diri, harga dari kebodohanku mencintai seseorang lebih besar daripada aku mencintai diriku sendiri.

Tapi entah kenapa baru kali ini aku benar-benar jatuh cinta kepada manusia. Hanya kepada dia Alfareza.

Cintaku padanya bukan hanya sekadar fatamorgana,melainkan cinta yang tak terbantahkan.

Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri,

“Apakah cinta memang harus sesakit ini? Atau aku saja yang bodoh mencintai manusia seutuh-utuhnya tanpa sisa?”

Tapi bagaimana pun, aku tidak bisa berhenti.

Cintaku hanya milik satu nama Alfareza.

Matahari pagi ini sangat indah,dengan sinarnya yang hangat. Semua orang bilang sinar mentari itu tanda kehidupan, tanda harapan. Tapi entah kenapa, bagiku hangatnya terasa hampa. Seakan-akan sinar itu menembus tubuhku tanpa pernah benar-benar menyentuh jiwaku.

Langit begitu terang, tapi di dalam hatiku gelap. Burung-burung berkicau riang, namun telingaku hanya mendengar gema sepi. Aku tersenyum, tapi senyumku rapuh seperti kaca yang sewaktu-waktu bisa retak.

“Matahari, kenapa kau begitu kejam?” bisikku lirih. “Kau bersinar terang, tapi membiarkanku terjebak dalam gelap. Kau memberi hangat, tapi meninggalkanku dalam dingin.”

Aku duduk termenung, menatap sinarnya yang menyilaukan. Aku iri pada dunia yang bisa merayakan pagi, sementara aku hanya bisa meratapi cinta yang tak pernah di hargai.

"Aku, Ghea. Seorang gadis yang dibuang Alfareza tanpa sedikit pun belas kasih. Namun anehnya, semakin ia menjauh, semakin aku terikat padanya. Kenapa hatiku sekeras ini? Kenapa aku begitu cinta padanya, padahal jelas-jelas aku hanya dianggap bayangan yang tak berarti?"ucapku dalam keheningan.

Saat aku masih tenggelam dalam pikiranku sendiri, tiba-tiba pintu kamarku terbuka.

adik ku masuk dengan wajah polosnya.

“Kakaa…” panggilnya pelan, seolah takut mengganggu lamunanku.

Aku menoleh, cepat-cepat menghapus sisa air mata di pipiku.

“Ada apa, Bel?” tanyaku, berusaha terdengar biasa saja.

Bella menghampiriku, lalu tanpa banyak bicara ia langsung memelukku erat.

“Kakak yuk main sama Bella"

Aku terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis.

“Ayo…” jawabku pelan sambil mengusap kepala Bella.

Wajahnya langsung berbinar bahagia, lalu ia menarik tanganku dengan semangat.

Kami pun berjalan ke teras rumah, udara pagi menyambut ku dengan begitu hangat,Bella duduk di lantai teras, menaruh mainan boneka kecilnya, lalu menepuk tempat di sampingnya.

“Sini, Kak, main sama Bella. Jangan murung terus,” ujarnya polos.

Aku duduk di sampingnya. Senyumku muncul walau sedikit, melihat tingkah Bella yang selalu bisa bikin hati yang hancur ini terasa lebih ringan.

“Kakak, Kakak disakitin pacar Kakak ya?” tanya Bella polos sambil memainkan bonekanya.

Aku menghela napas, menatap mata kecilnya yang penuh rasa ingin tahu.

“Bukan pacar Kakak, Bel. Kakak gak punya pacar,” jawabku lirih, mencoba tersenyum meski hati terasa perih.

Bella memiringkan kepalanya, seakan bingung. “Terus kenapa Kakak suka sedih? Kakak bohong ya?” tanyanya lagi dengan polos.

Aku mengusap rambutnya lembut. “Kakak gak bohong, Bel. Kadang orang bisa sedih bukan karena pacar, tapi karena hatinya capek.”

Bella terdiam sebentar, lalu dengan cepat memelukku. “Yaudah, kalau hatinya capek, peluk Bella aja biar kuat lagi.”

Aku tersenyum tipis. “Kakak beruntung punya Bella.”

“Jangan nangis lagi ya, Kak. Soalnya kalau Kakak nangis, nanti boneka Bella juga ikutan nangis,” ujarnya sambil menunjuk boneka beruang kecil di tangannya.

Aku terkekeh kecil. “Masa sih boneka bisa nangis?”

“Iya! Tadi aku bisikin dia, katanya dia sedih lihat Kakak sedih. Jadi Kakak harus senyum biar bonekanya senyum juga.”

Aku tak kuasa menahan tawa kecil. “Kamu ini ada-ada aja, Bel.”

Bella ikut tertawa, lalu menggelitik lenganku. “Tuh kan! Kakak bisa ketawa juga. Bella berhasil bikin Kakak bahagia lagi!”

Aku mengusap kepala Bella pelan, senyumku tipis meski hatiku masih penuh luka.

“Iya Bel, doain ya semoga Kakak bahagia.”kataku pada Bella.

Bella menatapku dengan wajah serius yang jarang sekali kulihat.

“Bella yakin, kok. Tuhan pasti baik sama Kakak. Kakak jangan takut, nanti Bella selalu ada buat Kakak.”

Hatiku terenyuh, air mata hampir jatuh lagi.

“Terima kasih, Bel. Kamu hadiah terindah buat Kakak.”

Bella tersenyum manis, lalu menggenggam tanganku erat.

“Kalau gitu jangan sedih lagi, ayo kita main biar Kakak lupa semua yang bikin sakit hati.”

Aku pun tersenyum tipis, perlahan melepas kepedihan di hati, dan bermain bersama Bella di teras rumah. Suara tawa kecilnya yang riang membuat dadaku sedikit ringan, seakan beban hati yang berat mulai terangkat perlahan.

Kami bermain kejar-kejaran, sesekali aku pura-pura kalah dan Bella tertawa girang.

Tibak-tibak, langkah kaki terdengar di belakangku, dan mama muncul dari dalam rumah.

“Ghea, yuk bantu mama sebentar, rumah harus rapi” katanya sambil tersenyum lembut.

Aku menoleh, sedikit terkejut, tapi aku mengangguk pelan. “Iya, mama,” jawabku.

Mama menepuk bahuku, “Ayo, kita sama-sama, biar cepat beres. Nanti kamu bisa main lagi sama Bella.”

Aku tersenyum kecil, walau hati masih berat memikirkan Reza. Namun, ada rasa hangat tersisa dari tatapan dan kehadiran mama, membuatku sedikit lega. Aku pun beranjak, mulai membersihkan rumah sambil sesekali melihat Bella yang ikut membantu, membuat suasana pagi itu terasa ringan dan hangat.

Aku pun membersihkan dapur, tapi pikiranku melayang entah kemana. Hatiku tidak tenang; bayangan Reza bersama wanita lain terus menghantui benakku.

tapi apa boleh buat?,aku hanyalah sosok yang ia kenal secara virtual,mungkin hubungan kami di matanya sama sekali tidak berharga,hanya sekadar nomor di ponsel, tak lebih.

Meski begitu, aku tetap melanjutkan pekerjaanku, berusaha menenangkan diri, walau hati terasa sesak dan luka itu tetap ada, tersembunyi di balik senyum dan gerakan tanganku.

Aku pun berhenti sejenak dari pekerjaan, mengelap meja sambil menatap jendela.

“Andai saja aku terlahir di Lampung,” gumamku dalam hati. Di sanalah Reza berada, di dekatku, bukan di dunia maya atau sekadar layar ponsel.

Andai takdir memberiku kesempatan itu, mungkin aku tak akan merasakan sakit yang kini membakar dadaku. Tapi kenyataan berkata lain, aku terlahir jauh darinya, di sini, di dunia yang terasa hampa. Hatiku berkonflik; cinta dan benci, rindu dan sakit, bercampur menjadi satu.

“Mengapa aku begitu mencintainya, padahal dia bisa menyakitiku begitu?”batinku pada diriku sendiri.

Hatiku tercekat sendiri, “Kenapa Reza ngeblok nomorku? Bukankah aku sudah berkorban untuknya?” gumamku pelan, tapi suaraku tenggelam oleh hampa yang menyesakkan dada.

Pertanyaan demi pertanyaan berputar di kepalaku ,namun sama sekali tak ada jawaban yang datang.

“Apakah dia punya cewek lain?” pikirku, dan rasa cemburu itu tiba-tiba membakar setiap sudut hatiku.

Semua pengorbananku, semua air mata yang kuteteskan, seakan sia-sia. Aku ingin menangis, ingin berteriak, tapi bibirku diam. Hanya rasa sakit dan kebingungan yang memenuhi ruang hatiku.

“Tapi aku yakin Reza gak cinta sama aku,” gumamku lirih, menatap langit-langit kamar seolah mencari jawaban. “Kalau dia cinta, gak mungkin dia ngeblok aku tanpa sebab”

Rasa sakit itu menusuk, tapi aku juga tak bisa memungkiri kenyataan. Semua pengorbananku, semua usaha untuk dekat dengannya, seakan terhapus begitu saja oleh satu tindakan sederhana tapi menyakitkan itu.

1
Maira_ThePuppetWolf
Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭
Luna de queso🌙🧀
keren banget thor, aku suka karakter tokohnya!
PsychoJuno
Lanjutkan kisahnya segera ya, thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!