NovelToon NovelToon
Something About You

Something About You

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:375
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ela Safitri

Setelah kematian ayahnya, Renjana Seana terombang-ambing dalam kehidupan tak terarah, gadis yang baru menginjak umur 20 an tahun dihadapkan dengan kehidupan dunia yang sesungguhnya disaat ayahnya tidak meninggalkan pesan apapun. Dalam keputusasaan, Renjana memutuskan mengakhiri hidupnya dengan terjun ke derasnya air sungai. Namun takdir berkata lain saat Arjuna Mahatma menyelamatkannya dan berakhir di daratan tahun 1981. Petualangan panjang membawa Renjana dan Arjuna menemukan semua rahasia yang tersimpan di masa lalu, rahasia yang membuat mereka menyadari banyak hal mengenai kehidupan dan bagaimana menghargai setiap nyawa yang diijinkan menghirup udara.
by winter4ngel

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ela Safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal pertemanan

Salah satu aset di masa lampau atau masa dimana bangunan tidak banyak berdiri karena keserakahan manusia, hutan dan ladang menyimpan banyak makanan, kerumunan pohon dan semak-semak masih tersisa, hewan-hewan liar masih hidup dengan nyaman di dalamnya. Hutan itu adalah salah satu wilayah di antara dua desa, desa tempat tinggal Sadewa dan desa tempat tinggal Sendu. Pohon besar yang melindungi tiga manusia duduk di bawahnya, tidak banyak yang bisa melihat bahwa disana ada orang mengingat tingginya semak-semak di pinggir jalan yang menghalangi, hanya saja berbeda dengan orang yang memang memiliki mata tajam dan niat seperti Renjana, seakan keberadaan Sadewa bukan hanya akibat dari matanya yang jernih, tapi juga hati dan pikirannya menyuruh gadis itu untuk berhenti.

“Saya Arjuna, dan dia Renjana.” Arjuna memperkenalkan diri pada Sadewa, sejujurnya Arjuna cukup kagum dengan sifat Sadewa yang tenang dalam kondisi apapun, sangat berbeda dengan Renjana yang tidak bisa berpikir panjang dan selalu gegabah dalam mengambil keputusan.

“Sadewa.”

“Kenapa anda melakukan ini semua?.” Pertanyaan Renjana membuat pandangan Sadewa tertuju pada gadis itu, Sadewa tersenyum kecut dengan pikiran di kepalanya sendiri.

“Ada beberapa hal yang tidak berjalan sesuai dengan keinginan. Ketimbang bertahan dari kenyataan itu, lebih baik mengakhirinya.” Jawaban Sadewa membuat Renjana terdiam, itu adalah alasan yang membuatnya berakhir disini, alasan yang membuatnya tidak bisa bertahan lebih lama di dunia dan memutuskan mengakhiri hidup.

Arjuna melihat kearah Renjana seakan pria itu juga melihat alasan Sadewa berada pada Renjana, putrinya. Jika Sadewa tahu bahwa putri bungsunya melakukan hal yang sama saat dia meninggal, apakah Sadewa akan sangat terpukul. Arjuna hanya tidak bisa membayangkan hal itu, karena dia pun akan sangat terpukul melihat orang yang di sayang pergi.

“Anda hanya perlu berusaha lebih keras, tidak ada yang pernah tahu bagaimana takdir manusia. Siapa tahu di masa depan anda hidup dengan bahagia, memiliki anak yang cantik-.” Arjuna menghentikan ucapannya saat pandangan Sadewa dan Renjana tertuju padanya. “Maksud saya, emm itu bagaimana kalau kita keluar dari hutan ini? banyak nyamuk.” Arjuna berdiri membersihkan pantatnya yang kotor karena duduk di rumput, pria itu mengulurkan tangannya pada Renjana untuk membantunya bangun.

Mereka bertiga keluar dari hutan menuju ke jalanan utama, Renjana mengajak Sadewa dan Arjuna menuju ke salah satu warung yang ada di dekat sana, sudah masuk ke desa tempat tinggal Sadewa. Satu-satunya warung terdekat yang lumayan ramai pengunjung, biasanya yang datang kesana pria paruh baya menghabiskan untuk mengobrol atau bermain judi dan sejenisnya.

Kedatangan Sadewa bersama dengan Renjana dan Arjuna menarik perhatian semua orang, pasalnya semua orang mengenal Sadewa, hanya saja tidak mengenal Renjana dan Arjuna yang berpenampilan seperti orang ibu kota.

“Kalian datang dari kota?.” Pertanyaan Sadewa menarik perhatian Renjana dan Arjuna.

“Iya, kami sedang liburan di desa ini. tinggal di rumah pak Djoko dan bu Mirah.”

“Yang rumahnya dekat pertigaan?.”

“Iya benar.”

“Kalian teman anaknya?.”

“Iya.” Jawab Renjana yang membuat Arjuna menoleh, kebiasaan Renjana kalau bicara tidak bisa memikirkan konsekuensinya.

Arjuna hanya tersenyum karena Sadewa mempercayai ucapan Renjana dan membuat mereka dalam posisi yang cukup aman kali ini.

Salah satu tempat duduk kosong menjadi tempat duduk mereka bertiga, walaupun nilai tukar mata uang di masa ini masih rendah, berbeda dengan harga jual beli di ibu kota terutama untuk makanan.

Semua makanan dan minuman pada masa ini dijual dengan sangat murah, sebenarnya inflasi pertama di Indonesia pada tahun 1965, pada masa itu presiden yang menjabat masih Ir. Soekarno. Beliau menerapkan beberapa kebijakan untuk menghadapi masalah tersebut, salah satunya Redenominasi atau menurunkan nilai mata uang dan mengeluarkan uang baru dari Rp. 1000 menjadi Rp. 1. Lalu dilanjutkan dengan kepemimpinan Presiden Soeharto yang tentunya mengalami pasang surut perekonomian, dalam program-programnya pada tahun 1970 mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi hingga tembus 10,92%. Pada tahun 1981 pun perekonomian masih sangat stabil sehingga nilai tukar rupiahnya belum naik pesat.

Berbeda dengan uang kertas dan uang koin di masa depan, di tahun 1980 an mata uang sangat tidak konsisten dan sering mengalami perubahan, terutama pada gambar, untuk nilainya sendiri masih sangat rendah, bahkan uang paling besar adalah 10.000 rupiah. Kalau ingat dengan mata uang 75.000 yang dikeluarkan saat ulang tahun kemerdekaan ke-75. Pada ulang tahun kemerdekaan ke-25, Bank Indonesia juga mengeluarkan Uang Rupiah Khusus atau disingkat dengan URK 25, salah satunya yaitu mata uang koin 10.000 berwarna emas. Biasanya uang-uang seperti ini hanya dikeluarkan beberapa saja, limited edition. Tapi bukan berarti tidak laku di pasaran, mungkin beberapa orang ragu menerimanya, terutama untuk orang yang tinggal jauh dari kota yang mendapatkan update perkembangan zaman lebih lama.

Tiga porsi makanan sekaligus minuman, Arjuna mendapatkan kembalian 3500 rupiah dari uang 5000 an nya. Daerah ini mungkin tidak sama dengan daerah ibu kota, apalagi tempatnya yang lumayan jauh akses kendaraan umum seperti kereta dan sejenisnya sehingga makanan dan minuman masih dijual dengan harga relatif murah, satu porsi makanan hanya menghabiskan 200 rupiah.

Arjuna kembali duduk di kursinya, berada di tengah-tengah antara Sadewa dan Renjana. Beberapa kali Renjana mencuri pandang ke arah Arjuna, wajar jika gadis itu melakukannya karena Sadewa adalah ayahnya di masa depan. Tapi sekarang mana boleh seperti itu, apalagi mereka seumuran semua, yang ada akan salah paham jika dilihat seperti itu.

“Jangan kayak cewek mesum.” Bisik Arjuna pada Renjana.

“Apaan sih.” Renjana memukul lengan Arjuna kesal, bukannya kesakitan malah Arjuna tertawa.

Renjana mencondongkan tubuhnya kedepan, kemudian melihat ke arah Sadewa yang ada di sebelah Arjuna. “Kenapa anda melakukannya?.” Pertanyaan Renjana membuat Sadewa melihatnya, Renjana kurang puas dengan jawaban Sadewa sebelumnya.

“Saya?.” Sadewa menunjuk dirinya sendiri dan mendapat anggukan Renjana, “Mas Surya meninggal karena saya, dia kakak yang sangat baik. Dia pergi bersama saya karena mengantarkan saya yang suka berkelana, kebetulan mas Surya juga ingin mendapatkan uang untuk persiapan pernikahannya dengan wanita yang dijodohkan dengannya. Tapi saya tahu bahwa mas Surya juga menyukainya.”

“Tapi itu bukan salah anda jika dia gugur di tengah jalan, kenapa anda menyalahkan diri anda sendiri.”

“Saya tau, saya selalu meyakinkan diri mengatakan seperti itu pada diri saya sendiri, tapi kenyataan selalu menampar saya bahwa mas Surya tetaplah meninggal saat bersama saya. Saya akan menikah dengan wanita yang dijodohkan dengannya, semua orang menginginkan itu tapi sebenarnya saya tidak.”

“Saya juga tidak.” Jawaban Renjana membuat Sadewa dan Arjuna melihatnya, Arjuna tertawa kecil sambil merangkul Renjana.

“Kamu ini kenapa banyak bercanda sih sayang...”

Sadewa ikut tertawa kecil melihat dua orang yang dia temui hari ini, selain mereka menyelamatkannya entah kenapa Sadewa merasa sangat senang bertemu dengan Renjana dan Arjuna.

“Saya menyukai satu gadis.” Ucap Sadewa sambil tersenyum, “Dia sangat cantik, semua orang juga mengatakan kalau dia cantik. Tapi sepertinya saya harus mengurungkan niat untuk menikahinya.”

“Ha?.” Renjana nampak tidak percaya jika ayahnya menyerah begitu saja mengingat bagaimana pria itu di masa depan.

“Anda menyerah?.” Pertanyaan Arjuna membuat Sadewa sedikit berpikir.

“Itu-.”

Perbincangan mereka terhenti karena pemilik warung datang menyiapkan makanan, tiga piring berisi makanan berat dan tiga minuman hangat.

“Temannya Mas Dewa?.” Tanya pemilik warung pada Sadewa.

“Iya mbok.”

“Dari kota ya?.”

Renjana tersenyum tipis,

“Iya, kami dari kota.” Jawab Arjuna sambil tersenyum sopan.

“Bagus-bagus ya orang kota.”

Maksud kata bagus disini adalah kata untuk menggantikan cantik dan ganteng, bagi orang yang tinggal jauh dari hiruk pikuk kota yang lebih maju, terkadang melihat berapa orang berpenampilan lebih baik, membuat mereka kagum dan mengatakan bagus yang menjurus ke produk kelahiran orang kota yang tidak seburuk pedalaman masalah gizi nya.

Pemilik warung tersebut kembali ke dalam saat ada yang datang untuk membeli lagi, sedangkan mereka bertiga mulai menyantap makanannya dengan rakus. Memang makanan di masa ini sama sekali tidak cocok dengan lidah Renjana, tapi perutnya yang kosong terus meminta nutrisi. Kalau menuruti lidahnya yang tidak cocok yang ada dia akan mati karena kelaparan, bukan mati karena bunuh diri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!