Bismillah karya baru FB Tupar Nasir
WA 089520229628
Sekuel dari Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten
Kapten Excel belum move on dari mantan istrinya. Dia ingin mencari sosok seperti Elyana. Namun, pertemuan dengan seorang perempuan muda yang menyebabkan anaknya celaka mengubah segalanya. Akankah Kapten Excel Damara akan jatuh cinta kembali pada seorang perempuan?
Jangan lupa ikuti kisahnya, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Hukuman Cium
Zinni membawa tas ransel Excel dan mengikuti Excel ke dalam kamarnya. Adegan ini persis seorang istri menyambut suaminya lalu masuk bersama ke dalam kamar.
Lalu Zinni meletakkan tas itu di tempatnya. Excel mulai membuka jaket lorengnya, dengan spontan Zinni meraih jaket itu lalu ia gantung di gantungan besi.
"Hemmm. Kenapa kamu masih berada di sini?" Pertanyaan Excel membuat Zinni terkejut.
"Maaf, Pak," ujar Zinni malu. "Itu Pak, euhhh, saya mau menanyakan masalah ini," lanjut Zinni seraya merogoh papan nama miliknya dalam saku rok. Mata Excel melihat ke arah tangan Zinni yang terulur, keningnya mengkerut heran.
"Apa itu?" tanya Excel seperti tidak mengingat benda yang diperlihatkan Zinni.
"Ini papan nama. Papan nama saya berada di dalam laci meja rias Pak Excel. Tadi saya sempat memasukkan barang ke laci, tapi saya menemukan papan nama ini di dalamnya, dan ternyata namanya mirip dengan nama saya," terang Zinni.
"Lalu?" Ekspresi Excel dingin, seperti tidak ingat dengan papan nama yang Zinni tunjukkan.
"Pak Excel menemukan papan nama ini di mana?"
"Menemukan papan nama? Entahlah saya lupa lagi. Ambil saja kalau itu memang papan nama kamu. Toh saya tidak butuh, bukan papan nama saya," ujar Excel datar.
"Baiklah, Pak. Kalau gitu saya permisi dulu." Zinni berpamitan dan akan keluar kamar.
"Tunggu sebentar."
"Kenapa, Pak?"
"Temani saya nanti malam. Saya ada acara ulang tahun salah satu teman saya. Kamu punya baju yang bagus?"
"Temani Pak Excel ke mana?" Zinni malah balik bertanya.
"Ke mana saja, yang jelas ini termasuk ke dalam wilayah pekerjaan kamu. Kamu punya baju atau gaun yang bagus?" ulang Excel lagi.
"Eummm, saya punya baju terusan dan rok yang itu-itu saja, dan itu sudah bladus."
"Ok, kembalilah," ujar Excel menyuruh Zinni keluar tanpa berkata apa-apa lagi. Zinni keluar dari kamar Excel, dia bingung mau diajak ke mana oleh Excel.
Malamnya tepat jam tujuh malam, Excel memberitahu kalau Zinni tidak usah masak untuk malam ini.
"Zinni, malam ini kamu tidak usah masak. Ini segera pakai baju ini. Saya tunggu setengah jam dari sekarang. Dan ingat dandan yang cantik. Untuk kerudungnya, kamu cari saja yang sesuai dengan gaun yang saya berikan," titah Excel seraya memberikan sebuah tote bag.
Zinni meraih tote bag itu, lalu dia segera masuk ke dalam kamar. Ia menggunakan gaun yang diberikan Excel. Zinni terpukai, dia sangat kagum saat melihat dress yang diberikan Excel sangat indah dan sesuai menurut usianya. Sangat cocok dan indah.
"Waww, ini dress yang selama ini aku impikan. Sangat elegan dan cantik," pujinya. Zinni senang dengan dress itu selain cutting dan warnanya favorit selain warna kuning dan hijau sage. Ternyata pilihan salem bagus juga dan terlihat sangat elegan.
"Gimana, sudah?" panggil Excel dari luar kamar.
Zinni merapikan riasan terakhirnya. Riasan natural yang cantik dan semakin membuat Zinni terlihat bersinar. Ditunjang lagi denan umurnya masih muda, yakni 22 jalan.
"Pak Excel." Zinni sedikit tersentak ketika mendapati Excel sudah berada di depan pintu rumahnya.
"Bagaimana, Pak? Apakah ini bagus?" Tanpa sadar, Zinni meminta penilaian Excel.
Excel menatap lama sekujur tubuh Zinni, kalau Zinni adalah seorang istri yang dicintai, mungkin malam ini dia sudah bungkus Zinni dan kembali mengajaknya ke kamar.
"Bagus," ujar Excel. "Cantik banget si Zinni. Apakah secantik dia sudah ada pacar?" gumam Excel dalam hati mengagumi kecantikan Zinni.
"Ayolah, acaranya keburu dimulai" ajak Excel seraya berjalan lebih dulu dari Zinni. Zinni berjalan mengikuti Excel dari belakang.
Setengah jam kemudian, mobil Excel tiba di depan sebuah rumah yang dihias layaknya acara pesta. Alunan suara musik sudah menggema.
Excel segera memarkirkan mobilnya, lalu menuruni mobil. Disusul oleh Zinni.
"Pak Excel, saya ikut ke dalam juga?" tanya Zinni ragu.
"Iya, dong. Ayo," Excel berjalan lebih dulu diikuti Zinni dari belakang.
"Pak Excel? Bukankah kata Excel perempuan itu kekasihnya, masa panggil Pak Excel?" Tepat di belakang Zinni, rupanya ada Erni yang kebetulan hadir juga di acara ulang tahun salah satu suami temannya. Erni termasuk tamu undangan temannya.
Sementara itu, Excel sudah memasuki ruangan, dia mulai dilirik oleh teman-temannya dan menuding kalau Excel datang bersama kekasihnya.
"Wahhh, Cel, kapan diresmikannya hubungan. Segeralah, biar kita bisa menyaksikan pedang pora kalian," celetuk salah satu teman Excel.
"Nanti dikasih kabar, Bro," balas Excel malu-malu. Terpaksa dia hanya bisa menjawab demikian, untuk menghentikan pertanyaan-pertanyaan rekan-rekannya yang menduga kalau Zinni adalah kekasihnya.
Acara ulang tahun salah satu rekan Excel itu segera dimulai. Rangkaian acara pertama diawali dengan baca doa bersama, lalu bergulir ke acara kedua tiup lilin tumpeng. Tidak ada tiup lilin kue, di sini hanya ada tiup lilin tumpeng. Setelah lilin tumpeng ditiup para tamu undangan dipersilahkan untuk mencicipi makanan.
Setelah menikmati makanan yang lezat, rekan Excel, Wando yang sedang berulang tahun mempersilahkan setiap pasangan untuk menari balon di kepala. Setiap pasangan diberi balon dan menari sesuai irama musik yang diperdengarkan.
Balon itu harus diusahakan sampai pecah, kalau tidak pecah, maka hukumannya pasangan pria harus mencium pasangannya, begitupun sebaliknya.
"Aduh, berat juga hukumannya," batin Zinni risau.
"Zinni, usahakan balonnya pecah, ya. Nanti usahakan kepala kamu harus sekuat mungkin menekan balon agar pecah," komando Excel yang hanya diangguki Zinni. Zinni pun tidak mau Excel harus menciumnya.
Acarapun berlangsung, suara musik diperdengarkan. Setiap pasangan belum ada yang bisa memecahkan balon.
"Zinni, ayo kita sama-sama tekan balonnya yang keras," intruksi Excel. Zinni menekan balon itu sekuat tenaga, begitu juga Zinni. Dan, "Dorrrr."
Balon Zinni dan Excel pecah, lalu keduanya diberi hadiah yaitu menyuapi pasangannya es krim. Tidak berat bagi Excel menyuapi Zinni, dari pada harus mencium Zinni di depan umum, sebab Zinni bukanlah kekasihnya.
Acara yang terakhir adalah berdansa. Tiap pasangan harus berdansa sambil memainkan tongkat estafet yang di dalamnya ada tulisan sebagai hukuman.
Excel meraih lengan Zinni, lalu membawa ke hadapannya. "Tapi, Pak, saya tidak pandai dansa," protes Zinni.
"Ikuti saja arah langkah kaki saya, nanti kamu juga akan bisa."
Dansa pun dimulai, tongkat estafet pun berjalan. Kalau musik itu berhenti, otomatis yang menerima tongkat adalah pasangan yang terakhir akan kena hukuman.
Zinni sudah ketar-ketir semoga saja musik dansanya tidak berhenti saat dirinya dan Excel menerimanya.
Musik dansa berhenti tepat ketika tongkat estafet berhenti di tangan Excel. Excel segera membaca tulisan di belakang tongkat itu. Dan hukuman yang tertulis di tongkat itu, cukup mengejutkan Excel dan Zinni.
"Cium pasangan," bisik Excel. Panitia melihat tongkat dan membaca hukuman yang diterima Excel.
"Cium pasangan."
"Cium, cium, cium." Riuh suara cium yang mendukung Excel untuk segera mencium pasangannya bersahutan tidak sabar.
Zinni tercengang kala mereka harus menerima hukuman itu.
kawal si exel sm zinni sampai ke pelaminan