Hidup dalam kemiskinan tak pernah di harapkan semua orang. Tapi takdirlah yang membawanya kesana tapi kita juga tak tau jika suatu saat takdir itu akan bisa berubah tanpa di sangka - sangka.
Lina gadis belia yang hidup kekurangan terpaksa bekerja sebagai pengasuh bayi seorang pengusaha. Siapa sangka pengusaha yang kesepian malah jatuh cinta pada pengasuh putranya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? apakah cinta mereka kan berjaln mulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Lina." teriak ibunya bergegas menyambut kedatangan putrinya. Langkahnya terhenti saat melihat seorang bayi dalam gendongan putrinya.
"Ini anak siapa, nduk?" tanya ibu.
"Ooh ini anak majikan saya, bu." jawab Lina.
"Kok bisa kamu bawa anak majikanmu pulang kesini?" tanya ibu heran sambil menatap wajah bayi yang tengah tidur pulas di gendongan putrinya.
"Habis kalau ga aku bawa, dia mau tinggal sama siapa bu. Dan kebetulan majikannya menginjinkan makanya aku bawa sekalian aja." jelas Lina.
"Permisi, ibunya Lina ya?" sapa Bagas pada ibunya Lina sambil mengulurkan tanganya. Ternyata Bagas juga bisa ramah pada orang lain.
"Tuan siapa?" tanya ibu Lina bengong.
"Saya majikannya Lina, bu. Nama saya Bagas." Bagas memperkenalkan dirinya pada ibu Lina sambil mencium punggung tangan wanita itu sama seperti Lina lakukan tadi.
"Ooh tuan majikan anak saya, satu kehormatan bagi kami kedatangan tamu agung seperti tuan ini. Tapi maaf tuan rumah kami tidak layak bagi orang seperti tuan. Rumah kami hanya gubuk reot." Ibunya Lina merendah dan minder kedatangan tamu besar. Ia bingung cara menjamu tamu agung seperti itu.
"Ga apa - apa, bu." jawab Bagas sambil tersenyum simpul. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya sedikit merasa risih dan tak anyaman berada di sana. Ini kali pertama ia menginjakkan kaki ketempat seperi ini. Walau ia pernah ke desa sebelumnya tapi suasananya berbeda.
Bagas merasa canggung berada di ruamh Lina. Ia juga binggung mesti berbuat apa di sana.
"Kita makan dulu tuan, tapi lauk seadanya." ajak Lina setelah menidurkan Bima di kamarnya.
Bagas benggong melihat lauk yang tersaji di meja makan. Ia tidak tau apa makan seperti layak untuk di konsumsi.
"Ini apa?" tanya Bagas pada Lina sambil mengangkat lalapan.
"Itu namanya lalapan tuan."
"Emang bisa di makan, trus caranya gimana?" tanya Bagas.
"Bisa tuan apalagi komunikasi ini." Lina mencontohkan cara mencocol sambel pakai lalapan.
Bagas menelan air liurnya, ada ketakutan saat Lina menyuruh mencobanya. Awalnya Bagas ragu tapi demi menghormati tuan rumah Bagas memakanya, saat lalapan yang Ia makan sudah berada di dalam mulut Bagas merasakan sensasi yang lain. Di supanya seklai lagi hingga nasi satu piring habis tanpa sisa.
"Enak juga ya, makan kaya gini. Aku kapan - kapan mau kamu masakin kaya gini di rumah nanti." pinta Bagas sambil mengelus perutnya yang kekenyangan. Adik - adik Lina tertawa samar menyaksikan tingkah majikan kakaknya tapi mereka memilih diam.
Selesai makan, mata Bagas terasa berat. Apalagi tadi ia menyetir sendiri sehingga tubuhnya terasa letih dan perlu istirahat.
"Aku tidur dimana?" tanya Bagas pada Lina.
"Di samping Bima aja, tuan." terpaksa Lina menyuruh Bagas tidur disebelah putranya karna tidak ada lagi tempat yang lain maklum rumah Lina hanya rumah kecil dan sempit.
"Lalu kamu tidur di mana?" tanya Bagas.
"Saya belum ngantuk, tuan. Tuan tidur aja dulu. Saya mah gampang." Lina masih mau bercengkrama dengan ibunya melepas rindu. Sudah satu tahun mereka berpisah, Lina tidak akan menyia - nyiakan waktu yang ada.
Adik - adik Lina juga ikut nimbrung ngobrol dengan kakaknya hingga tiba waktunya untuk istirahat karna mereka besok harus sekolah.
$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
Assalamualaikum kk,terimakasih supportnya dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen dan vote yang banyak biar thor semakin semangat untuk melanjutkannya bab selanjutnya 💪👍🙏😘
@ima Susanti