Anak Titipan Ternyata Pewaris

Empat tahun pernikahan ku dengan mas Adam, kami belum juga di karunia seorang anak, namun suami dan mertuaku biasa biasa saja bahkan sangat jarang membahas perihal itu

" Kepala kamu kenapa Shella?" Tanya mas Adam memeriksa kepala sang ponakan saat kami tengah makan malam saat itu

" Itu semua karena ponakan kesayangan istrimu itu Adam" jawab mbak Vika

" Maksudnya gimana mbak?"

" Anak itu yang membuat anakku terjatuh sampai kepalanya berdarah darah"

" Dek, apa betul?" Tanya mas Adam padaku

" Gak mas, itu bukan karena Sarah, tapi Shella jatuh sendiri mas"

" Heee... Adel Shella itu anak aku, jadi aku tau kalo dia itu gak bohong, makanya kamu tuh harus punya anak juga biar bisa tau dan merasakan kebohongan dari mata anak kamu sendiri, bukan dari ponakan kamu itu"

" Tapi kan Sarah emang gak bohong mbak?"

" Jadi kamu bilang anak aku yang bohong?"

Braaaak....!!!!

" Sudah cukup...!!! Bisa gak sih kalian tenang di saat kita lagi makan? Mbak tolong jangan membahas perihal anak, kami juga ingin punya namun tuhan belum memberikan pada kami" ucap mas Adam

" Tapi emang benar sih yang di katakan mbak mu itu, setelah ibu pikir kalian udah nikah selama empat tahun, tapi kok belum juga bisa hamil istrimu ini?" Ucap ibu mertuaku yang membuatku sangat bersedih

" Udahlah Bu, kita makan aja dulu dengan tenang" ucap mas Adam

Semua kembali tenang dengan menyantap masing masing makanan yang berada di dalam piring mereka

******

Setelah seminggu suami mbak Vika akhirnya ikut menyusul ke rumah ibu mertuaku, Suami mbak Vika bernama mas Eko yang merupakan seorang kontraktor. Kedatangan nya ingin memberitahukan bahwa dia telah menang tender dengan jumlah yang sangat besar, dengan begitu akhirnya dia pun bisa membangun rumah untuk keluarga nya

Mas Eko merupakan anak orang kaya, namun dia tak pernah mau berpangku tangan dan hanya ingin berusaha sendiri untuk menghidupkan istri dan anaknya

Dengan membeli tanah dan membangun rumah yang mewah mbak Vika semakin membanggakan diri. Kini dia telah bergelimang harta bagaikan toko emas berjalan

Selama pembangunan rumah nya itu, mbak Vika dan kedua anaknya tetap tinggal bersama kami, tapi tidak dengan mas Eko yang harus kembali bekerja di kota lain

Sejak saat itu mertuaku mulai berubah, dia selalu memerintahku dan Sarah bagaikan babu, begitupun dengan mbak Vika. Namun aku masih sabar sebab memang aku tak bisa memberikan uang yang banyak pada mertuaku seperti mbak Vika

******

Suatu hari aku sedang mencoba pakaian baru yang baru saja aku beli, karena sangat jarang aku membeli pakaian untukku, sebab uang gaji mas Adam tak seberapa

" Baju baru lagi kamu? Enak ya buang buang duit beli baju terus, kamu pikir anakku adam gampang cari uang?"

" Gak Bu, aku hanya beli satu ini kok, yang aku beli dua tahun lalu udah sobek soalnya" jawabku

" Kan bisa di jahit, kamu jangan ikut ikut Vika, kalo Vika kan uangnya banyak, lihat saja rumahnya itu mewah kan?"

" Iya Bu"

" Denger tuh kata ibu" ucap mbak Vika menambahkan

" Dan juga bilang sama si Sarah itu, gak usah minta minta duit terus, kamu pikir anak ku itu pabrik uang apa?"

" Kapan Sarah minta uang Bu?"

" Tanya saja padanya sendiri " ucap mertuaku kemudian pergi

" Ya Allah kenapa ibu jadi begini padaku ya? Apakah aku ada salah sama ibu?" Gumamku bingung dengan sikap mertuaku

******

Hari ini adalah hari suamiku akan menerima gaji, biasanya dia akan mengajakku dan Sarah untuk makan di luar. Aku pun telah bersiap dengan menggunakan hijab yang baru berapa Minggu aku gunakan untuk menutup aurat ku, sebab pasti dia akan memintaku ikut dengannya seperti biasa

Namun tidak dengan kali ini, mas Adam tampak biasa saja dan seakan cuek denganku

" Mas, kamu sudah makan? " Tanyaku sedikit mengingatkan

" Belum, kenapa emangnya?"

" Gak mas, biasanya kamu mengajakku dan Sarah makan di luar begitu kamu gajian, hari ini kamu gajian kan mas?"

" Iya, nih uang gaji buat kamu" ucapnya memberiku sebuah amplop putih

" Lima ratus ribu mas?"

" Iya kenapa? "

" Biasanya kan kamu ngasih aku sejuta mas, kok kurang setengah mas?"

" Aku kasi ke ibu uangnya"

" Bukannya bagian ibu hanya lima ratus ya mas?"

" Sekarang gak lagi, kamu gak bisa simpen duit, semua langsung habis"

" Ya kan aku pakai buat keperluan kita mas, buat keperluan rumah juga mas"

" Keperluan apa? Bukan kah kamu menggunakan uang gajiku untuk membeli pakaian buat mu dan Sarah? Pakaian Sarah udah terlalu banyak ngapain kamu memberinya lagi?"

" Gak mas, aku gak pernah menggunakan uang gaji kamu buat membelikan Sarah pakaian"

" Jangan bohong kamu, selama ini aku selalu percaya sama kamu namun kamu yang telah tak jujur padaku"

" Maksud kamu apa mas?"

" Kata ibu dan mbak Vika kamu bersama Sarah sering sekali keluar sekedar makan enak di luar sana, dan membeli pakaian yang mahal mahal"

" Astaghfirullah mas, aku gak pernah kayak gitu? Tolong kamu jangan percaya dengan apa yang di katakan ibu dan mbak Vika tentangku"

" Jadi maksud kamu mereka bohong padaku? Mana ada seorang ibu akan berbohong pada anaknya, benar kata mbak Vika harusnya kamu punya anak sendiri "

" Mas...!!"

" Apa...!!!!!"

" Dan bilang pada Sarah Jangan pernah macam macam pada Shella jika dia masih ingin tinggal di rumah ini" ancam mas adam

" Maksud kamu apa lagi mas?"

" Sarah telah merobek pakaian dan sepatu Shella, mungkin karena dia iri karena tak bisa memiliki semua yang di miliki Shella"

" Itu semua gak benar mas"

" Bela saja terus anak itu, kamu pikir ponakan ku akan membohongiku juga?" Ucap mas Adam kembali keluar meninggalkanku

******

Pembangunan rumah mbak Vika akhirnya selesai, dan kini mbak Vika ingin merenovasi rumah ibu mertuaku, sehingga kami semua harus menumpang di rumah mbak Vika yang mewah itu

Di sinilah aku sekarang di rumah mewah mbak Vika, namun aku di tempatkan di kamar pembantu yang masih kosong bersama Sarah, sementara mas Adam di berikan kamar yang sangat bagus dan tidur seorang diri

Di sini aku di jadikan pembantu gratis oleh mbak Vika, semuanya aku yang harus mengerjakannya, jika tidak berarti aku dan Sarah tidak akan kebagian jatah makan oleh mbak Vika

" Bu, mbak, makan dulu" ucapku memanggil mereka setelah aku menyiapkan semua makan siang di meja

" Ngapain kamu duduk di situ?" Tanya mbak Vika padaku ketika aku duduk di kursi makan depan nya

" Aku juga mau makan mbak"

" Nanti aja, tempat mu bukan di situ, yang ada rusak nanti kursi itu, mahal tau gak?"

" Iya biarin ibu sama Vika yang makan dulu, ntar kalo ada sisa baru kamu makan sama Sarah" ucap ibu mertuaku

" Oiya Adel kamu gak usah masak banyak banyak, cukup masak untukku, ibu, Adam dan kedua anakku, kamu kan tau kalo sekarang beras dan bahan bahan lainnya mahal?"

" Trus gimana dengan aku dan Sarah mbak?"

" Kalian cukup makan mie instan, ada telur juga kan di dapur? Tapi ingat jangan memberikan sosis atau nuget anakku yang ada di kulkas pada ponakan mu itu, mahal tau"

Betapa sedih dan sakit sekali hatiku mendengar ucapan mbak Vika dan ibu mertuaku saat itu, rasanya ingin menangis namun tak ingin mereka menertawakan ku..