NovelToon NovelToon
Mencari Kebahagiaan

Mencari Kebahagiaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Suami ideal / Trauma masa lalu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Aira, seorang wanita yang lembut namun kuat, mulai merasakan kelelahan emosional dalam hubungannya dengan Delon. Hubungan yang dulu penuh harapan kini berubah menjadi toxic, penuh pertengkaran dan manipulasi. Merasa terjebak dalam lingkaran yang menyakitkan, Aira akhirnya memutuskan untuk keluar dari lingkungan percintaan yang menghancurkannya. Dalam perjalanannya mencari kebahagiaan, Aira belajar mengenal dirinya sendiri, menyembuhkan luka, dan menemukan bahwa cinta sejati bermula dari mencintai diri sendiri.
Disaat menyembuhkan luka, ia tidak sengaja mengenal Abraham.
Apakah Aira akan mencari kebahagiaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dubai

Matahari pagi menyinari jendela kamar pengantin baru itu ketika Aira dan Abraham bersiap untuk keberangkatan mereka ke Dubai.

Mama dan Papa melepas mereka dengan pelukan hangat serta doa-doa terbaik. Aira masih tak percaya dari seorang perempuan yang dulu dihancurkan oleh luka, kini ia menjadi istri yang dicintai dan disayangi sepenuh hati.

Di bandara, Aira menggenggam erat tangan Abraham.

Ia tampak lebih percaya diri, lebih tenang. Senyumnya tulus, matanya bersinar. Abraham tak henti menatapnya, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua.

“Siap menikmati gurun pasir dan langit emas, istri cantikku?” tanya Abraham sambil tersenyum genit.

Aira tertawa, “Selama Mas Abraham di sampingku, aku siap ke mana saja.”

Sesampainya di Dubai, mereka disambut oleh pemandangan kota yang megah pencakar langit, lautan pasir yang luas, dan langit biru cerah.

Abraham telah menyiapkan hotel mewah dengan balkon menghadap ke Burj Khalifa. Aira melangkah ke balkon, mengagumi pemandangan.

“Aku seperti lagi mimpi, Mas…”

“Kalau ini mimpi, aku harap kita nggak bangun,” jawab Abraham sambil memeluknya dari belakang.

Hari-hari bulan madu mereka dipenuhi dengan kehangatan dan kebahagiaan: naik unta di gurun, makan malam romantis di kapal pesiar di Dubai Marina, dan menikmati malam di padang pasir di bawah langit bertabur bintang.

Di tengah gurun yang sunyi, Abraham menggenggam tangan Aira.

“Lihat, bintang-bintangnya bersinar, sama kayak masa depan kita.”

Aira menatapnya penuh haru. “Terima kasih sudah buat aku percaya lagi pada cinta…”

Mereka tersenyum, tahu bahwa bulan madu ini bukan hanya liburan, tapi juga awal dari babak baru kehidupan mereka.

Hari terakhir bulan madu mereka di Dubai menjadi penutup sempurna dari semua petualangan yang telah mereka jalani.

Sejak pagi, Abraham dan Aira menjelajahi berbagai tempat ikonik: dari menikmati sarapan dengan pemandangan Burj Al Arab, hingga menelusuri souk emas yang membuat Aira terpukau.

Saat sore menjelang, mereka naik balon udara, menyaksikan matahari terbenam perlahan di balik bukit pasir.

Aira bersandar di dada Abraham, menikmati ketenangan dan kenyamanan dari pelukan suaminya.

“Mas,” bisik Aira, “ini hari paling indah dalam hidupku.”

“Belum selesai, sayang. Malam ini akan lebih indah lagi,” jawab Abraham dengan nada lembut dan penuh makna.

Malam pun tiba. Kamar mereka dipenuhi cahaya remang lilin dan aroma lavender yang menenangkan.

Aira berdiri di depan jendela, mengenakan gaun tidur putih lembut yang dipilih Abraham sendiri. Ia menoleh ketika mendengar suara langkah kaki suaminya.

Abraham memeluknya dari belakang, mencium pelan bahu istrinya.

“Siap memberikan cucu untuk Mama?” tanyanya sambil tersenyum penuh cinta.

Aira tertawa pelan, menoleh dan mengecup pipi Abraham.

“Kalau cucunya seganteng Mas, aku siap kapan saja…”

Dalam suasana hangat dan penuh kasih, mereka menikmati malam terakhir bulan madu mereka.

Tidak lagi ada ketakutan. Tidak lagi ada luka masa lalu. Hanya cinta, kepercayaan, dan harapan akan keluarga kecil yang segera mereka bangun.

Abraham mematikan lampu kamar, menyisakan cahaya lembut dari jendela yang terbuka lebar menghadap langit Dubai yang bertabur bintang. Dalam gelap yang hangat itu, Aira menggenggam tangan Abraham erat.

“Aku percaya sama Mas…” bisiknya pelan, penuh ketulusan.

Abraham menarik tubuh Aira dalam pelukan lembut, mencium keningnya lama.

“Malam ini bukan tentang kewajiban, tapi tentang cinta,” ucap Abraham, penuh ketenangan.

Mereka menyatu dalam kehangatan malam, perlahan membangun cerita baru sebagai sepasang suami istri. Dalam kesunyian, hanya suara napas yang beriringan, dan janji diam-diam untuk saling menjaga seumur hidup.

****

Keesokan paginya, sinar matahari Dubai menembus tirai tipis kamar hotel mereka.

Aira perlahan membuka matanya, menatap langit-langit kamar dengan senyum tipis di wajahnya. Ia mengingat malam sebelumnya, malam ketika ia untuk pertama kalinya menjalani kewajibannya sebagai seorang istri. Bukan karena paksaan, bukan karena ketakutan, tapi karena cinta dan rasa aman yang diberikan Abraham.

Ia menoleh ke samping, melihat Abraham yang masih tertidur dengan wajah tenang. Aira mengulurkan tangan, membelai rambut suaminya pelan.

"Terima kasih, Mas…," bisiknya lirih.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa menjadi perempuan yang dicintai dengan utuh dan dihargai sepenuh hati.

Aira turun dari tempat tidur, mengenakan gaun santai berwarna krem lembut, lalu membangunkan Abraham dengan ciuman lembut di pipi.

"Mas, bangun. Kita sarapan dulu sebelum pulang ke Indonesia."

Abraham membuka matanya perlahan dan tersenyum saat melihat istrinya.

“Kalau setiap pagi disambut kayak gini, aku nggak mau bangun kesiangan lagi,” godanya sambil bangkit dan meraih tangan Aira.

Mereka turun ke restoran hotel untuk menikmati sarapan terakhir di Dubai.

Meja sarapan dipenuhi dengan hidangan khas Timur Tengah—hummus, roti pita hangat, kurma, dan teh mint segar. Aira duduk berhadapan dengan Abraham, menyendok sedikit yogurt ke dalam mangkuknya.

“Kamu bahagia, Ra?” tanya Abraham dengan mata lembut menatapnya.

Aira mengangguk sambil tersenyum. “Lebih dari yang aku bayangkan.”

Setelah sarapan, mereka kembali ke kamar untuk berkemas.

Sambil menutup koper, Aira menatap sekeliling kamar, menyimpan kenangan indah yang terjadi di sana.

"Yuk, kita pulang," ucap Abraham sambil menggandeng tangan Aira.

Dengan hati yang penuh rasa syukur dan cinta, mereka pun bersiap pulang ke Indonesia—memulai lembaran baru sebagai suami istri.

Saat koper mereka sudah rapi tertata di bagasi mobil, dan Aira sudah duduk manis di kursi penumpang, ponsel Abraham bergetar.

Ia melihat nama pengirim di layar—salah satu klien penting yang sudah lama ingin bertemu langsung.

“Ada apa, Mas?” tanya Aira pelan saat melihat raut wajah Abraham berubah serius.

“Klien dan sahabatku yang di Dubai. Dia tiba-tiba kirim undangan pertemuan. Katanya penting dan mendesak,” jawab Abraham sambil memandangi undangan elektronik di ponselnya.

Aira menunduk sesaat, lalu tersenyum tipis. “Kita bisa tunda pulang, Mas. Kalau itu penting, aku temani.”

Abraham menoleh dan menggenggam tangan Aira.

“Kamu yakin? Ini di luar rencana liburan kita.”

“Selama kamu di sisiku, semuanya terasa aman,” jawab Aira tulus.

Abraham mencium punggung tangan istrinya.

“Baiklah, kita ke sana bersama. Tapi setelah itu, langsung pulang. Aku janji.”

Mereka pun meminta sopir untuk mengubah arah, menuju tempat pertemuan yang ditentukan oleh klien.

Di ruang VIP hotel mewah tempat pertemuan diadakan, Bryan—sosok klien sekaligus sahabat lama Abraham—berdiri dengan tangan menyilang di depan dada. Tatapannya tajam ke arah Abraham dan Aira yang baru saja masuk.

“Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau kamu sudah menikah?” suara Bryan terdengar setengah bercanda, tapi ada nada kecewa di dalamnya. “Kamu pikir aku cuma klien? Aku ini sahabatmu, Abraham!”

Aira refleks menunduk, merasa tidak enak sudah membuat suasana jadi canggung.

Abraham tersenyum dan mendekat sambil menepuk bahu Bryan.

“Aku tidak sengaja menyembunyikannya. Semua terjadi begitu cepat. Aku juga kaget akhirnya menikah di tengah liburan.”

Bryan pura-pura merengut, lalu mendesah panjang.

“Harusnya aku yang jadi pengiring pengantin, bro. Tapi sudahlah…”

Ia menoleh ke Aira dan langsung tersenyum lebar.

“Kamu pasti Aira. Aku Bryan. Sahabat paling lama dan paling ribut dari suamimu ini.”

Aira tersenyum kecil, menjabat tangan Bryan.

“Senang berkenalan.”

“Baiklah,” ucap Bryan. “Sebagai penebus kesalahanmu, kamu harus makan malam di rumahku malam ini. Istriku juga ingin bertemu kalian.”

Abraham dan Aira saling pandang, lalu mengangguk.

“Kami datang,” jawab Abraham mantap.

Malam itu di rumah mewah Bryan yang hangat dan penuh cahaya, suasana makan malam terasa akrab. Bryan dan istrinya, Karina, menyambut Aira dan Abraham dengan hangat. Hidangan khas Timur Tengah tersaji di meja panjang yang dihias indah.

Saat mereka duduk dan mengobrol, Bryan menatap Abraham sambil mengangkat gelasnya.

“Kau tahu, Aira,” katanya sambil tersenyum nakal, “suamimu ini dulu pernah bersumpah sama aku... kalau dia tidak akan pernah menikah.”

Aira sedikit terkejut dan menoleh ke arah Abraham.

“Benarkah?”

Abraham tersenyum kaku dan menggaruk tengkuknya. “Itu... sudah lama.”

Bryan tertawa kecil. “Waktu itu dia baru saja patah hati karena ditinggal tunangannya. Vinona namanya. Katanya, cinta terakhir. Dan dia bilang, ‘gue udah cukup. Gak mau nikah selamanya.’ Tapi lihat dia sekarang...” Bryan menatap Aira. “Bahkan senyumnya beda sekarang. Lembut.”

Aira memandangi wajah suaminya. “Kamu gak pernah cerita tentang itu,” ucapnya pelan.

Abraham menoleh, menatap Aira penuh makna.

“Karena kamu satu-satunya cerita baru yang aku mau simpan rapat-rapat.”

Bryan dan Karina tersenyum menyaksikan kebersamaan mereka.

Sesampainya di hotel mewah milik Bryan, Abraham dan Aira langsung masuk ke kamar yang sudah disiapkan khusus untuk mereka di lantai paling atas. Kamar luas itu memiliki pemandangan kota Dubai yang gemerlap, tapi malam itu terasa sedikit dingin karena suasana di antara mereka.

Aira langsung berjalan menuju tempat tidur dan merebahkan diri tanpa banyak bicara.

Abraham melepas jasnya, lalu duduk di pinggir ranjang. “Sayang, ada apa? Kok kamu diam aja dari tadi?”

Aira membelakangi suaminya. “Enggak ada apa-apa. Aku cuma capek. Mau tidur.”

Abraham tersenyum tipis. Ia tahu benar, itu bukan nada lelah, itu nada seorang istri yang sedang menahan perasaan. Ia berbaring pelan, memeluk Aira dari belakang.

“Aku memang pernah patah hati, tapi kamu yang menyembuhkan semuanya, Ra,” bisiknya lembut.

“Kamu bukan pengganti. Kamu adalah satu-satunya yang aku pilih.”

Aira tetap diam, tapi tubuhnya mulai rileks dalam pelukan hangat Abraham.

“Aku gak pernah nyesel nikah sama kamu. Bahkan kalau waktu bisa diulang, aku mau ketemu kamu lebih cepat.”

Aira akhirnya menoleh pelan, matanya mulai basah.

“Aku gak suka dengar nama dia disebut-sebut...”

Abraham mengusap pipinya. “Mulai sekarang, cuma nama kamu yang aku sebut-sebut.”

Aira tersenyum tipis, lalu mengangguk dan memeluk Abraham erat.

****

Keesokan paginya, sinar matahari Dubai menyelinap masuk lewat tirai jendela kamar hotel. Aira dan Abraham sudah siap dengan koper di tangan, disambut oleh Bryan di lobi hotel.

“Terima kasih sudah menginap di hotelku,” ucap Bryan dengan senyum hangat. “Tapi aku belum selesai jadi sahabat baik.”

Abraham mengernyit heran. “Maksudmu?”

Bryan mengacungkan jempol ke arah luar hotel.

“Kalian pulang naik jet pribadiku. Anggap saja hadiah kecil dariku untuk pasangan pengantin baru.”

Aira dan Abraham saling berpandangan, kaget sekaligus terharu.

“Bryan, ini terlalu berlebihan,” ujar Abraham.

“Terlalu berlebihan itu kalau aku kasih kalian hotel ini,” canda Bryan. “Sudah, jangan nolak. Anggap saja ini ucapan selamat dari seorang teman lama.”

Aira tersenyum manis dan menjabat tangan Bryan. “Terima kasih, Bryan.”

“Mudah-mudahan cucu pertama langsung kembar ya!” seru Bryan, membuat Aira langsung menunduk malu sementara Abraham tertawa.

Dengan hati hangat dan rasa syukur, mereka pun berangkat menuju bandara, siap kembali ke Indonesia dengan kenangan indah dari bulan madu mereka.

1
Asmara Senja
Kereeeennnn
my name is pho: Terima kasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!