Bukan kita menginginkan lahir ke dunia ini. Bukan kita yang meminta untuk memiliki keadaan seperti ini.
Sudah bertahan begitu lama dan mencoba terus untuk bangkit dan pada kenyataannya semua tidak berpihak kepada kita?
Aira yang harus menjalani kehidupannya, drama dalam hidup yang sangat banyak terjadi dan sering bertanya siapa sebenarnya produser atas dirinya yang menciptakan skenario yang begitu menakutkan ini.
Lemah dan dan sangat membutuhkan tempat, membutuhkan seseorang yang memeluk dan menguatkannya?
Bagaimana Aira mampu menjalani semua ini? bagaimana Aira bisa bertahan dan apakah dia tidak akan menyerah?
Lalu apakah pria yang berada di dekatnya datang kepadanya adalah pria yang tulus yang dia inginkan?
Mari ikutin novelnya.
Jangan lupa follow akun Ig saya Ainuncefenis dan dapatkan kabar yang banyak akun Instagram saya.
Terima kasih.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Tidak Nyaman.
Arfandi dan Bion terlihat saling menggoda satu sama lain karena kehadiran Aira. Bion setiap kali mengatakan Arfandi hebat yang bisa membawa Aira ke rumahnya.
Walau dua orang bersahabat itu terlihat sangat heboh sekali berbicara satu sama lain dan justru ekspresi wajah Aira malah semakin datar dan sudah tidak ada senyum lagi.
"Itu Nadya!" tunjuk Sisil tiba-tiba melihat kehadiran seorang wanita bertubuh tinggi dengan penampilan yang cukup casual. Aira menoleh ke arah tunjukan itu dan sangat mengenal wanita tersebut sekarang sedang menghampiri mereka.
"Aku tidak terlambat, Kan!" ucap Nadya yang langsung memeluk Sisil yang tampaknya mereka juga sangat akrab.
"Kami juga baru sampai," sahut Sisil.
"Semoga saja Tante Sulastri tidak marah padaku," sahut Nadya yang tampak panik.
"Kamu jangan memikirkan dulu tante Sulastri marah atau tidak sekarang kamu lihat dulu wanita yang di samping kamu siapa," sahut Bion dan Nadya langsung melihat yang tiba-tiba saja membuatnya terkejut.
"Aira!" Nadya terpekik kaget.
"Ya. Ampun Aira ini beneran kamu," Nadya masih terlihat tidak percaya dan Aira hanya mengangguk saja yang mengingat teman satu kelasnya itu.
Nadya juga tampak excited sekali bertemu dengan Aira dan bahkan langsung memeluk Aira yang tidak dibalas oleh Aira yang tidak ada semangat sama sekali.
"Aku tidak percaya setelah bertahun-tahun akhirnya kita bisa bertemu. Ya ampun Aira kamu itu sama aja seperti dulu tetap saja seperti ini dan terlihat awet muda sekali, Kamu cantik sekali!" puji Nadya dan lagi-lagi Aira hanya memberikan senyum datar.
"Kenapa Aira bisa ada di sini, siapa yang mengundangnya!" tanya Nadya.
Bion langsung menunjuk Arfandi. Nadya menghela nafas dengan mata menatap curiga.
"Wah kalau seperti itu aku tidak heran sama sekali. Aira setahun setelah kita lulus SMA aku pernah menghubungi kamu dan kita bahkan sempat ngobrol sebentar lewat chat dan tiba-tiba saja berhenti begitu saja karena kamu tidak membalasnya lagi," ucap Nadya yang sejak tadi sangat semangat bertemu dengan Aira.
"Tapi aku senang banget bisa ketemu sama kamu," Nadya sampai memegang tangan Aira yang pasti sekarang terasa begitu sangat dingin sekali.
"Aku juga," jawabnya datar.
"Mana suami kamu?" tanya Sisil.
"Biasalah, ada pekerjaan di Luar Negeri dan tidak bisa hadir," jawab Nadya.
"Kalian berdua itu memang pasangan yang sangat sibuk sekali. Makanya punya perusahaan itu jangan banyak-banyak," sahut Bion.
"Kayak kalian tidak aja yang tidak sibuk. Kalian paling sibuk mengurus bisnis pertambangan kalian yang nggak habis-habis," sahut Nadya.
Candaan orang-orang di sekitar Aira ternyata sedang membicarakan masalah bisnis dan materi yang membuat Aira ternyata tidak nyaman justru seolah ada pertanyaan yang dia takutkan.
"Apa aku terlambat!" setelah pembicaraan itu tiba-tiba ada seorang wanita yang menegur.
"Nathalia!" sahut Nadya.
"Kamu tidak terlambat sama sekali dan kita juga baru sampai," sahut Bion.
"Syukurlah kalau begitu soalnya aku ada pasien yang harus diurus," jawab Nathalia.
"Ibu psikolog kita ini benar-benar sangat sibuk dengan prakteknya yang banyak," sahut Nadya.
"Macam kamu tidak aja," sahut Nathalia.
"Sudah-sudah kalian jangan membicarakan kesibukan masing-masing. Nathalia kamu tidak menyapa wanita yang di samping kamu," sahut Arfandi yang membuat Nathalia menoleh dan dia ternyata sama terkejutnya seperti Nadya.
"Aira!" Aira itu juga mengenali Nathalia.
Aira tersenyum setelah lama cukup memperhatikan wanita itu yang juga akhirnya mengingatnya dan tak lain wanita itu juga adalah teman satu kelasnya.
Mungkin Aira butuh waktu lama untuk mengingat teman-temannya karena selama ini dia tidak pernah kepo sama sekali dengan sosial media mereka dan tidak ingin mau tahu.
Tetapi ternyata teman-teman satu sekolah Aira justru sangat mengingatnya dengan jelas, karena memang Aira tidak pernah berubah sama sekali yang tubuhnya tetap seperti itu dan seperti apa yang dikatakan Sulastri jika Aira masih seperti terlihat anak SMA.
"Ini sungguhan kamu?" tanya Nathalia memastikan yang membuat Aira menganggukkan kepala.
"Kamu mengingatku tidak?" tanya Nathalia.
"Iya aku ingat. Kamu Nathalia juara di kelas," jawab Aira.
"Dan sekarang aku sudah menjadi psikolog," sahut Natalia.
"Sombong," goda Bion.
"Selamat dan semoga semakin sukses," ucap Aira memberikan senyum tipisnya.
"Sama-sama Aira. Kamu apa kabar sudah lama sekali kita tidak bertemu. Sekarang kegiatan kamu apa?" tanya Nathalia.
"Aku hanya...."
"Aduh-aduh kenapa kalian berkumpul di sini," Sulastri yang datang memotong kalimat Aira.
"Ayo-ayo, duduk di sana dan jangan hanya berdiri saja nikmati makanan yang sudah ada!" Sulastri yang tampak pusing mengajak anak-anak tersebut.
"Iya-iya Tante!" sahut yang lainnya dan langsung mengikuti Sulastri.
Aira yang tiba-tiba saja terdiam di tempatnya, sudah dapat dipastikan akhirnya memiliki rasa minder dan tidak nyaman bertemu dengan teman-teman satu sekelasnya walau dulu mereka semua adalah orang-orang yang sangat dekat satu sama lain.
Arfandi yang tadinya sudah berjalan terlebih dahulu dan menyadari bahwa Aira tidak ikut yang membuatnya menoleh ke belakang. Arfandi langsung memundurkan langkahnya menghampiri Aira.
"Ayo! Kenapa kamu bengong?" tanya Arfandi.
"Tidak apa-apa. Hmmmm aku melupakan sesuatu dan sepertinya aku harus pulang," ucap Aira.
"Oh. Iya apa itu?" tanya Arfandi.
"Ada pekerjaan yang belum aku selesaikan dan aku tidak enak jika besok tidak selesai," Aira tampak sangat jelas mencari alasan agar tidak tetap berada di acara ini.
"Aira, jika itu masalah pekerjaan di kantor dan bukankah aku adalah atasan kamu dan tidak apa-apa jika besok saja dikerjakan," ucap Arfandi yang memberikan keringanan kepada Aira.
"Arfandi aku di kantor kamu hanya magang dan bukan berarti pekerjaan itu hanya berada di kantor kamu saja. Aku memiliki urusan lain," nada suara Aira sudah terdengar begitu ketus yang seperti mengesalkan sesuatu.
"He-he-he, kalian berdua malah ngobrol di sini. Ayo cepat!" Sulastri kembali datang.
"Mama sudah harus potong kue. Ayo Aira!" Sulastri langsung memegang tangan Aira dan membawanya pergi yang ternyata Aira tidak bisa menolak sama sekali.
Arfandi terdiam di tempatnya yang merasa mungkin ada sesuatu yang mengganggu pikiran Aira sehingga Aira yang tadinya tampak semangat dan baru dia sadari bahwa Aira sejak tadi hanya diam saja.
Mau tidak mau Aira ternyata harus tetap berada di acara tersebut. Karena bertemu dengan beberapa teman satu sekolahnya yang memang diundang di acara ulang tahun Sulastri yang membuat Aira mau tidak mau harus bergabung dengan mereka dengan bercerita satu sama lain.
Mereka yang bercerita dan Aira hanya diam saja mendengarkan cerita para wanita itu. Bukan hanya, Nadya, Netta dan Bion saja yang ditemui Aira di sana. Ada juga tiga teman satu sekolahnya lagi dua wanita dan 1 pria.
Aira benar-benar sangat tidak nyaman berada dalam situasi itu yang hanya dia mendengarkan orang-orang itu sangat heboh yang apalagi jika bukan menceritakan masalah keluarga, masalah pekerjaan dan kesibukan mereka. Tetapi masih ada yang belum menikah Nathalia yang juga belum menikah sama seperti Aira, Lia dan sementara Olive sudah menikah yang juga datang bersama suaminya.
Olive merupakan seorang Dokter di salah satu rumah sakit dan sementara Lia seorang perawat. Rangga yang tadi datang bersama istrinya seorang pengacara yang sekarang bergabung bersama Bion dan Arfandi dengan obrolan mereka.
Bersambung.....
semoga sj afandi mau membantu mia
insyaallah aku mampir baca novel barumu thor
itu arfandi ada apa ya ga keluar dari kantornya apa dia sibuk di dlm apa sakit, bikin penasaran aj
jarang2 kan aira bisa sedekat itu sama arfandi biasanya dia selalu menjauh...
tapi arfandi lebih menyukai aira,,,
setelah ini aira bisa tegas dalam berbicara apalagi lawannya si natalie... dan jangan terlalu insecure ... semua butuh proses