Aisha Febriani menikahi seorang pria yang belum ia kenal sebelumnya. Sejak kecil ia tinggal di kampung halaman neneknya. Namun setelah ia menginjak usia 19 tahun, ia dijemput oleh kedua orangtuanya dan pindah ke kota.
Di saat yang sama, Aisha dilamar oleh seorang pria tampan yang belum ia kenal. Mereka menikah berdasarkan wasiat ayah pria itu. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa ternyata pria itu memiliki seorang kekasih, dan mereka saling mencintai. Namun pria itu juga bersikap baik pada Aisha sampai suatu hari, kejadian tidak terkira membuat Aisha harus menerima penderitaan yang bertubi-tubi.
Aisha, tidak akan pernah menyerah. Meskipun pada awalnya ia tidak mengenal suaminya, tapi ia yakin, ia sudah lebih dulu jatuh cinta pada suaminya sejak pandangan pertama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18.
Satu bulan, Rey bungkam atas masalah satu bulan yang lalu mulai dari penculikan Rafka sampai Aisha yang belum diketahui keberadaannya sampai saat ini. Ia memang tidak memberikan perhitungan secara langsung pada Rena dan ibunya. Tapi, ia juga tidak tinggal diam untuk membuat mereka mengerti atas kesalahan yang mereka buat.
"Rey, ada pengacara datang mengantar ini. Apa ini?" Tanya Rena sambil memberikan amplop pada Rey.
"Buka saja!" Jawab Rey datar. Bahkan Rena tidak menyadari perubahan sikap Rey yang cenderung lebih dingin dari biasanya.
"Surat cerai? Ini untuk Aisha?" Tanya Rena.
"Bukan. Itu untuk kamu." Jawab Rey.
"Jangan bercanda sayang. Lagian kenapa kita harus bercerai?" Ucap Rena masih belum menyadari yang sebenarnya.
"Kamu tidak buta huruf kan? Baca sendiri jika tidak percaya!" Ucap Rey sambil berlalu pergi meninggalkan Rena.
"Rey, kenapa ini? Kamu ada masalah apa?" Rena berusaha mengejar Rey untuk meminta penjelasan.
"Banyak. Banyak sekali masalah yang kamu dan mamamu lakukan. Aku yakin kamu lebih jelas dari pada aku." Kata Rey masuk ke kamar, dan membuka almari serta mengeluarkan semua barang-barang milik Rena.
"Apa yang kau lakukan? Kamu ingin mengusirku? Kamu tidak bisa mengusirku. Kau akan kehilangan Rafka." Kata Rena mengancam.
"Kenapa tidak bisa? Bahkan aku sudah lama menunggu hari ini untuk menendang kamu dan mamamu keluar dari rumah ini." Kata Rey. "Dan satu lagi, Rafka bukan anak kandungmu, kau tidak berhak sama sekali atas anakku dengan Aisha." Imbuh Rey membuat Rena membeku. Darimana Rey bisa tahu bahwa Rafka adalah anak kandung Aisha?
"Kamu ngomong apa sih Rey? Jelas-jelas aku yang lahirkan Rafka." Ucap Rena masih tidak menyadari bahwa Rey sudah mendengar pembicaraannya sendiri dengan ibunya saat di rumah sakit waktu itu.
"Jangan berdalih lagi! Pergi dari sini atau aku akan laporkan kamu atas kasus penculikan dengan perencanaan pembunuhan." Ancam Rey.
"Rey, kenapa kamu bicara semakin aneh? Menculik siapa? Merencanakan membunuh siapa?" Tanya Rena.
"Aku tahu kamu lebih jelas dengan semuanya. Sebaiknya jangan terus berpura-pura tidak tahu sebelum Tuhan benar-benar mencabut Mata dan telingamu." Kata Rey. "Tanda tangan ini dan cepat pergi sebelum kesabaranku habis!" Ucap Rey melempar lembaran kertas pada Rena.
Rena terpaksa menandatanganinya dan bersedia pergi. Ia tidak mau berakhir di penjara bersama ibunya. Ia harus tetap hidup nyaman meskipun bukan bersama Rey.
"Rey, aku ingin minta bagianku." Kata Rena.
"Masih tidak tahu malu. Ambil ini dan cepat pergi!" Ucap Rey sambil melempar kartu ATM pada Rena.
Rena segera memungutnya dan segera pergi dari rumah itu. Ibunya tentu saja harus pergi bersamanya. Bagaimana wanita tua itu bisa hidup tanpa dirinya?
........
"Tuan, Apa tuan baik-baik saja?" Tanya Wanita yang kini merawat Rafka menggantikan Aisha. Dia adalah ART yang sebelumnya.
"Saya baik-baik saja. Hanya saja saya masih tidak bisa menemukan keberadaan Aisha. Saya hanya ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja sekarang." Kata Rey.
"Nyonya Aisha sangat baik, pasti Tuhan telah melindunginya. Nyonya pasti baik-baik saja." Ucap wanita itu.
"Ya, terimakasih Bi!" Ucap Rey.
"Maaf kalau lancang tuan. Apa tuan sudah memberi kabar ke keluarga nyonya Aisha?" Tanya Wanita itu.
"Belum. Saya tidak tahu harus bagaimana mengatakannya. Mereka menitipkan Aisha dengan baik waktu itu. Tidak tahu apa yang akan mereka lakukan saat mereka tahu bahwa aku tidak memperlakukan Aisha dengan baik." Jawab Rey.
"Kenapa tidak mencobanya, tuan? Nyonya Aisha sangat baik, kemungkinan besar keluarganya juga sama seperti nyonya. Tuan bisa menceritakannya pelan-pelan. Siapa tahu keluarga nyonya bisa membantu untuk mencari keberadaan nyonya Aisha. Atau mungkin malah nyonya ada di rumah mereka." Kata wanita itu.
"Kalau begitu, bibi ikut saya bersama Rafka. Walau bagaimana pun saya memang harus melalui ini semua. Saya tetap harus bertanggungjawab." Kata Rey.
"Baik. Tuan. Saya akan menemani anda dan tuan muda kecil kemanapun pergi." Jawab wanita itu.
"Bibi persiapkan dulu perlengkapan Rafka, setelah selesai tunggu di garasi depan. Kita berangkat hari ini juga." Ucap Rey.
"Baik, tuan." Jawab wanita itu.
Salah maupun benar, berani atau tidak. Rey memang tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Selama ini Aisha sangat baik dan tidak pernah menuntut apapun darinya. Ia justru menyulitkan wanita yang begitu baik padanya. Wanita yang seharusnya ia jaga dari ujung rambut sampai ujung kaki.
........
Rey, Rafka dan ARTnya tiba di rumah orangtua Aisha hanya dalam dua jam perjalanan. Rey dan yang lain disambut dengan baik oleh kedua keluarga membuat Rey merasa sedikit khawatir akan perubahan sikap mereka setelah mengetahui maksud kedatangan mereka. Kedatangan yang membawa kabar tidak menyenangkan.
"Lo, Aisha mana, Rey? Kenapa tidak ikut?" Tanya Ibu Aisha. Rey terdiam. Ia tidak tahu harus memulai darimana. "Itu cucu kami?" Tanya Ibu Aisha menyadari sikap Rey yang terlihat bingung.
"Iya. Ini putra kami, ma." Jawab Rey.
"Ayo masuk! Kasihan pasti kalian sangat lelah." Ucap Ibu Aisha. Sementara Ayah Aisha hanya diam menunggu Rey menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Rey begitu berat mengatakan alasan Aisha tidak ikut bersama mereka. Malah membawa seorang pengasuh bersama mereka.
Mereka duduk di ruang tengah agar lebih santai dan Rey bisa mengatakan apa yang ingin ia sampaikan.
"Rey, kamu belum menjawab pertanyaan ibumu. Dimana Aisha?" Tanya Ayah Aisha akhirnya buka suara.
"Saya minta maaf, ayah, ibu!" Ucap Rey pelan. Tampak di raut wajah Rey yang kebingungan seperti merasa bersalah.
"Katakan, Rey!" Desak ayah Aisha.
Akhirnya Rey hanya bisa pasrah dan menceritakan yang sebenarnya. Mulai dari pernikahannya dengan Rena hingga hilangnya Aisha. Keluarga Aisha tentu merasa kecewa,namun hal itu tidak akan memutuskan masalah. Yang harus mereka lakukan adalah saling bekerja sama untuk mencari Aisha.
"Ini semua kecelakaan, tidak ada yang tahu bagaimana rencana Tuhan terhadap nasib seseorang. Sebaiknya kita bekerja sama untuk sama-sama mencari Aisha." Ucap Ayah Aisha.
"Sekali lagi maafkan saya. Saya tidak menyadari siapa yang baik dan siapa yang tidak. Selama ini Aisha selalu memperlakukan saya dengan baik namun saya tidak pernah melihatnya. Saya terlalu buta untuk melihat kebaikan Aisha." Ucap Rey penuh penyesalan.
"Cukup! Tidak perlu minta maaf lagi, semua tergantung bagaimana Aisha nanti. Kita semua berharap Aisha dapat segera ditemukan." Kata Ayah Aisha. Rey menganggukkan kepalanya sambil terdiam. Ia memperhatikan wajah Rafka yang semakin hari semakin mirip dengan Aisha. Kenapa ia tidak menyadari ini sebelumnya?
"Biar Rafka bersama ibu. Kamu dan Bibi pergilah ke kamar tamu untuk beristirahat. Ada dua kamar kosong di rumah ini." Ucap ibu Aisha.
"Baik. Terimakasih Bu!" Ucap Rey.
"Ya, anakku." Jawab Ibu Aisha.
Hati Rey seperti teriris mendengar ucapan demi ucapan yang ibu Aisha ucapkan. Pantas saja Aisha begitu lembut dan baik, semua itu ia dapatkan dari keluarganya. Andai ia bisa mengulang semuanya dari awal, Rey berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang membuat dirinya harus kehilangan Aisha seperti saat ini.
.......
Bersambung ...