NovelToon NovelToon
Rain : Losing Us 2

Rain : Losing Us 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / CEO / One Night Stand / Enemy to Lovers / Barat
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Angelo, yang selalu menyangkal kehamilannya, melarikan diri setelah mengetahui bahwa ia mengandung anak Maximilliam, hasil hubungan semalam mereka. Ia mencari tempat persembunyian terpencil, berharap dapat menghilang dan menghindari konsekuensi dari tindakannya. Kehamilan yang tak diinginkan ini menjadi titik balik dalam hidupnya, memaksanya untuk menghadapi kenyataan pahit dan melarikan diri dari masa lalunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

It happens again.

Jacob tiba di pusat perbelanjaan dimana Angelo berada, mobil Janet yang mengkilap terparkir gagah. Angelo telah memintanya untuk menemani Nick, sahabatnya yang sedang patah hati, ke sebuah tempat hiburan malam. Misi Jacob sederhana: menjadi pendamping, bukan teman minum.

"Tapi ingat, kau jangan minum. Sekalipun setetes. Cukup temani dia. Jika kau menyentuh minuman, jangan harap kau akan hidup esok hari," Ancam Angelo, suaranya dingin dan tegas, matanya menyiratkan bahaya. Udara sore terasa menegangkan.

"Ya, ya, ya... aku tidak akan minum satu tetes pun," jawab Jacob, sedikit gemetar. Ancaman keponakannya itu bukan gurauan. Dia mengenal Angelo, dan tahu betul konsekuensinya.

Angel masuk ke mobil Janet, sebuah sedan mewah berwarna merah marun. Mereka bertukar mobil agar Jacob bisa membawa mobilnya sendiri. Namun, belum sampai semenit Angelo duduk nyaman di dalam kabin beraroma parfum yang menyengat, ia sudah merasakan mual yang hebat. "Huek..." Ia buru-buru keluar, tubuhnya limbung, dan memuntahkan isi perutnya. Hanya air bening yang keluar, namun rasa mualnya tak tertahankan.

Jacob dan Nick, yang baru saja akan masuk ke dalam mobil, langsung menghampiri Angelo dengan panik. Wajah Nick yang biasanya ceria kini tampak pucat. Wajah Jacob juga menunjukkan kekhawatiran. Bau parfum yang menyengat dari mobil Janet masih tercium jelas di udara.

"Aku... aku tidak apa-apa. Hanya sedikit mual," kata Angelo, berusaha tersenyum lemah, wajahnya masih pucat pasi. Rambutnya yang panjang terurai, menambah kesan lemahnya.

Nick dengan sigap memberikan sebotol air mineral kepada Angelo. Wanita itu langsung meminumnya hingga setengah botol, menghirup udara segar sore itu dengan dalam. Setelah rasa mualnya mereda sedikit, Angelo melemparkan kunci mobil Janet kepada Jacob. "Aku tidak bisa menggunakan mobil Janet. Parfumnya... membuatku sangat mual," ucapnya, suaranya masih sedikit serak. Aroma parfum itu, bagi Angelo, terasa seperti racun.

Jacob, wajahnya masih dipenuhi kekhawatiran, menyerahkan kembali kunci mobilnya. Kedua pria itu bergegas masuk ke dalam mobil, meninggalkan Angel yang masih tampak pucat di area parkir pusat perbelanjaan yang ramai. Suara mesin mobil menghilang di antara deru kendaraan lain.

Setelah memastikan mobil Jacob dan Nick lenyap dari pandangan, Angelo masuk kembali ke gedung, langkahnya tegap dan penuh tujuan. Ia menemui seorang manajer, pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih, di ruangannya yang luas dan ber-AC. Angelo meletakkan sebuah kartu nama elegan di atas meja, kartu nama yang tercetak dengan nama Theodore—nama yang menyimpan banyak arti bagi Angelo. "Anak buahku akan memastikannya, jadi... jangan berpikir untuk membuat kecurangan," katanya, suaranya tenang namun penuh otoritas. Mata Angelo tajam, menatap manajer itu tanpa berkedip.

"Kau tenang saja, aku akan memberikan bonus yang pantas jika pekerjaanmu sudah selesai," lanjut Angelo, senyum tipis tersungging di bibirnya. Ia berlalu pergi, meninggalkan manajer itu yang tampak sedikit tertekan.

Di parkiran, Angelo menemukan tiga orang anak buah Theodore—pria-pria kekar dengan tatapan waspada—sudah menunggunya. Mobil-mobil mewah terparkir berjejer, menciptakan deretan lampu yang menyilaukan di bawah lampu sorot parkir. Angelo menunjuk deretan mobil itu dengan jari lentiknya. "Kalian, catat semua plat nomor ini, dan cari tahu siapa pemiliknya. Catatan hanya mobil yang terkena dampaknya, yang lainnya tidak perlu dicatat," perintah Angelo, suaranya tegas dan lugas. Udara sore terasa dingin, namun aura Angelo memancarkan kehangatan yang cukup untuk membuat anak buahnya merasa tenang.

"Baik, Nona," jawab mereka serentak, suaranya kompak dan disiplin.

Ketiga pria itu langsung bekerja, mencatat plat nomor dengan cekatan. Angelo duduk di dalam mobil Janet, mengawasi mereka dari balik kaca mobil yang gelap, menunggu hingga pekerjaan itu selesai. Ia tampak tenang, namun sorot matanya menunjukkan ketegasan dan kecerdasan yang terselubung.

Pekerjaan mereka selesai dengan efisiensi yang mengejutkan. Angelo keluar dari mobil, langkahnya ringan namun penuh percaya diri. Ia mendekati ketiga anak buah Theodore yang berdiri tegap, laporan mereka sudah siap. Angel mengeluarkan beberapa kartu nama showroom mobil mewah dari tasnya—kartu-kartu itu tampak elegan dan mahal. "Berikan kartu ini pada pemilik mobil yang rusak, minta mereka datang untuk mengambil mobil pengganti yang mereka inginkan. Jika kalian mau, ambillah sebagai bayaran dariku," kata Angelo, suaranya tenang, namun isyarat dalam kata-katanya menunjukkan kekuasaan. Bau mesiu samar-samar tercium di udara.

Salah satu dari ketiga pria itu menerima kartu-kartu tersebut dengan hormat. "Baik, Nona," jawabnya.

"Lakukan sekarang," perintah Angelo, matanya tajam menyapu area parkir.

Salah satu anak buah Theodore mengangguk, tangannya meraih sebuah alat pengontrol kecil yang tersembunyi di balik jaketnya. Ia menekan tombol kecil itu dengan tenang. Detik berikutnya…

Boom!

Ledakan dahsyat mengguncang area parkir. Mobil mewah yang pernah menjadi milik Nick, kini dikendarai oleh kekasih yang telah berkhianat, meledak dalam seketika. Api berkobar hebat, menjilat bodi mobil hingga hangus. Angelo, dengan ekspresi dingin dan tanpa penyesalan, menyaksikan mobil itu hancur lebur. Ia tidak sudi mobil mewah itu dinikmati oleh wanita yang dianggapnya tidak tahu diri.

Ledakannya sangat besar, gelombang kejut terasa hingga ke gedung pusat perbelanjaan. Bukan hanya mobil target yang hancur, beberapa mobil di sekitarnya ikut terbakar dan meledak, menciptakan pemandangan chaos yang mengerikan. Asap hitam membubung tinggi ke langit malam, menandakan kekacauan yang telah diciptakan Angelo. Area parkir yang tadinya tenang, kini berubah menjadi medan perang mini yang mengerikan.

. . .

Angelo kembali ke kediaman McKlaine saat hari telah larut malam. Keheningan menyelimuti rumah besar itu, hanya suara jarum jam yang terdengar nyaring di tengah kesunyian. Ia melangkah masuk, langkahnya tenang namun terkesan lelah.

"Kau sudah kembali, Angelo?" Suara Janet tiba-tiba memecah kesunyian, membuat Angelo tersentak. Janet muncul dari balik pintu ruang tamu, wajahnya tampak khawatir.

Angelo langsung mengerutkan hidungnya, aroma parfum Janet yang menyengat menusuk indra penciumannya. "Menjauhlah dariku!" suara Angelo tajam, membuat Janet tersentak kaget. Ia mengira Angelo masih marah kepada nya.

"Angelo, aku minta…" Janet mencoba menjelaskan, namun Angel memotongnya.

"Bisakah kau mengganti parfummu? Aku tak menyukainya, itu membuatku mual," kata Angelo, suaranya tegas namun terdengar sedikit lelah. Ia mengusap pelipisnya, seakan menahan rasa sakit kepala.

Janet menatap Angelo sejenak, lalu senyum lega merekah di wajahnya. Prasangka buruknya sirna. "Bisa… aku bisa menggantinya demi kau dan calon keponakanku," seru Janet, suaranya penuh antusias. Ia tampak gembira karena kesalahpahaman telah teratasi.

Angelo hanya mengangguk kecil, "Aku akan pergi ke kamar," ucapnya, lalu perlahan menaiki tangga menuju lantai atas. Langkahnya masih tampak lelah, namun terlihat lebih tenang.

Janet mengangguk, mengirimkan senyum hangat kepada Angelo. "Selamat beristirahat, calon kakak ipar," bisiknya pelan, suara itu hampir tak terdengar, namun penuh kasih sayang.

Angelo membersihkan diri, bersiap untuk tidur. Namun, sebuah perasaan aneh mengusiknya. Ia menatap pintu kamarnya, mencari tanda-tanda kedatangan Maximilliam, yang selalu rutin mengunjunginya setiap malam. Ketiadaan Maximilliam menimbulkan kekosongan yang tak terduga. Dimanakah pria itu?

Angelo meraih ponselnya, ingin menghubungi Maximilliam. Namun, ia teringat satu hal—ia tidak memiliki nomor kontak pria itu. "Apakah dia masih menyelesaikan pekerjaannya?" gumamnya, suara itu terdengar lirih di keheningan malam.

Keinginan untuk tidur sirna. Angelo turun dari ranjang, mengambil jubah tidur sutra lembutnya, dan melangkah keluar kamar. Ia akan mencari Maximilliam, mungkin saja pria itu berada di ruang kerjanya di lantai tiga.

Lantai tiga kediaman McKlaine telah gelap gulita. Semua penghuni rumah telah beristirahat. Angelo sampai di depan pintu ruang kerja Maximilliam. Ia ingin menguping, mencari tanda-tanda kehidupan di dalam. Namun, kesunyian mencekam. Ia lupa, ruangan itu kedap suara.

Angelo mencoba membuka pintu. Tidak terkunci. "Max…" panggilnya, melongokkan kepala ke dalam ruangan remang-remang itu. Hanya cahaya lampu meja yang menerangi sebagian kecil ruangan.

Angelo masuk ke dalam. "Max…" Entah mengapa, malam ini ia merasa tak bisa tidur tanpa kehadiran Maximilliam. Perasaan gelisah menggerogoti hatinya.

Tak ada jawaban. "Max, apakah kau di sini?" panggil Angelo lagi, suaranya sedikit lebih keras. Beberapa saat kemudian, Maximilliam muncul dari kamar mandi kecil yang tersembunyi di sudut ruangan.

Pria itu tampak limbung, langkahnya sempoyongan. Angelo dengan sigap menangkap tubuh Maximilliam yang hampir jatuh. "Max, ada apa denganmu?" tanya Angelo, kekhawatiran terpancar dari suaranya. Ia mengira Maximilliam kelelahan karena bekerja terlalu keras.

"Angelo…" Maximilliam memanggil namanya, suaranya serak dan terdengar aneh.

Bau alkohol menyengat hidung Angelo. Ia menatap Maximilliam tajam. "Kau mabuk?!" suaranya meninggi, kecewa dan marah bercampur menjadi satu.

Maximilliam, dengan gerakan tiba-tiba, menangkup wajah Angelo, mencium bibirnya dengan penuh gairah, ciuman yang penuh dengan aroma alkohol dan sesuatu yang lebih gelap.

1
Reka Cantika
luar biasa
Reka Cantika
lagi dong Thor
Noey Aprilia
Bguslh kl max yg yg mnglaminya,biar bumil sntai aja....lgian kn udh bwa baby kmn mna,mualnya buat bpknya baby....
Noey Aprilia
Mnjauh smntra,mngkn lbih baik buat angelo....apa lg ada ssrorng yg sllu ada d smpingnya....biarlh orng yg udh bkin dia sdih,mnrima hkumannya.....
Noey Aprilia
Wjar sih kl angelo jd stress,scra mntalnya pst trgnggu krna kta2 mreka....
tmbh lg trauma msa lalu,pst bkin dia mkin down....mga aja max bsa bkin dia lbh smngt.....
Reka Cantika
lanjut lagi
Noey Aprilia
Pntsn angelo mrah,dia trauma trnyta.....
lgian,udh ada ank sndri knp mlah adopsi????sukur2 kl ga iri pas udh dwsa,kl iri kn mlah bhya....
Reka Cantika
lanjutkan
Noey Aprilia
Yg d perut aja blm kluar,mlah mau ngadopsi ank orng...urus ankmu dlu lh...
Reka Cantika
lanjut lagi Thor
Noey Aprilia
Abs tu siap2 kna gmpar angelo,trs gas bleh dkt2 lg apa kg bbo bareng....spa sruh pke mbuk sgla.....
Noey Aprilia
Angelo sllu pnuh kjtan....
jgn blng kl goerge d jbak skretarisnya pke ssuatu,trs dia tau dn nyri istrinya????
tp mmdingn gt sih,drpd jd skandal....
Reka Cantika
lanjutkan lagi
Noey Aprilia
Jd gmna pnggilan buat mreka y????
kl angelo nkah sm max,brrti janet jd adik ipar....tp kn janet bkln nkah sm jacob,pdhl jacob pmannya angelo....
🤔🤔🤔
SamdalRi: Dipikir², aku tidak kepikiran /Facepalm/
total 1 replies
Reka Cantika
lagi dong Thor
Noey Aprilia
Bagooossss......
ppet trs smp angelo brsdia buat nkah sm max.....
Reka Cantika
lanjutkan lagi
Noey Aprilia
Kaaaannnn....bnr....
janet bbo bareng sm jacob...enth bgaimna smp mreka bs brsma,mngkn krna trbwa suasana....
Reka Cantika
lanjutkan
Noey Aprilia
Alamakkkk....
jgn2 janet bno bareng sm jacob?????
SamdalRi: /Sly/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!