NovelToon NovelToon
The Secret Of Possessive Man

The Secret Of Possessive Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:849
Nilai: 5
Nama Author: Citveyy

Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.

Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.

Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 16 Rindu

Akhir-akhir ini Devan di sibukkan karena di semester 5 ini ia harus mengusahakan dirinya sudah ujian proposal. Target kuliahnya itu tiga tahun setengah karena setelah lulus nanti ia sudah bertekad ingin mempersunting Vanya.

Dua hari ini juga Devan tidak ketemu Vanya. Mereka berdua hanya Video Call sebentar saja karena Vanya yang memaksa Devan fokus pada ujiannya nanti.

Bohong kalau Devan tak rindu pada gadis cerewet itu. Setiap ia belajar tak pernah ia lepaskan memikirkan Vanya.

"Kapan gue lulus sih," Dengusnya menyugar rambutnya kasar.

"Pokoknya kalau nanti gue nikah sama Vanya gue mau nikahannya yang mewah. Vanya kan suka Cinderella tuh. Nanti Vanya pake baju kayak Cinderella terus gue pake baju kayak pangeran dan kita berdua dansa. Ih romantis banget anjing!"

"A....kangen!"

Tok-tok

Suara ketukan dari pintu depan membuat fokus Devan yang sedang belajar di ruang tamu teralihkan. Ia segera beranjak dari duduknya kemudian berjalan menuju ke depan.

"Siapa?"

"Ada pesanan buat anda."

"Dari siapa?"

"Maaf Mas, saya gak bisa kasi tahu. Kalau gitu saya pamit."

"Eh,eh. Woi!"

Devan memandang kantong putih yang ia pegang. Tanpa berniat ingin tahu apa isinya ia segera membuangnya ke tong sampah. Ia selalu mendapatkan pesanan misterius ini tiba-tiba dan Devan rasa orang yang mengirim adalah orang yang sama.

"Masih nekat aja tuh anak kirimin gue. Sudah di tolak secara terang-terangan tapi gak mundur juga. Ampun dah."

Devan kembali masuk ke dalam apartemennya. Ia mengambil laptopnya dan mengerjakan proposalnya.

"Sialan. Gue gak bisa kerja tugas kayak gini kalau gue lagi rindu sama si monyet."

"Sudah tidur gak ya?"

"Tapi kalau sudah tidur terus gue bangunin kan kasihan. Mana gue sudah janji lagi gak boleh nyamperin dia."

"Jalan pintasnya telfon aja."

Drttt

Devan menatap ponselnya. Ia tersenyum karena baru saja ia ingin menelfon gadis itu orangnya sudah menelfon. Sepertinya cewek itu juga rindu padanya.

"Halo gue sibuk nih."

"Serius. Ya... Ganggu dong."

Devan membisukan telfonnya setelah itu berteriak kesetanan karena salah tingkah mendengar suara Vanya. Pasti muka cewek itu lagi manyun-manyun pengen minta di cium.

"Gak kok. Ada apa?"

"Serius nih gak ganggu?"

"Enggak beby. Kenapa?"

"Gak ada apa-apa kok cuma nanya doang."

"Dih pasti nih anak rindu sama gue. Bilang aja kali."

"Dev."

"Hm."

Devan memegang pipinya yang bersemu karena merasa ia dan Vanya seperti orang yang berpacaran. Gak bisa-gak bisa pokoknya Vanya harus sembuhin rasa rindunya. Siapa suruh gak mau ketemu.

"Rindu."

Tuh kan. Devan dari awal sudah tahu kalau Vanya tuh rindu padanya. Waktu Devan ke jakarta saja cewek itu selalu merengek mengatakan rindu tapi Devan lebih-lebih suka merengek sih. Keduanya sama-sama aja sepertinya.

"Sama. Gue rumah lo sekarang mau?"

"Jangan! Ini sudah tengah malam Dev."

"Yaudah."

"Selesain proposal lo. Jangan sibuk mulu ngurusin gue."

"Kok ngomong gitu?" Tanya Devan tak suka. Ini bukan pertama kalinya Vanya mengatakan ini tapi walaupun itu ia masih tetap tak suka.

"Karena...takutnya waktu berharga lo terbuang sia-sia kalau lo terus ngurusin gue."

Vanya berbicara secara lirih membuat Devan kesal campur sedih. Vanya itu tidak enakan makanya Devan suka marahin gadis itu.

"Lo juga waktu berharga gue."

Terjadi keheningan tiba-tiba di antara mereka berdua. Vanya tak membalas pernyataan Devan dan malah memilih diam.

"Bdw lo sudah makan kan?"

"Belum."

"Lah kok belum makan?"

"Maksudnya?"

"Harusnya kan sudah. Kan gue kirim makanan ke apartemen lo."

Mati sudah.

•••

Devan menatap makanan yang sudah ia ambil dari tempat sampah tadi. Setelah Vanya mengatakan kalau makanan itu ia yang buat Devan langsung mematikan telfonnya sepihak. Untung saja Vanya tidak tahu kalau makanannya ia buang, kalau tidak, bisa jadi masalah.

"Untung aja gak ada yang ambil."

"Panasin aja kali ya."

Devan memanasi makanan tersebut. Sambil menunggu ia terkekeh pelan membayangkan bagaimana jadinya jika Vanya tahu kalau ia sempat membuang makanan ini. Pasti gadis itu akan mengomelinya dan mendiaminya.

"Gini nih kalau suka Overthingking. Dosa gue sama si Lamia."

Setelah di rasa sudah cukup waktunya Devan langsung memindahkan makanan yang sudah ia panasi pada piringnya.

Vanya membawa makanan sob Ayam kesukaan Devan dengan ikan Nila saos padang. Tanpa menunggu berlama-lama Devan langsung memakannya.

Sial. Andai saja Devan tahu kalau Vanya yang membawanya pasti ia tidak akan lama memakan makanan kesukaannya ini.

"Enak banget anjir. Ini mah sudah melebihi kapasitas nilai kandidat calon istri gue."

"Gara-gara si Lamia nih gue jadi selalu Overthingking. Awas aja lo tukang caper."

•••

Banyak yang mau berteman dan dekat dengan Vanya tapi entah mengapa ia lebih nyaman berteman dekat dengan Anis. Anis itu selalu serius dan gak bisa membedakan mana yang bercanda mana tidak. Makanya Vanya suka berteman dengan Anis. Vanya seperti melihat Malika yang polosnya minta ampun.

Mereka berdua saat ini berada di kantin di depan Fakultas teknik. Mereka dengar banyak makanan enak di sana dan memang makanannya enak-enak semua.

"Miko masih sering Chat lo?"

"Iya. Dia juga ngajakin gue jalan tapi jawabnya gak bisa soalnya banyak tugas."

"Bagus. Lo harus jauh-jauh sama tuh anak. Dia itu playboy dari jaman SMA.  Dia juga mantan sahabat gue dan selalu ngejar pengen balikan."

"Dari penampilannya sih. Gue juga gak baper sama dia walaupun beberapa hari ini dia suka kirim surat dan makanan ke rumah gue."

"Serius?" Tanya Vanya meminum minumannya karena kaget.

"Iya. Gue takut banget kalau ayah gue sampai tahu. Dia itu gak bolehin gue pacaran, dia maunya gue harus fokus kuliah dulu."

"Gitu ya punya Ayah seorang abdi negara?"

"Iya. Ayah tuh aslinya baik cuma ya...tegas. Jadi gue sama adik gue takut bantah dia."

Cerita Anis berlanjut begitu saja. Vanya merasa ngeri mendengar cerita Anis soal ayahnya yang jadi seorang abdi negara.

Anis menceritakan bahwa ketika ia duduk di bangku SMP kelas 2 ia sempat terlibat perkelahian dengan teman kelasnya. Alhasil Anis dan temannya mendapatkan surat panggilan orang tua tapi Anis tak memberikan pada kedua orang tuanya dikarenakan ia takut.

Besoknya Anis di marahi habis-habisan oleh guru Bk karena tidak membawa orang tuanya. Ia juga di sudutkan oleh orang tua temannya membuat Anis tidak bisa apa-apa. Tapi tiba-tiba orang tua Anis datang dan duduk di Ruang BK.

"Siapa yang bawah meraka ke sekolah?"

"Dia tahu sendiri karena Bunda gak sengaja dapat undangan surat panggilan itu di atas meja. Dan lo harus tahu. Mereka pas lihat Ayah langsung takut karena Ayah pada saat itu pakai baju tentara. Ayah juga marah sama mereka karena hanya menyalahkan gue padahal kan teman gue juga salah."

"Ya...lotoy. Giliran ada Ayah lo mereka takut. Hu....dasar," Cibit Vanya.

Drt...drt....

Meraka berdua mengalihkan tatapanya dari ponsel Vanya. Anis mengernyit saat melihat siapa yang menelfon itu. Sedangkan Vanya langsung mengangkatnya begitu saja.

"Halo kak."

"Hai Vanya. Gue mau tanya soal tugas lo. Tugasnya sudah selesai gak?"

"Sudah kak. Makasih banyak ya atas bantuannya tadi malam."

"Sama-sama Vanya. Kalau butuh bantuan call gue aja ya. Gue siap bantuin lo kapan pun itu."

"Iya kak. Sekali lagi makasih ya. Nanti gue traktir deh kalau Kak Lamia sudah gak sibuk."

"Gampang itu mah. Yaudah gue tutup dulu ya. Bay."

"Bay kak."

Anis yang sejak tadi menyimak percakapan antara Vanya dan Lamia jadi sedikit mengerti. Jadi Lamia membantu Vanya menyelesaikan tugasnya itu kesimpulannya tapi pertanyaanya kapan meraka sedekat itu.

"Kak Lamia bantuin lo?"

"Iya dia bantuin gue cari referensi tugas Statistik dan bantuin gue tadi malam kerjain tugas Akuntansi yang gue gak paham. Baik banget kan dia."

Anis hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Vanya. Terdiam sejenak karena merasa ada yang aneh.

"Kapan kalian dekat?"

"Waktu lo izin dua minggu yang lalu. Gue ketemu sama dia di perpustakaan. Kalau lo butuh bantuan gue bisa Call Kak Lamia kok."

"Eh gak usah. Gue minta bantuan sama yang lain aja."

"Kok gitu? Kak Lamia baik loh."

"Iya tahu Kak Lamia baik. Tapi aneh aja tahu dia langsung pengen bantuin lo."

"Aneh kenapa?"

Duh. Anis bingung mau menjelaskan bagaimana. Dia tidak mau Vanya menganggap kalau ia bercerita jelek tentang Lamia.

"Mm....Kak Lamia ada gak cerita soal Kak Devan?"

"Loh kok langsung ke Devan?"

"Miko pernah cerita kalau lo tahu Kak Lamia suka sama Kak Devan. Benar kan?"

"Iya. Terus?"

"Siapa tahu kan Kak Lamia tanya-tanya soal Kak Devan sama lo. Secara kan lo sahabat Kak Devan jadi pasti dia mau cari tahu soal Kak Devan sama lo."

"Gak pernah tuh. Kita berdua cuma bahas tugas aja."

"Oh gitu ya."

"Iya."

"Tapi gue curiga sama dia Vanya."

1
Istiy Ana
Perempuan tuh butuh kepastian Dev, lebih baik nyatakan ke Vanya apapun yg terjadi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!