NovelToon NovelToon
Senandika Renata

Senandika Renata

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Angst / Romansa / Bad Boy / Bullying dan Balas Dendam / Slice of Life
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: YuanYen

Renata tuli, dan itu sudah cukup menjadi alasan mengapa dirinya di jauhi se-antero Amarta.

Tapi pemuda itu, Maleo, tidak berpikiran demikian. Ia justru menganggap Renata...Menarik? Tanpa alasan, seperti itulah Maleo.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuanYen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. The Issue

Kebahagiaan itu melingkupi hati hingga dua tahun kemudian. Seseorang mengambil Indira dari panti, memisahkannya dengan Maleo.

...•••...

...Selamat Membaca!...

...⚠️Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam Bahasa Jawa⚠️...

...•••...

"Mana Indira?" Ujar Maleo kecil lugu, saat itu usianya baru saja menginjak dua belas tahun. Sedikit mengerti tentang kondisi perempuan yang selama ini ia puja.

Budhe Susi tersenyum kecut, ia menghampiri sesosok bocah yang telah ia anggap sebagai cucu.

"Tapi Maleo mboten pareng mbrengut, nggih?" [Tapi Maleo tidak boleh sedih, ya?]

Maleo mengangguk, sesungguhnya, bocah itu telah memikirkan berbagai macam kemungkinan yang akan terjadi.

Wanita tua itu mengambil napasnya sejenak. "Maleo," ia menepuk bahu Maleo, seolah meneguhkannya. "Indira sudah tidak di sini lagi."

Tidak ada yang mengetahui isi benaknya saat itu. Sebab alih-alih menangis, bocah itu justru mengangguk, merekahkan senyumnya lantas pergi berlarian di antara ilalang bersama anak-anak panti seolah tak terjadi apa-apa.

"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Setidaknya itu yang selama ini keduanya jadikan alasan untuk saling melupakan. Semenjak saat itu, terdapat perubahan signifikan dari bocah bernama Maleo.

Jika dahulu ia termasuk seorang anak yang penurut, maka sejak Indira meninggalkannya, ia menjadi jauh lebih bandel. Hingga beberapa kali Erlangga mengaku lelah sebab tingkah sang anak, tapi belum memberi teguran keras untuknya.

Pertemuan dengannya dan Renata pula tidak direncanakan. Saat itu ia berniat untuk duduk di pinggiran balkoni gedung baru, meski akhirnya nekat memanjat atap gudang yang tingginya hanya dua meter, sebab ketahuan guru sedang membolos.

Menurutnya, Renata ialah seseorang yang harus dikasihani. Walau ia tidak mengatakannya secara langsung, tanpa sadar sesuatu timbul di hatinya selama bersama si gadis tunarungu.

Tetapi ternyata dunia begitu sempit, saat menyadari perasaannya. Bertepatan dengan kepindahan seorang kakak kelas ke sekolahnya. Awalnya sih ia tidak menyadari, namun ketika pelantikan anggota PMR ia sadar sesuatu....

Dirinya dan Indira tidak pernah benar-benar berpisah.

"Maleo?"

Suara manis yang selamat ini ia gadang-gadang akhirnya terdengar jua. Gadis itu mendekap pemuda dihadapannya erat, seolah tidak ingin perpisahan datang menghampiri keduanya lagi.

Setidaknya itulah perasaan Indira.

Namun bagaimana dengan pemuda yang telah menaruh harapan di lain hati?

Tidak, ini terasa salah. Seharusnya kini Maleo memberikan bunga ini kepada Renata, seharusnya kini keduanya telah berbahagia bersama-sama.

"Aku merindukanmu, Maleo." Bisiknya, yang mampu Maleo dengar.

Indira terisak, Maleo perlahan meluluh. Ia mengusap punggung rapuh itu, berusaha memberikan ketenangan seperti apa yang gadis itu berikan beberapa tahun silam.

"Aku juga."

Maleo paham, tidak ada yang dapat meneguhkan hatinya selain Indira.

Tidak ada yang memberikannya kenyamanan selain Indira.

Tidak ada yang ia rindukan selain Indira.

Dan semuanya memperjelas bahwa...

Ia mencintai gadis itu baik di masa lampau, saat ini, maupun esok. Maleo mencintai gadis itu, selama kakinya masih berpijak di atas bumi, dan langit belum runtuh.

Tapi apakah benar?

Indira tidak mengerti, bukankah seharusnya sikap pemuda itu melembut?

Bukankah seharusnya ia tidak lagi bimbang?

Kalau benar Maleo mencintainya, seharusnya ia berada di sini, saat Indira terpuruk kan?

Persetan!

Gadis itu meraih gawainya, ia memijit tombol-tombol yang berada di sana. Layar menunjukkan bahwa ia tengah memanggil seseorang, setelah akhirnya diangkat dan yang diseberang mulai bersuara.

"Gue terima tawaran lo." Putus gadis tersebut. "Tapi jangan bawa-bawa gue kalo lo ketahuan." Finalnya, lantas mematikan telepon yang tadi sempat berdering beberapa kali.

Indira tidak mengerti, siapa dia sebenarnya?

Mengapa ia seperti ini?

Tapi keputusan tetaplah keputusan, dan ia tidak peduli dengan segala konsekuensi nantinya. Mungkin belum berpikir.

...•••...

Rembulan bersinar jauh lebih terang dibanding hari-hari sebelumnya, purnama yang sungguh menakjubkan bagi setiap insan yang memandang.

Di antara keramaian, seorang gadis berjalan jauh lebih cepat dibanding pacuan jantungnya. Gadis itu, Renata, sesekali menabrak salah satu dari kerumunan.

Cicit jangkrik bersahutan, sama seperti percakapan yang kian menyerbu. Meski demikian, Renata tidak dapat mendengarnya. Tentu sebab alat bantu dengarnya yang entah kemana.

Beberapa menit yang lalu, alat itu masih bertengger di telinganya. Tapi Renata tidak tahu, mungkin saja ada seseorang yang mengambilnya? Atau memang ia lupa?

Karena seingatnya, setelah kerja kelompok di apartemen James. Ia masih dapat mendengar, namun ketika ia ketiduran di perpustakaan sekitar sini, ia merasa sunyi.

"Aneh." Batinnya.

Kaki itu terus melaju, memecah kepadatan trotoar kota. Beberapa menit lagi bus terakhir telah tiba, dan bila ketinggalan, mungkin Renata akan merepotkan James lagi. Renata tidak mungkin menelpon Maleo, mengingat hubungan keduanya yang renggang. Pula dompet yang hanya tersisa selembar dua ribu.

Renata menengok kanan kiri. Merasa aman, ia akhirnya menyebrang guna meraih halte itu.

Dari sisi kanan. Sebuah mobil bak terbuka semakin mempercepat lajunya.

Tanpa aba-aba, mobil itu menabrak tubuh seorang remaja.

Seluruh mata mengalihkan atensi. Tubuh yang kini terdampar pada sisi jalan nampak bersimbah darah, sementara sang pengemudi kembali melajukan mobilnya tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Seseorang menyeringai, namun hatinya gelisah.

Tangan itu bergerak, lagi-lagi menekan layar tersebut. Menelepon seseorang yang berada nun jauh di sana.

"Maleo."

...•••...

Derap langkah kaki bergema di antara lorong-lorong sepi rumah sakit. Jantung pemuda bersurai legam itu seakan berdetak lebih cepat dibanding biasanya. Peluh membanjiri tubuhnya, kala seseorang menyapa pandangannya, Maleo lantas menarik kerah pemuda yang tak lain bernama James tersebut. Ia melayangkan tangannya yang terkepal, guna memberi pelajaran pada orang itu.

"Maleo, tenang, ini rumah sakit." Indira berusaha memadamkan bara dalam hati pemuda itu.

"Gimana aku bisa tenang, Ndir? Dia celaka, dia sakit, kalo bukan karena orang itu-"

Maleo menunjuk James tepat didepan muka.

James hanya tertunduk, bukan takut, tapi merasa bersalah sebab membiarkan gadis itu pulang sendiri malam-malam.

"Maleo," lagi, Indira memanggilnya lagi.

"Tenang, oke? Renata kuat, dia pasti bisa. Kesayanganmu itu engga akan mati semudah itu." Ujar Indira, ia memelankan kata 'kesayangan' sebab tidak rela kalau Maleo benar-benar memuja gadis itu.

"Ndir.." lirih Maleo, menangkap sinyal kecemburuan Indira.

Indira menggenggam tangan dingin pemuda tersebut. Kemudian membawanya dalam dekapan hangat, sama seperti tiga tahun silam.

"Maaf.."

"Maaf, Maleo."

Indira berkata di sela-sela pelukan. Seolah doktrin, ia mengucapkannya berkali-kali, membuat rasa curiga kembali merajai pemuda tersebut. Namun ia pendam sebab situasi yang tidak tepat.

"Maaf, Maleo."

...•••...

Di bawah remang-remang cahaya, jubah hitam menyapa pandangan. Beberapa orang tengah berkumpul melingkari meja bundar. Seorang supir yang biasanya mengantarkan barang-barang bangunan tampak tersenyum senang, ia baru saja akan mendapatkan jackpot.

Percakapan itu hampir sulit di dengar, kecuali suara meja yang dipukul, serta raut memerah supir itu.

"Apa-apaan! Aku bertaruh nyawaku sendiri, dan kau hanya memberiku 5 juta?!'' Protes supir itu.

"Lima juta, lima juta!" Suara cempreng burung kakak tua menyapa, memperkeruh suasana mencekam di hati sang supir.

"Take it, or leave it?" [Terima atau tinggalkan?]

Supir yang telah merasa dirugikan, kini beranjak untuk pergi.

"Aku akan melaporkan kau ke kantor polisi!" Ucapnya, tentu diakibatkan rasa kekecewaan, pula kalut oleh amarahnya.

Belum sempat sang supir keluar, ia merasakan sesuatu menusuk kepalanya terlebih dahulu. Seperti samurai yang menebas buah semangka. Raga itu terpisah dari inangnya, berceceran darah seolah-olah itu hal yang lumrah.

"Good bye, good bye!" Beo burung tersebut.

...•••...

1
Rania Venus Aurora
Hallo..semangat ya../Smile/
YenYuanTyan: makasih/Smile/
total 1 replies
Galint
Ceritanya benar-benar menyenangkan, ada suka dan ada sukanya.. jadi nyaman banget🌹
Galint
plis jangan buru-buru tamat, ini lucu/Smile//Smile/
Galint: kayanya haruss
YenYuanTyan: mungkin aku tambahin extra chap kali yaa/Sly/
total 4 replies
Zhen Yi
saling support🤍🤍
YenYuanTyan: iyaa, semangat buat kamu ya cantikk/Hey/
total 1 replies
Verlit Ivana
'Kain beda rona' wuah aku suka padanan katanya. /Smile/
mamayot
salqm dari RAHASIA PANAS SANG DUDA
YenYuanTyan: okeiii habis tamat insyaallah aku baca ya sayangg /Smile/
total 1 replies
Alfaira
Hihiii semangat yaaa. Semoga rajinnya nular ✌🏻
YenYuanTyan: iya hihi, kamu juga semangat nulisnya yaaa
total 1 replies
YenYuanTyan
Bentar lagi bakal ada yang dapet karma/Sleep/
Neonaaaaa
lanjutt 🔥🔥
YenYuanTyan: udah kakak
total 1 replies
Alfaira
tiba2 bangett hamil 🙈
YenYuanTyan: Overthinking kakkk
total 1 replies
Neonaaaaa
semangat teruss🔥🔥
YenYuanTyan: huwaa makasihhh
total 1 replies
Serenarara
Gue juga seneng.../Tongue/
YenYuanTyan: kwkkwkwk Ashel kaptenn
total 1 replies
Serenarara
Heeii otak anda yah...mikirnya kejauhan...
YenYuanTyan: Renata: Maklum overthinking kak
total 1 replies
Serenarara
Aku takut...

Aku ingin bingar...
Aku mau di pasar...
Pecahkan saja gelasnya biar ramai!
Biar mengaduh sampai gaduh...
YenYuanTyan: plssss no word word
total 1 replies
Serenarara
Kulari ke gunung kemudian menyanyiku
Kulari ke hutan kemudian teriakku....
Serenarara
Ini karya pujangga bukan penulis.
YenYuanTyan: kamu lucu banget sihh kakkk
YenYuanTyan: wkwkkkw
total 2 replies
Serenarara
Benakku kini bagai untaian embun yang memasuki relung jiwa seorang petapa yang dahaga. Saya sendiri tidak mengerti artinya, tapi sungguh ini melenakan pembaca.

Bosan...aku dengan penat...
dan enyah saja kau pekat!
Seperti berjelaga jika ku sendiri...
Serenarara
Masih nggak ngerti yg di otak Maleo. Niat nolong gak sih?
Serenarara
Waduuw.... estetik bener kayaknya nih...
M.S
aku udah mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!