NovelToon NovelToon
Harta Karun Raja-Raja

Harta Karun Raja-Raja

Status: tamat
Genre:Romantis / Misteri / Tamat / Pemain Terhebat / Epik Petualangan / Persahabatan / Penyelamat
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Berdasarkan peta kuno yang dicurinya. Ayu mengajak teman-temannya untuk berburu harta karun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Betina Salah Pilih Jalan

Semuanya diam membisu,

              Tidak ada satu pun dari mereka yang tergiur untuk berbicara.

              Mereka berlima sedang merasakan sedih. Tim pemburu harta karun harus menerima kecewa.

              Rekap dari hari pertama yang berangkat sampai harus berbohong dan mengendap-endap. Bertarung mempertaruhkan keselamatan jiwa dalam setiap rintangannya.

              Setelah berhasil mencapai tempat yang dijanjikan. Harta karun belum juga terlihat.

              Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya kini terbaring pasrah. Mereka berlima rebahan sambil memandang langit-langit yang tertutup permukaan tanah.

              Sama seperti jalan pikiran mereka yang untuk sementara ini tertutup oleh situasi yang buntu. Mereka mengambil waktu untuk bersikap terserah.

              Sekarang ini diam dan menenangkan diri adalah jalan yang terbaik untuk dilakukan.

              Setelah semua yang dilalui sepertinya akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi dari sebelumnya untuk mengembalikan gairah para pemburu harta karun. Semangat mereka kali ini benar-benar kendur.

              Mau maju terbentur. Mau mundur juga terbentur.

              Di sela Ayu dan kawan-kawan yang sedang meratapi keadaan. Tiba-tiba ada sesuatu yang muncul dan mencuri perhatian mereka.

              Terdengar suara yang tidak asing di telinga mereka berlima.

              Tapi itu bukan suara dari perut mereka yang lapar yang sedari tadi sudah gaduh bersahut-sahutan.

              “Suara apa itu?”, benak mereka bertanya-tanya dan ingin mencari tahu.

              “Kok… kok… kok…”,

              “Kok… kok… kok…”,

              “Kalian dengar itu?”,

              “Suara apa itu?”,

              “Itu suara ayam betina yang berpetok”, jawab Emil yang langsung tahu karena di rumah keluarganya juga memelihara ayam.

              “Ayo kita cari”, Jono yang paling tergugah lekas berdiri. Diikuti oleh yang lainnya yang juga satu pemikiran.

              Dan memang benar. Itu adalah seekor ayam betina.

              Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya melihat dengan mata kepala mereka sendiri. Ayam itu sekarang ada di hadapan mereka.

              “Kok… kok… kok…”,

              “Kok… kok… kok…”,

Ayam hutan itu pasti tersesat karena salah pilih jalan sampai bisa masuk ke tempat ini. Entah apa yang unggas itu sedang perbuat.

Sekarang ayam betina berwarna kelabu itu harus berhadapan dengan kelima pemburu harta karun yang tengah berputus asa. Dan berbahaya.

Untuk ukuran ayam betina apalagi ayam hutan. Ayam kelabu di depan Ayu dan kawan-kawannya itu berukuran lumayan besar. Cukup lah untuk berlima.

Ayam hutan memang mempunyai keunggulan dengan kelincahan dan kecepatannya. Itu pasti akan menyusahkan Ayu dan teman-temannya.

Tapi yang namanya manusia pasti mempunyai akal bulus untuk melawan binatang yang hanya mengandalkan insting untuk bertahan hidup.

“Apa kalian memikirkan apa yang aku pikirkan?”, tanya Jono.

Mereka pun mengkhayalkan melihat ayam itu sudah dalam keadaan matang dan berbumbu.

“Yuk, kamu bisa masak ayam bakar kan?”,

“Tentu saja aku bisa”,

“Aku sudah tahu mau aku apakan ayam yang gemuk ini”, jawab Ayu yang juga sudah tidak tahan.

“Kok… kok… kok…”,

              “Kok… kok… kok…”,

Sementara si ayam betina yang tersesat itu menunjukkan sikap yang sama sekali tidak gentar. Dengan santainya si ayam melihat satu per satu lawan-lawannya.

Seolah-olah ayam hutan itu bilang;

“Ayo kalau bisa tangkap aku”,

“Maju kalau berani”, kata si ayam.

“Dalam hitungan ketiga kita serbu ayam itu”,

“Kita tangkap ayam itu”,

“Satu, dua, tiga”,

Ayu, Emil, Jono dan Cindy memburu ayam betina yang congkak itu.

Si ayam hutan pun dengan mudah menghindar dan berlari menjauh dari kejaran tangan-tangan para pemburu harta karun yang berusaha mencekalnya hidup-hidup.

“Kok… kok… kok…”,

              “Kok… kok… kok…”,

Tapi pelarian ayam betina itu cuma sebentar saja.

Si ayam akhirnya tertangkap oleh tangan dingin Arya.

Ayam hutan itu tidak pernah tahu kalau Arya adalah seorang atlet lari muda berbakat yang sudah berlomba di kejuaraan-kejuaraan sampai tingkat provinsi.

Arya lebih cepat dan lebih gesit dari ayam hutan yang sebentar lagi akan mati.

Arya menangkap ayam itu hidup-hidup dengan mudah.

*

Ayam Hutan Bakar,

              Emil dan Jono bertugas untuk menyembelih ayam dan mencabuti bulu-bulunya.

              Cindy dan Arya bertugas untuk mencari kayu bakar, daun-daun kering atau pun yang semacamnya.

              Sementara itu Ayu bertugas menjadi chef yang mencari bahan-bahan yang bakal ia gunakan sebagai saus untuk membumbui ayam yang hendak dibakar.

              Beberapa jam yang lalu sewaktu Ayu mengorek dan menggali tanah di tempat ini untuk mencari harta karun. Ayu menemukan tanaman dan tumbuh-tumbuhan asing yang dirasa bisa dijadikan sebagai bahan pengganti untuk bumbu-bumbu bercita rasa khas nusantara.

              Salah sendiri ayam betina itu salah pilih jalan. Ayam hutan itu masuk ke tempat yang salah.

              Manusia dalam keadaan terdesak adalah predator yang paling mematikan.

              Kerjasama tim yang kompak. Dari mulai menangkap ayam hutan sampai bergotong-royong untuk memasaknya.

Dan Ayu sebagai juru masak di Katering Emil tidak pernah tampil mengecewakan.

              Para pemburu harta karun sekarang bersama-sama tengah menikmati ayam bakar berbumbu yang sangat lezat.

              Tingkat kematangan yang sempurna. Luarnya renyah, lembut dan juicy di dalam.

              “Ayam ini enak sekali”,

              “Ini ayam bakar terbaik yang pernah aku makan”,

              “Bumbu apa ini Yuk?”,

              “Ini lebih lezat dari yang biasa kamu masak untuk katering”, tanya Emil.

              “Aku memakai apa yang bisa aku dapatkan dari tempat ini”,

              “Tanaman-tanaman liar di tempat ini punya banyak kesamaan dengan bumbu-bumbu dapur yang biasa aku pakai”,

              “Bahkan ada yang aroma dan rasanya yang jauh lebih kuat”, jawab Ayu.

              Dalam hitungan menit saja ayam hutan bakar itu tinggal tersisa tulang-tulangnya. Tulang-tulang keras yang tidak bisa digigit.

              Kulit, daging, dan tulang lunaknya menghilang. Berpindah tempat masuk ke dalam rongga perut para pemburu harta karun yang kelaparan.

              Setidaknya kehadiran ayam betina yang hanya sebentar itu telah kembali menghangatkan keakraban Ayu dan teman-teman.

Pelan-pelan rasa kecewa karena belum bisa menemukan harta karun mulai memudar. Perlahan-lahan semangat yang sebelumnya telah terluka mulai pulih.

              Makan makanan enak sampai kenyang menyebabkan rasa kantuk yang luar biasa dan membuat orang tidur nyenyak dengan perasaan yang bahagia.

              Itu lah yang terjadi dengan Ayu dan teman-temannya sekarang. Mereka semua tertidur dengan wajah yang semringah.

              Walau lelah mereka masih bisa tetap tersenyum. Bahkan pada saat mereka tertidur.

*

              Di dalam tidur itu, Ayu bermimpi.

              Di dalam mimpi itu Ayu kembali ke masa kecilnya sebagai seorang gadis kecil.

Ayu tengah berada di sebuah taman bermain.

Ayu kecil berlari-lari kesana-kemari dengan riang hati.

              Tapi Ayu melihat ia hanya seorang diri. Tidak ada orang lain.

Tidak ada anak-anak kecil yang lain. Tidak ada teman-teman Ayu yang ikut bermain.

              “Kok… kok… kok…”,

              “Kok… kok… kok…”,

              Terdengar suara ayam betina berpetok. Suara itu asalnya dari arah belakang.

              Ayu pun menoleh ke belakang dan Ayu dibuat takut ketika melihat ayam yang barusan bersuara itu.

              Ayu mau lari tapi Ayu tidak bisa. Tiba-tiba saja badan Ayu tidak bisa digerakkan.

              Yang membuat Ayu takut bukan karena itu ayam. Tapi karena ukuran ayamnya yang sebesar gedung bertingkat.

              Ayam raksasa itu mulai berjalan mendekat ke arah Ayu.

              Ayu semakin ketakutan, tapi tiba-tiba Ayu juga tidak bisa bersuara untuk meminta tolong.

              Ayam raksasa berwarna kelabu itu sekarang tepat berada di hadapan Ayu.

              Kepala Ayam itu lalu menunduk tepat berada di depan muka Ayu.

              Dengan paruhnya yang teramat menakutkan ayam raksasa itu mematuk Ayu.

            “Tolong…….”,

              Ayu berteriak dan Ayu pun terbangun.

              Teman-teman Ayu yang lain pun juga ikut terbangun.

              “Kenapa Yuk?”,

              “Kamu mimpi buruk?”,

              “Kamu mengigau Yuk?”, kata mereka.

              Ayu terbangun dengan wajah yang gelisah,

Berpeluh butiran-butiran keringat dingin.

1
April Lia
wew mantap tuh harta Karun nya/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!