Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.
Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.
Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.
Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.
Langsung baca ya👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18
Beberapa hari kemudian....
Semua berjalan normal, Yuan dengan rasa penasarannya akan sebuah hubungan sementara Ellen berbahagia atas kebebasan meski tidak sepenuhnya.
Bayang-bayang David tentu menjadi momok menakutkan bagi Ellen. Walaupun terselip ingin menikmati hidup dengan berpergian bebas, namun Ellen takut jika hal itu malah membuatnya kembali di seret ke tempat awal, yaitu rumah David.
Tidak banyak yang bisa di kerjakan, hanya membantu Mbok Lela bersih-bersih, itupun jarang di lakukan. Entah bagaimana ceritanya, setiap kali Ellen berniat membantu, Yuan pasti memanggilnya untuk alasan yang tidak jelas. Seperti menemani makan roti, membuatkan kopi, bahkan pekerjaan yang terparah adalah mengambilkan minum.
Terkadang Ellen mengumpat dalam hati karena berada di sekitar Yuan terasa memuakkan. Akan lebih baik dia membantu Mbok Lela daripada berada di samping lelaki berwajah datar. Walaupun begitu, Ellen tetap menuruti perintah sesuai dengan isi perjanjian.
Rupanya perbuatan David tidak hanya berdampak pada hidup Ellen. Kini sekertaris Reyhan mulai mengeluh kuwalahan karena banyaknya perkerjaan. Tidak seperti Rey yang terlatih fleksibel, si sekertaris kesulitan menghandle perusahaan yang tidak hanya satu. Belum lagi menyiapkan laporan yang hampir setiap hari di kirimkan ke email Rey membuat si sekertaris tidak ada waktu untuk beristirahat.
Yuan mulai mempertimbangkan saat Rey meminta izin menambahkan satu orang agar pekerjaan si sekertaris tidak terlalu padat. Tapi permintaan itu tentu di tolak. Butuh waktu lama bagi Yuan percaya. Si sekertaris yang sudah mengabdi hampir lima tahun saja masih membutuhkan berbagai tes juga surat perjanjian tambahan sebelum mendapatkan izin menghandle perusahaan. Itupun di awasi secara ketat oleh Johan dan beberapa anak buahnya.
Hanya ada dua cara mengatasi permasalahan yang saling mengikat satu sama lain yaitu dengan mengaktifkan kembali Reyhan tapi bisa berakibat kehilangan orang terpenting di perusahaan, atau melepaskan Ellen sebab poros dari permasalahan berpusat padanya.
Sangat ingin Yuan mengambil keputusan kedua. Selain bisa membantunya melupakan Ellen, permasalahan di perusahaannya pun tidak semakin bertambah. Reyhan bisa berkerja seperti biasa sementara dia fokus memburu orang yang ingin merebut kekuasaannya.
Namun entah kenapa, niat itu hanya tersimpan di dalam otak tanpa bisa di utarakan. Setiap kali Yuan ingin mengatakan, niatnya akan berbelok seolah bibirnya terkunci rapat. Terkadang Yuan harus pusing memikirkan alasan saat Ellen terlanjur di panggil.
"Bagaimana? Belum ada info terbaru?" Tanya Yuan.
"Belum Kak. Sepertinya si pelaku menyerah." Yuan menghela nafas panjang.
"Dia pasti mengatur strategi."
"Entahlah." Jawab Johan santai.
"Aku gagal menyuruhnya pergi." Johan tersenyum simpul. Hampir setiap hari Yuan mengatakan kalimat yang sama." Aku mirip orang bodoh Jo. Mulutku terkunci saat dia berada di hadapan ku." Lanjutnya seraya mendengus.
"Itu karena hati Kak Yu memerintahkan otak untuk tidak melakukannya. Sudahlah Kak, ungkapan saja." Yuan tampak gelisah mendengar jawaban tersebut.
"Wanita itu sumber masalah! Lihat kenyataannya Jo. Sejak dia ada perkerjaan semakin banyak."
"Ya sudah, biar Ellen bersama ku saja." Yuan mengeluarkan senjata api lalu menodongkannya ke arah Johan.
"Coba katakan lagi!!!" Johan tertawa kecil.
"Percuma Kak, menginginkan tapi tidak ada pengungkapan. Suatu saat dia pasti mengidolakan lelaki lain." Jawab Johan sama sekali tidak takut karena tahu Yuan tidak akan membunuh nya.
"Sialan!!! Kau yang membawa sumber masalah itu ke sini!!" Umpat Yuan sambil memasukkan senjatanya lagi.
"Nyatanya Kak Yu izinkan. Tanpa itu, apa aku bisa? Sejak awal aku tahu Kak Yu punya rasa. Kalau tidak, mana mungkin dia berada di sini." Yuan mendengus seraya berpaling. Apa yang Johan katakan adalah kebenaran." Tidak semua wanita itu sumber masalah. Buktinya Mama ada di dunia ini. Papa hanya menyuruh Kak Yu berhati-hati. Bukan menganggap semua wanita sumber masalah." Rupanya saat Almarhum Ayahnya mengatakan wasiat, Johan juga ada di sana dan perkataan itu pun berlaku padanya.
"Sok! Kalau memang kau tidak menganggap nya begitu, coba kenalkan aku pada wanita pilihan mu!" Tantang Yuan.
"Nona Ellen." Jawab Johan tersenyum simpul." Rey pun menyukainya. Buang saja biar ada lelaki lain yang memungut nya." Yuan menoleh, dia menatap geram Johan dan hendak mengeluarkan senjata." Percuma kalau sekedar di keluarkan Kak. Tembak saja aku. Nyawa ku memang milik mu." Lanjut Johan membuat Yuan mengurungkan niatnya." Tapi Kak Jo akan kuwalahan mengatur seperti sekertaris si Rey hehe." Imbuh Johan menertawakan.
"Kau tidak bisa membohongi ku Jo! Berpura-pura tertarik untuk menekan ku agar menjadikannya milikku!" Tebak Yuan.
"Untuk hal itu, terserah penilaian Kak Jo. Tidak masalah menunggu lama sebelum keputusan di ambil. Sementara aku akan menghormati nya sebagai Kakak Ipar bukan calon pacar." Yuan menempeleng kepala Johan." Buktinya Rey tertarik. Bukankah Kak Jo tahu bagaimana cara pandang Rey soal wanita? Dia pemilih dan sangat teliti seperti mu." Ujar Johan sambil mengusap-usap kepalanya.
"Bilang pada Rey, langkahi dulu mayat ku sebelum dia punya niat merebut." Johan terkekeh kecil. Kalimat tanpa bukti saja sudah membuat Yuan marah.
"Mana mungkin kami berani lancang." Johan berdiri seraya tersenyum." Aku permisi Kak. Eum Rey membutuhkan jawaban yang cepat sebab sudah dua hari si sekertaris tidak tidur." Imbuhnya akan melangkah pergi.
"Undangan Mr. Kim masih berlaku?" Johan kembali memutar tubuhnya ke arah Yuan. Sosok Mr. Kim adalah salah satu sahabat Almarhum Ayah Yuan. Kemarin Johan membicarakan soal undangan Mr. Kim yang menginginkan kedatangan Yuan di pernikahan anaknya.
"Masih di simpan si sekertaris. Kak Yu menyuruh Rey datang?" Tanya Johan.
"Hum, Rey, aku dan dia." Jawab Yuan pelan seolah ragu.
"Dia? Perjelas perintahnya?"
"Wanita itu!!!" Tutur Yuan ketus.
"Astaga, jangan sebut dia, panggil sayang, baby atau paling tidak nama." Goda Johan.
"Kau jangan keterlaluan Jo!" Yuan melirik malas seraya mengatur nafasnya karena cukup kesal mendengar ledekan Johan.
"Maaf Kak. Aku hanya memberi saran. Lanjutkan titahnya."
"Ini ku lakukan demi perusahaan juga keselamatan Rey. Kau tahu hanya dia yang ku percaya. Sulit menemukan orang spesial sepertinya." Johan mengangguk-angguk.
"Jadi?"
"Aku akan datang ke pesta itu sebagai pemilik One group." Jawab Yuan tegas.
Jawaban tersebut cukup mencengangkan sebab mengakui One group sama halnya membelokkan sasaran. Johan sendiri yang menyarankan agar Yuan bersembunyi. Alasannya karena Yuan satu-satunya pewaris.
Pengakuan Rey soal kepemilikan perusahaan pun hanya segelintir orang yang tahu. Mereka berjanji untuk merahasiakan agar kerjasama terus berjalan. Lalu tiba-tiba saja Yuan mengambil keputusan yang mungkin bisa membahayakan nyawanya. Tentu saja Johan menolaknya.
"Aku lebih tidak rela ada orang baru yang terlibat. Kau meremehkan ku Jo?"
Setiap kali ada informasi palsu tentang dalang di balik perebutan kekuasaan, Yuan datang sebagai anak buah. Itu kenapa sampai saat ini si pelaku tidak tahu siapa pemilik One group sebenarnya.
"Bukan begitu Kak. Nyawa mu sangat penting bagi kami."
"Bersembunyi terus juga tidak menyelesaikan masalah. Biarkan semua tahu. Setelah ini ancaman David akan mengarah padaku." Jawab Yuan membuat ekspresi Johan mendadak cemas.
"Kita pikirkan cara lain."
"Mana janjimu Jo?!"
"Ku turuti semua titah tapi tidak untuk hal ini. Sebelum pelaku tertangkap, Kak Yu harus bersembunyi." Ucap Johan menyarankan.
"Aku bukan pengecut. Lakukan atau jangan tunjukkan wajahmu di hadapanku! Penolakan mu sama halnya meremehkan kekuatan ku!"
"Tapi Kak Yu.."
"Lakukan atau pergilah dan jangan pernah kembali!!!" Teriak Yuan geram.
Johan mengangguk lalu bergegas pergi keluar melalui pintu samping. Yuan berdiri di samping jendela yang sekarang menjadi tempat favoritnya. Dari sana dia bisa memperhatikan bangunan belakang di mana Ellen tinggal.
Aku melakukannya lagi. Semua hal yang berkaitan dengan nya pasti sulit ku kendalikan. Yuan menghela nafas panjang. Setelah surat resmi perceraian keluar, beberapa kali Yuan memergoki Ellen berdiri mematung sambil menatap ke arah pagar samping. Yuan menanyakan alasannya pada Mbok Lela dan mendapatkan jawaban yang sedikit membebani.
Tidak ada apa-apa kok Tuan. Itu, Ellen hanya mau jalan-jalan sesekali. Katanya ingin tahu rasanya. Maklum Tuan, surat resminya kan sudah keluar jadi dia ingin merasakan perbedaannya.
Ingin acuh dan tak perduli tapi sejak beberapa hari lalu hal sederhana ini berputar-putar di otak. Apalagi kini Yuan di hadapkan dengan permasalahan baru tentang sekertaris Reyhan, membuatnya harus cepat mengambil keputusan meski sangat beresiko.
Merepotkan. Setelah ini Johan dan yang lain harus berkerja keras. Huft menyebalkan. Kenapa keinginannya seperti titah yang wajib ku penuhi? Kontrak perjanjian sialan!! Untuk apa memintanya tanda tangan kalau nyatanya aku yang ingin mengabulkan. Batin Yuan masih berada di ambang kebingungan tentang perasaannya untuk Ellen.
🌹🌹🌹