Istri Kesayangan Tuan Muda

Damian sudah berada di ruangannya, sorot matanya menatap tajam secara bergantian ke arah Ferdi dan Chris. Terlihat jelas bahwa pria itu sedang menahan amarahnya.

"Dam, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu memperlakukan aku seperti tahanan!" protes Ferdi.

Sedangkan Chris, ia lebih memilih diam dan menundukkan kepalanya. Ia tak mau mengambil resiko kali ini, pengaruh Damian sangat nyata. Semenjak pertemuan pertama nya dengan Tuan Muda satu ini di salah satu karaoke bersama Arra, semenjak itu pula ia kehilangan segalanya. Ancamannya bahkan bukan hanya bualan belaka, Damian benar-benar membuatnya kehilangan segala-galanya. Pekerjaan, tempat tinggal dan terakhir Arra memutuskan untuk tak menghubunginya lagi.

Chris tak pernah menyesal mengenal Arra, karena dia benar-benar sangat mencintai gadis itu. Meskipun statusnya adalah selingkuhan saat itu, tapi Arra menempati tempat istimewa dihatinya.

Ferdi dan Chris memang sedang di tempat kan di kursi tepat di hadapan Damian, dan diantara mereka berdiri dua bodyguard yang bertubuh kekar dan garang yang siap menghabisi mereka kapan saja sesuai intruksi dari Damian.

Damian tersenyum smirk, Ia benar-benar muak dengan kepura-puraan temannya itu.

"Kau memang tahanan ku sekarang," ucap Damian masih dengan menatap tajam Ferdi.

"Dam, aku temanmu. Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Apa yang sedang terjadi?" Ferdi hendak berdiri, namun pundaknya segera di cengkram lalu di hempaskan oleh bodyguard yang berada di belakang nya.

"Teman macam apa yang sudah menjebak temannya sendiri!" ucap Damian datar, tapi terdengar tegas.

"Menjebak? Apa maksud mu?" kening Ferdi berkerut.

"Cih ... Jangan pura-pura bodoh,"

Ferdi memutar bola matanya, dia mulai teringat kejadian di resto satu minggu lalu.

"Ma-maksud kamu kejadian di resto dengan Arra satu minggu yang lalu?" suara Ferdi seakan tersekat di tenggorokan. Ia tak tahu kenapa Damian tampak begitu murka kepadanya, bukankah mereka sepasang kekasih. Apa salahnya dengan kejadian di hotel waktu itu?

Chris yang mendengar nama Arra disebut tampak tak senang.

"Kenapa kau sebut nama Arra? Apa yang kalian lakukan dengannya?" Rahang Chris mengeras, bahkan sorot matanya kini tampak berkilat karena menahan luapan emosi yang dirasakannya. Entah kenapa dia sangat sensitif, jika ada yang menyinggung nama gadis yang begitu ia cintai.

Damian tampak mengulas senyum, ia seolah mendapat jawaban tentang masalahnya. Meskipun begitu, ia masih perlu bukti yang akan ditunjukkan untuk keluarga nya.

Pria selingkuhan Arra bahkan sudah menjadi tokoh utama dalam masalah yang akan di pecahkan nya, Damian hanya perlu sedikit melempar umpan kepadanya. Agar sasarannya masuk ke dalam jaring yang sudah ia persiapkan.

🍁🍁🍁

Ferdi tampak semakin bingung dengan situasi yang tengah di hadapinya saat ini, pertanyaan demi pertanyaan seolah memenuhi isi kepalanya. Namun, nyalinya menciut saat Damian memvonisnya sebagai tahanan tanpa ia ketahui apa kesalahan nya. Apa membantu sepasang kekasih adalah suatu kesalahan sekarang? Pikiran itu benar-benar membuatnya gusar.

"Tunggu, siapa kamu? Kenapa kamu begitu geram ketika aku menyebut nama Arra?" Sebuah pertanyaan yang lolos dari bibir Ferdi membuat Damian semakin mengembangkan senyumannya. Mereka seperti saling melempar umpan, tak perlu Damian membuang energi. Mereka akan saling membuka kebenaran satu sama lain.

"Aku sangat mencintai Arra," ungkap Chris lirih. Sikapnya kembali melunak, Ia menatap Damian dengan pandangan mengiba. Sifat arogan yang ia tunjukkan saat pertama kali bertemu dengan Damian, kini berubah seperti seorang pengemis yang memohon belas kasihnya.

"What? Hei ... kamu berani sekali dude!" pekik Ferdi tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Lelucon apa ini Dam?" imbuh Ferdi.

"Seperti yang kamu dengar, dia bicara apa adanya. Bukankah begitu Chris?" Ada penekanan saat Damian memanggil nama pria selingkuhan Arra.

"Sudahlah, aku tak punya banyak waktu meladeni kepura-puraan mu Fer," tandas Damian. Ia benar-benar muak dengan sikap Ferdi.

"Tunggu ... Aku benar-benar tak mengerti Dam, saat itu aku hanya diminta tolong Arra untuk mengajak bertemu denganmu karena kamu sedang marah dengan kekasihmu."

"Hei ... Jangan sebut dia kekasihku, aku sudah tidak ada hubungan lagi dengannya," tukas Damian.

Ferdi mengernyitkan keningnya, ia mulai bisa menyimpulkan. Arra ternyata membohongi nya, kini ia hanya bisa merutuki dirinya sendiri. Karena ikut dalam rencana yang Arra buat. Tapi, saat itu ia benar-benar tak tahu. Ia pikir Damian dan Arra sedang marahan, layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Karena Ferdi menjadi saksi hidup betapa tergila-gila pria tampan nan kaya ini kepada Arra.

"Dam, aku mohon maaf. Aku benar-benar gak tau kalau Arra merencanakan semua ini. Tapi, bukankah kamu waktu itu sedang berbuat itu dengan ---." Belum selesai Ferdi berbicara, Chris segera menyela ucapan nya.

"Berbuat? Berbuat apa maksud mu?" sela Chris, hatinya merasa sakit saat pria di sebelahnya menceritakan tentang Arra.

Damian tak menjawab pertanyaan Ferdi, Ia kembali menyunggingkan sebuah senyuman. Pandangannya beralih menatap Ben.

"Ben, bawa Ferdi pergi. Lakukan yang harus kamu lakukan, kalau perlu potong sesuatu berharga yang dia miliki."

"Baik Tuan," sahut Ben. Ia segera menarik lengan Ferdi agar ikut bersamanya.

"Dam, kamu tak serius kan? Kita kan teman Dam, dan aku benar-benar tak tahu rencana Arra sama sekali Dam." Ferdi terus memohon pada Damian.

"Dam, kalau kamu memotongnya sama saja kamu membunuh masa depanku," pekik Ferdi yang sudah di ambang pintu. Damian hanya menyeringai mendengar kalimat Ferdi.

Chris tampak menelan salivanya dengan kasar, ia hanya bisa berdoa agar nyawanya kali ini bisa selamat. Pria yang dulu menjadi temannya saja mendapat hukuman yang begitu mengerikan, apalagi dia yang menjadi selingkuhan kekasihnya itu.

🍁🍁🍁

Suasana hening, hanya suara hembusan napas berat Damian yang terdengar jelas di telinga Chris.

"Kamu sudah berapa lama berhubungan dengan Arra di belakangku?" Sebuah pertanyaan sederhana yang lolos dari bibir Damian mampu membuat bulu kuduk nya meremang.

"Enam bulan Tuan," jawab Chris singkat. Ia takut salah bicara dan membuat Damian tersinggung. Ia memilih jalan aman, dimana jika Tuan Muda di hadapannya tidak bertanya, dia juga tak akan bicara.

"Lalu apa saja yang sudah kamu lakukan dengannya?"

"Maksud Tuan?" sahut Chris cepat.

Damian tersenyum smirk, ia tahu pria di hadapannya hanya ingin menegaskan pertanyaan ambigu nya.

"Kamu pikir?" Damian mengangkat salah satu sudut bibirnya.

Chris terdiam, ia menyusun kata-kata yang tepat untuk pertanyaan yang terdengar biasa namun mampu mengintimidasi nya.

"Berapa kali kamu sudah melakukannya bersama Arra?" Pertanyaan selanjutnya membuat pria yang berpostur tinggi tegap itu kembali terbungkam semakin rapat.

"Jika kamu masih memilih menutup mulut mu, aku akan ---,"

"Iya, kita memang sering melakukannya. Hampir tiap bertemu aku selalu menginginkan Arra, karena aku benar-benar mencintainya." Potong Chris cepat. Pria berwajah manis dengan garis wajah tegas itu memejamkan matanya sesaat. Bayangan percintaan panas antara dirinya dan Arra kembali menari di ingatannya.

Chris menundukkan kepalanya, menyiapkan mentalnya untuk hukuman yang akan keluar dari bibir Tuan Muda arogan di hadapannya.

Damian tersenyum lega, tak ada lagi rasa sakit di hatinya ketika seseorang dengan gamblangnya mengungkapkan hubungan yang tak patut di contoh itu.

Benarkah perasaannya kepada Arra sudah meluap seiring perselingkuhannya terbongkar? Bukankah itu menunjukkan betapa tipis jarak antara cinta dan benci, saat kita sangat mencintai seseorang. Saat itu pula kita bisa menjadi orang yang paling membencinya.

Yang pasti saat ini pria tampan yang sudah merasakan kekecewaan tentang perasaannya itu, benar-benar bersyukur dengan kebenaran yang satu persatu terungkap.

🍁🍁🍁

"Bagaimana perasaanmu saat ini? Apakah kamu masih mencintainya? Bagaimana jika sekarang dia tengah hamil anakmu?" Pertanyaan demi pertanyaan yang terlontar dari bibir Damian, mampu membuat Chris terkesiap.

"Ha-hamil? Arra sekarang hamil?" Diluar ekspektasi Damian, pria di hadapannya itu tampak berbinar senang ketika mendengar kabar kehamilan Arra. Ia pikir, pria bermanik hitam di hadapan nya itu akan terperangah tak percaya dengan kabar yang ia dengar. Tapi sungguh di luar dugaannya, dia bahkan terlihat begitu senang.

"Bagaimana kalau kita kerjasama?" tawar Damian dengan menggeser posisinya ke depan. Ia segera mengangsurkan sebuah map yang berisi kontrak kerjasama yang tentunya sangat menguntungkan bagi Chris.

Bersambung ....