Clara Adelin, seorang gadis bar bar yang tidak bisa tunduk begitu saja terhadap siapapun kecuali kedua orangtuanya, harus menerima pinangan dari rekan kerja papanya.
Bastian putra Wijaya nama anak dari rekan sang papa, yang tak lain adalah musuh bebuyutannya sewaktu sama sama masih kuliah dulu.
akankah Clara dan Bastian bisa bersatu dalam satu atap? yuk simak alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Martha ayunda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
siapa Eria.
"tok tok tok!."
Clara mengetuk pintu kamar papanya pagi itu, semalam waktu dirinya pulang papanya sudah tertidur, Clara yang merasa bersalah karena sudah membuat papanya khawatir ingin segera meminta maaf.
"Clara? Kamu baru pulang nak?." tanya Edy.
"enggak pa, Clara udah pulang dari semalam, pa. Clara minta maaf ya, karena semalam sudah membuat papa khawatir." ucapnya Sembari menundukkan kepalanya.
"iya papa maafin, kamu pulang bareng Bastian kan?."
"enggak pa, Clara dianterin teman Clara."
"jadi kamu belum bertemu dengan Bastian?." Edy bertanya lagi dengan penuh selidik, Clara menjawab dengan gelengan kepala.
"sini sini... Coba ceritakan sama papa, apa yang terjadi semalam?."
Edy mengajak anaknya untuk duduk di sofa ruang tengah, Clara pun menurut, lalu menceritakan apa yang terjadi hingga dirinya memilih pergi, Edy manggut manggut lalu mengusap lembut pucuk kepala anaknya.
"papa rasa keputusan kamu sudah benar, lebih baik pergi, biarkan Bastian menyelesaikan masalahnya dengan wanita itu, tapi papa tidak membenarkan kamu yang pergi nggak jelas begitu, lain kali apapun yang terjadi kamu harus ngabarin papa, karena papa nggak mau anak papa kenapa napa di luaran sana."
"iya pa, Clara minta maaf."
"oke papa maafkan, untuk masalah dengan Bastian, papa juga gak mau ikut campur, kalian harus belajar dewasa dalam menyikapi masalah, tapi kalau dia masih tetap jalan sama wanita lain, kamu kasih tau papa ya!."
"iya pa." Clara mengangguk patuh.
"ngomong ngomong mau kemana ini kok sudah cantik?." Edy yang menyadari anaknya sudah rapi langsung bertanya.
"mau ngedate sama Mira lah, kan semalam waktuku sama dia diambil sama Bastian." jawab Clara.
"ya sudah hati hati, oh ya papa nanti mau ke rumah Tante kamu loh, kalau kamu pulang duluan jangan nyariin papa."
"oke pa, Clara mau keatas dulu, mau siap siap."
Edy mengangguk sambil tersenyum penuh kasih, pria itu senang melihat Clara tetap ceria meskipun sedang ada masalah dengan tunangannya.
siang itu Clara menikmati hari Minggu bersama Mira, sahabat karibnya. Keduanya mengelilingi mall berdua, keluar masuk toko pakaian dan pernak pernik cewek lainnya, tak lupa keduanya juga memanjakan diri dengan melakukan perawatan di sebuah salon langganan mereka.
"cari makan yuk!." ajak Mira yang di kedua tangannya sudah penuh barang belanjaan.
"boleh, aku juga sudah laper ini."
"kak, kak Clara!."
Saat hendak melangkah ke sebuah restoran di dalam mall tersebut, ada suara seorang gadis memanggil nama Clara, Clara yang merasa di panggil langsung celingak celinguk.
"kak, aku disini!." seorang gadis mendekati Clara yang Mira yang celingukan.
Eh kamu? Ehmm... Siapa nama kamu?."
"gue Eria kak, panggil saja Ria." jawab Ria sambil tersenyum manis.
"oh ya Ria, kamu sama siapa kesini?." Clara kembali celingukan mencari teman Ria.
"ehmm... gue sendirian saja kak, gak ada teman yang mau jalan Ama gue." Ria menjawab sambil tertunduk.
"cla, dia siapa?." Mira mencolek lengan Clara.
"oh kakak sampai lupa, kenalin ini teman kakak, namanya kak Mira." ujar Clara.
"Eria kak." Dia mengulurkan tangannya tapi Mira terlihat kerepotan untuk menjabat tangan anak itu.
"sini biar Ria bantuin." dengan senang hati Ria mengambil beberapa paperbag di tangan Mira.
"eh?."
"nggak apa apa kak, nah sekarang ayo kita kenalan." Ria kembali mengulurkan tangannya.
"Mira."
Clara tersenyum melihat Eria yang gampang sekali akrab dengan orang baru, mungkin karena bawaannya yang ceria, Mira pun senang berkenalan dengan gadis itu.
"kak Clara mau kemana lagi ini?." tanya Rai sembari mengekor kedua gadis itu.
"kita udah dari tadi disini, rencananya mau cari makan lalu pulang." jawab Clara sembari berjalan menuju restoran.
"wah... Kebetulan aku juga laper kak, aku ngikut ya!."
"boleh." jawab Mira.
ketiganya langsung menuju restoran di depan mereka lalu masuk ke dalam bersama, Clara dan Mira langsung memesan makanan di restoran itu.
"kakak pesan yang banyak, makanan yang enak enak, aku yang traktir!." ucap ria dengan wajah berbinar senang.
"ha?." Mira terlihat kebingungan.
"tenang mir, dia lagi berduit, pesan saja menu yang kamu inginkan." ujar Clara seraya mengedipkan sebelah matanya ke Ria.
"santai saja kak, aku yang bayar!." Eria berkata sambil menepuk dadanya.
"oke deh, asal jangan kabur ya nanti setelah makan." seloroh Mira.
"aman kak, bila perlu aku bayar di muka." sahut Ria.
Clara hanya menggeleng gelengkan kepala sambil tersenyum melihat tingkah Ria yang sok bossy.
"ternyata kalau siang kak Clara makin kelihatan cantiknya ya." puji Ria sambil menatap Clara yang sedang tersenyum.
"ih kamu bisa saja bikin kakak gede rasa."
"beneran kak, pantesan kak Bima langsung klepek klepek!."
"Bima? Siapa lagi dia?."
Mira yang belum tahu kisah semalam yang dialami oleh Clara makin kebingungan, gadis itu menatap ria dan Clara bergantian.
"entar aku ceritakan." ucap Clara.
"eh, kamu kok nggak ngomong loe gue?." tanya Clara ke Eria.
"menyesuaikan kak, kakak berdua ngomongnya aku kamu sih." jawab Ria yang bawaannya ceria itu.
"cerdas! Pasti papa dan mama kamu seneng punya anak seperti kamu ini ya!." celetuk Mira.
Tapi sayangnya ucapan Mira barusan langsung membuat Ria menundukkan kepalanya, Mira dan Clara saling pandang sesaat lalu kembali memperhatikan Ria.
"Ria, kau kenapa?." tanya Clara hati hati.
"aku... Aku sudah tidak punya orangtua lagi kak." jawab Ria Sembari memainkan kedua jari jemarinya.
Jawaban gadis itu sontak membuat Clara dan Mira terkejut, lagi lagi Keduanya saling pandang.
"duh... Maafin kakak ya Ria, bukan maksud kakak ingin membuat kamu sedih." Mira langsung merasa bersalah terhadap Ria.
"eh, nggak apa apa kok kak, aku masih punya om dan tante, yaa... Meskipun mereka jarang sekali memperhatikan aku, hehehe... Maaf jadi curhat." ucap Ria yang berusaha kembali ceria.
"begitu ya? ya sudah kalau kamu butuh teman curhat, kamu bisa menghubungi kami berdua kapan saja kamu mau, asal jangan jam kerja saja ya!." sahut Mira sambil tersenyum teduh.
"makasih kak." Ria mengusap sudut matanya yang sedikit basah.
"catat nomor kamu, nanti kakak kasih alamat rumah kakak juga, kamu bisa main ke rumah kakak sesukamu deh." Clara menyodorkan ponselnya ke Ria.
Tak berselang lama makanan yang mereka pesan pun tiba, meja yang tadinya kosong kini penuh dengan menu makanan yang menggoda selera, ketiga gadis itu langsung menyantap makanan tersebut sambil mengobrol ngalor ngidul.
"Ria, Kakak boleh tanya tanya tentang kamu? Tapi jangan langsung sedih kayak tadi, Kakak takut kamu nangis lalu siapa yang bisa menenangkan." ucap Clara sambil tertawa kecil.
"boleh kak, aku akan menjawab dengan senang hati."
"oke." Clara manggut manggut sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"kamu sebenarnya tinggal sama om dan tante kamu gitu?." tanya Clara hati hati.
"iya kak, semenjak papa sama mama nggak ada aku tinggal sama mereka, tapi aku juga masih sering pulang ke rumahku sendiri, ini sudah dua hari aku tinggal di rumah, om dan tante nggak pernah nyariin aku kok."
"oh gitu...." Mira dan Clara berucap bersamaan.
"ehmm... Memangnya rumah kamu sendiri dimana? Apa kamu nggak takut tinggal sendirian?." kini giliran Mira yang bertanya.
"rumahku di jalan teratai perumahan yang di dekat kampus swasta itu."
"kalau masalah takut sih enggak, dirumah ada mang Udin sama Bi Ijah yang jagain rumah." jawab Ria.
"jalan teratai? Nomor berapa kok kakak nggak pernah liat kamu? Rumah kakak juga di perumahan itu loh." ujar Clara.
"serius kak? aku nomor 46." raut wajah Ria makin berbinar binar mendengar bahwa dia ternyata bertetangga dengan Clara.
"wah... rumah kakak nomor 26 nya."
"Iih tenyata kita tetanggaan ya kak!." seru Ria sambil bertepuk tangan pelan.
"Ya udah ayo kita habiskan makanan ini, nanti baru ngobrol lagi." timpal Mira.
Clara dan Ria mengangguk kompak lalu mereka kembali menikmati makan makan siang bersama, Clara sesekali menatap Ria yang tampak senang sekali.
(masak anak sebaik dia nggak ada yang mau jadi temannya, kayaknya ada sesuatu dibalik keceriaan Ria.) batin Clara.