NovelToon NovelToon
Bangkitnya Ksatria Terkutuk

Bangkitnya Ksatria Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kutukan / Kebangkitan pecundang / Fantasi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Balas Dendam
Popularitas:56
Nilai: 5
Nama Author: Dhimas21

Alistair, seorang pemuda desa yang sederhana, mendapati dirinya dihantui oleh mimpi-mimpi aneh tentang pertempuran dan pengkhianatan. Tanpa disadarinya, ia adalah reinkarnasi dari seorang ksatria terhebat yang pernah ada, namun dikutuk karena dosa-dosa masa lalunya. Ketika kekuatan jahat bangkit kembali, Alistair harus menerima takdirnya dan menghadapi masa lalunya yang kelam. Dengan pedang di tangan dan jiwa yang terkoyak, ia akan berjuang untuk menebus dosa-dosa masa lalu dan menyelamatkan dunia dari kegelapan abadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhimas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Rahasia Yang Terpendam dan Hari Pertempuran

Setelah melihat sosok elf yang berubah menjadi asap hitam, Alistair tidak bisa melepaskan perasaan tidak nyaman. Ia berkumpul dengan Lyra, Merlin, dan Baruk di sudut yang tenang, jauh dari kegembiraan perayaan para elf.

"Aku yakin ada pengkhianat di antara kita," kata Alistair, suaranya rendah agar tidak didengar. "Itu sosok itu tidak acak. Dia ingin aku melihatnya."

"Kamu yakin tidak hanya ilusi lagi?" tanya Lyra, mengerutkan kening. "Hutan Ujian baru saja membuat kita semua pusing."

"Tidak, itu nyata," jawab Alistair tegas. "Aku merasakan energi sihir gelapnya. Sama seperti energi Mordath."

Merlin mengangguk, matanya mendalam. "Saya juga merasakan sesuatu yang aneh di sekitar sini. Seolah-olah ada sesosok yang menyembunyikan keaslian dirinya."

"Kita harus mencari tahu siapa dia," kata Baruk. "Kalau tidak, dia bisa merusak semua persiapan kita."

Mereka memutuskan untuk menyelidiki diam-diam. Alistair akan bertanya kepada para elf tua, Lyra akan mengawasi aktivitas di sekitar hutan, Merlin akan menggunakan sihirnya untuk merasakan energi yang mencurigakan, dan Baruk akan mengakses tempat-tempat tersembunyi yang mungkin digunakan pengkhianat.

Selama dua hari, mereka menyelidiki tanpa jeda. Alistair bertemu dengan elf tua bernama Thranduil, yang telah mengawasi Hutan Elven selama ratusan tahun.

"Apakah ada elf di sini yang pernah menunjukkan tanda-tanda ketidakjujuran?" tanya Alistair.

Thranduil terdiam sejenak, seolah-olah memikirkan apakah ia harus berbicara. "Ada satu," akhirnya katanya. "Namanya Lirael. Dia adalah penyihir muda yang sangat cerdas, tapi dia selalu tertarik dengan sihir gelap. Kita mengusirkannya dari hutan beberapa tahun yang lalu, tapi saya mendengar dia kembali baru-baru ini."

"Lirael..." bisik Alistair. Nama itu terasa familiar, tapi ia tidak tahu mengapa.

Sementara itu, Lyra melihat seorang elf wanita berdiri di pinggiran hutan, berbicara dengan sesosok berjubah hitam yang segera menghilang saat melihatnya. Elf itu memiliki rambut hitam gelap dan mata hijau yang menyipit—ciri-ciri yang sesuai dengan deskripsi Thranduil tentang Lirael.

Lyra mengikuti Lirael ke sebuah gua tersembunyi di dalam hutan. Di dalam gua, ia melihat Lirael sedang membaca mantra dari sebuah buku sihir gelap. Di dinding gua, ada lukisan yang menggambarkan Lirael berdampingan dengan Mordath, dengan tulisan: "Kita akan menguasai dunia bersama."

Lyra segera kembali untuk memberitahu Alistair dan teman-temannya. Mereka berkumpul di gua itu dan menunggu Lirael kembali.

Ketika Lirael memasuki gua, ia terkejut melihat mereka. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya dia dengan nada cemas.

"Kita tahu rahasiamu, Lirael," kata Alistair. "Kita tahu kamu bekerja sama dengan Mordath."

Lirael tertawa sinis. "Benar. Aku bekerja sama dengan dia. Dia menjanjikan aku kekuatan yang tak terbayangkan. Dia akan membuatku ratu dunia setelah dia mengalahkan kalian semua."

Lirael mengangkat tangannya dan menyerang mereka dengan sihir gelap. Alistair menggunakan Lightbringer dan Pedang Keberanian untuk menangkis serangannya. Lyra menembakkan anak panah ke arah dia, tetapi Lirael menggunakan sihirnya untuk mengubah anak panah itu menjadi debu.

Merlin menggunakan sihir cahaya untuk melawan sihir gelap Lirael. Kedua kekuatan bertempur, membuat gua berguncang. Baruk menyerang Lirael dari belakang, tetapi dia berhasil menghindari dan menendang dia ke dinding.

Pertempuran sengit berlangsung, tetapi akhirnya kekuatan cahaya menang. Alistair menebas tangan Lirael yang memegang buku sihir gelap, membuat buku itu terjatuh ke tanah. Merlin segera membakar buku itu dengan sihir api suci.

Lirael menjerit kesakitan dan kecewa. "Mordath akan membunuh kalian semua!" teriak dia. "Dia akan datang besok pagi! Dia akan menghancurkan Hutan Elven dan semua yang ada di sini!"

Setelah itu, Lirael melarikan diri ke dalam kegelapan gua. Mereka tidak bisa mengejarnya karena gua mulai runtuh. Mereka keluar dari gua tepat waktu sebelum gua itu runtuh sepenuhnya.

"Mordath akan datang besok pagi," kata Alistair, matanya penuh tekad. "Kita hanya punya satu malam untuk mempersiapkan diri."

Mereka segera kembali ke pemukiman elf dan memberitahu semua orang tentang berita buruk itu. Para elf dan penyihir Ordo Cahaya bekerja bersama-sama untuk mempersiapkan pertahanan. Mereka membangun tembok sementara, menempatkan jebakan, dan mempersiapkan senjata dan sihir.

Alistair menghabiskan malam itu berlatih dengan Lightbringer dan Pedang Keberanian. Ia mencoba menyatukan kekuatan kedua pedang itu, dan akhirnya ia berhasil. Cahaya dari Lightbringer dan keberanian dari Pedang Keberanian menyatu menjadi satu kekuatan yang luar biasa, membuat pedang-pedang itu bersinar dengan terang yang tak tertahankan.

Selama berlatih, ia kembali bermimpi tentang ksatria cahaya yang telah memberikannya Lightbringer.

"Kamu telah siap, Alistair," kata ksatria itu dalam mimpinya. "Tetapi ingat, kekuatan penuh pedang itu tidak hanya berasal dari cahaya atau keberanian. Ia berasal dari pengorbanan yang kamu lakukan untuk orang lain."

"Pengorbanan?" tanya Alistair.

"Ya," jawab ksatria itu. "Untuk mengalahkan Mordath, kamu harus bersedia mengorbankan segalanya—bahkan hidupmu sendiri."

Ksatria itu menghilang, dan Alistair terbangun. Ia memahami arti kata-kata ksatria itu. Ia tahu apa yang harus ia lakukan.

Keesokan pagi, matahari baru saja terbit ketika mereka melihat bayangan Mordath muncul di cakrawala. Mordath berdiri di atas seekor naga kegelapan yang raksasa, dikelilingi oleh ribuan pengikutnya—iblis, makhluk terkutuk, dan penyihir gelap.

"Aku datang untuk menghancurkan kalian semua!" teriak Mordath dengan suara yang menggema di seluruh hutan. "Dunia ini akan menjadi milikku!"

Pertempuran terakhir dimulai. Para elf dan penyihir Ordo Cahaya menyerang pasukan Mordath dengan semangat yang membara. Lyra menembakkan anak panah dengan akurasi yang luar biasa, membunuh banyak pengikut Mordath dari jarak jauh. Baruk bertempur dengan keberanian yang besar, memukul pengikut Mordath satu per satu. Merlin menggunakan sihirnya untuk menciptakan badai cahaya, melindungi pasukan mereka dan menyerang musuh.

Alistair maju ke depan, menghadapi Mordath langsung. Naga kegelapan itu menyerang dia dengan nafas api gelap, tetapi Alistair menggunakan kekuatan pedangnya untuk menangkisnya.

"Mordath!" seru Alistair. "Waktumu sudah habis! Kamu tidak akan menguasai dunia ini!"

Mordath tertawa terbahak-bahak. "Kamu terlalu muda dan bodoh, Alistair. Aku adalah penguasa kegelapan! Tidak ada yang bisa mengalahkanku!"

Mordath mengangkat tangannya dan mengeluarkan kekuatan sihir gelap yang tak terbayangkan. Kekuatan itu menyelimuti Alistair, membuatnya merasa seperti tubuhnya sedang terbakar.

Tetapi, Alistair tidak menyerah. Ia memikirkan semua orang yang ia cintai—ibunya, Lyra, Merlin, Baruk, dan semua orang yang telah membantu dia. Ia memikirkan pengorbanan yang mereka lakukan, dan ia memutuskan untuk mengorbankan segalanya untuk menyelamatkan mereka.

"Untuk dunia yang cerah!" seru Alistair dengan suara yang kuat.

Ia menyatukan kekuatan Lightbringer dan Pedang Keberanian, dan ia menyerang Mordath dengan semua kekuatan yang ia miliki. Cahaya yang luar biasa keluar dari pedang-pedang itu, menyentuh Mordath dan naga kegelapannya.

Mordath menjerit kesakitan yang luar biasa. Kekuatan cahaya itu membakar tubuhnya, dan dia jatuh dari punggung naga itu. Naga kegelapan itu juga terbakar dan menghilang menjadi abu.

Para pengikut Mordath melihat pemimpin mereka dikalahkan, dan mereka mulai melarikan diri. Para elf dan penyihir Ordo Cahaya mengejar mereka, memastikan bahwa tidak ada yang selamat.

Alistair terasa lelah dan terluka. Kekuatan yang ia gunakan telah menghabiskan sebagian besar energi tubuhnya. Ia jatuh ke tanah, dan Lyra, Merlin, dan Baruk segera mendekatinya.

"Alistair! Kamu baik-baik saja?" tanya Lyra dengan suara gemetar.

Alistair tersenyum lembut. "Kita berhasil... kita mengalahkan Mordath..."

Ia melihat cahaya dari pedang-pedang itu menyebar ke seluruh dunia, menghilangkan kegelapan dan menyemangati hati semua orang. Ia tahu bahwa dunia telah selamat.

"Terima kasih... untuk semua yang telah kamu lakukan..." bisik Alistair sebelum matanya terlelap.

Lyra menangis dan memeluk tubuhnya. Merlin menempatkan tangannya di dahinya, menggunakan sihirnya untuk menyembuhkannya.

"Jangan khawatir," kata Merlin dengan nada yakin. "Dia akan selamat. Dia adalah pahlawan dunia, dan dunia membutuhkannya."

Sementara itu, seluruh Hutan Elven penuh dengan suara sorak kemenangan. Orang-orang merayakan kemenangan mereka atas Mordath, menyadari bahwa mereka telah menyelamatkan dunia dari kegelapan abadi.

Namun, di tengah kemenangan itu, mereka tahu bahwa perjuangan tidak pernah benar-benar berakhir. Selalu ada kegelapan yang mengintai di sudut-sudut dunia. Tapi, mereka juga tahu bahwa mereka memiliki keberanian dan kekuatan untuk melawannya—berkat Alistair, sang ksatria yang bangkit dari terkutuk.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!