Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.
Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.
Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.
Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?
Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beauty and The Beast 17
Sudah seminggu Nirmala menikmati perannya sebagai Alexa, anak bungsu keluarga Maxim. Raditya selalu mengajaknya ke perusahaan miliknya.
Ia ingin Nirmala juga bisa mengelola perusahaan seperti adik kandungnya, Alexa. Ia tidak tahu saja kalau Alexa sering meminta bantuan kepada Nirmala untuk membuat proposal resmi, proposal pemasaran, dan proposal promosi.
Seperti membuat iklan yang akan membuat pembeli tertarik dengan produk yang dijual oleh perusahaan Alexa. Perusahaan Alexa bergerak di bidang kosmetik dan barang-barang kebutuhan wanita.
Sedangkan perusahaan milik Raditya bergerak di bidang artis, modeling, dan penyanyi.
Tidak jarang jika Raditya dikenal dengan julukan CEO yang gonta-ganti pasangan, padahal itu hanya formalitas saja agar Raditya terlihat berjalan dengan para model-model cantik.
Lain halnya dengan Saga, hari ini sudah berapa kali ia mengamuk di perusahaan.
Semenjak kepergian Nirmala, ia jadi maniak kerja, dan setiap kesalahan, meski hanya seujung kuku, akan dihabisi olehnya.
Tidak terkecuali Ace, ia juga tersiksa dengan keadaan seperti ini. Entah sudah berapa puluhan bahkan ratusan sumpah serapah yang disebutkan oleh Saga padanya.
Ace juga sudah membuat surat pengunduran diri. Jika saja Saga tidak berubah dalam waktu dekat, ia lebih suka saat Nirmala berada di sisi Saga.
Seperti induk ayam dan anaknya, semua lari keluar dari ruangan yang nampak menyeramkan dengan suasana yang mencekam.
Setelah mereka berhasil memungut kertas-kertas yang dihambur oleh Saga dari meja kerjanya, hari ini adalah hari untuk laporan tiga bulanan dari divisi masing-masing.
"Jika tidak ada yang beres, silakan serahkan surat pengunduran diri pada HRD segera!"
Teriakan Saga menggema, membuat semua karyawan lari kocar-kacir.
Raja iblis yang beberapa bulan ini anteng dan tidak emosian, berubah jadi lebih parah dari biasanya.
"Saga, makanlah dulu," ucap Ace menyodorkan sekotak makan siang pada Saga. Sungguh, sebenarnya ia juga kasihan melihat Saga seperti ini.
Tapi ia lebih kasihan pada Nirmala yang hanya dijadikan sebagai pelampiasan oleh Saga, karena dikhianati oleh Isabela.
Saga tersenyum, terlihat kantong mata yang menghitam persis seperti seekor panda. Pria itu membuka kotak makan dan mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Kamu tidak makan?" tanya Saga pada Ace di sela kunyahannya. "Sudah, baru saja," ucap Ace. Ace duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. "Setelah ini aku antar kau pulang, beristirahatlah. Wajahmu kacau, kamu juga sudah seperti panda," ucap Ace pada Saga.
Saga terkekeh, "Oke, terima kasih sudah setia di sampingku," ucap Saga. Kalimat yang diucapkan oleh Saga membuat Ace terheran. Ia bahkan mengorek telinganya untuk memastikan apa yang ia dengar barusan.
"Saga berterima kasih?" pikir Ace. Tak ingin ambil pusing, ia menaikkan kedua bahunya tanda tak peduli. Ia melanjutkan permainannya di ponsel miliknya.
Di perjalanan pulang setelah mengantar Saga, Ace dikejutkan oleh suara tabrakan dari belakang mobilnya. Ia pun segera turun.
Pria itu berjongkok melihat bodi mobilnya sudah ringsek. Tak lama datanglah seorang gadis, "Ma-maaf, Tuan, saya tidak sengaja." Suara gadis itu sangat familiar di telinganya.
Hingga Ace bangkit dan melihat wajah wanita itu, Nirmala. Ya, gadis itu persis Nirmala.
Namun, cara berpakaian dan dandannya berbeda. Kini ia nampak seperti seorang business woman, auranya pun cukup kuat untuk menekan seorang Ace.
Jantung Nirmala pun berdegup kencang melihat pria di depannya. Jika sekretaris Saga ini menyeretnya kembali ke sisi Saga, selesai sudah semuanya.
Tapi ia berusaha untuk tetap bersikap biasa saja. Ia merogoh tas kecil yang dipegangnya dan menyerahkan kartu tanda pengenal pada Ace.
"Ini, Tuan, silakan hubungi saya nanti. Untuk sekarang, saya sedang sibuk," ucap Nirmala yang langsung meninggalkan Ace yang mematung di tempatnya.
Setelah deru mobil berlalu pergi, barulah Ace tersadar. Ia segera melihat benda segi empat di tangannya.
"Alexa Maxim, Manager PT Maxim Corporation," eja Ace.
Rupanya hanya pikirannya saja yang kacau, bahkan ia bisa mengira jika anak bungsu dari keluarga Maxim adalah Nirmala. Ace menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil.
Di dalam mobil, Nirmala menghembuskan napas lega. Akhirnya ia terbebas dari tangan kanan Saga, meski hanya sebentar.
Ia harap Ace tidak mengenali dirinya sebagai Nirmala. Ia masih ingin melanjutkan ini semua meski dalam bayangan seorang Alexa Maxim.
Yang terpenting, dirinya terbebas dari seorang Saga. Mobil yang ia kendarai berhenti di sebuah restoran, ia segera turun dan berjalan masuk.
Ia sedang ada janji temu dengan klien yang akan membawa model terbaik mereka.
1 jam
2 jam
Berlalu, akhirnya keduanya sepakat akan menggunakan Anggun sebagai model sebuah iklan sampo yang baru saja diluncurkan oleh perusahaan MC.
Ia melirik jam tangannya, sudah malam rupanya, gumamnya.
Nirmala bergegas meninggalkan restoran, karena ia terus menatap ponselnya untuk menghubungi sang kakak, Raditya.
Ia sampai tak melihat jalan dan menabrak tubuh seseorang di parkiran, Brukk....
Tabrakan itu membuatnya meringis sambil mengelus keningnya yang terasa nyeri. Bau maskulin yang sangat familiar merasuk ke dalam hidungnya.
Membuat dirinya tersadar kini berhadapan dengan siapa. Dengan ragu, Nirmala mendongak memastikan apa yang ia pikirkan adalah salah.
Tapi pikirannya kali ini benar, Saga berdiri tepat di depannya, dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya.
Nirmala meneguk ludahnya kasar, tenggorokannya tercekat, ia pun tak dapat berbuat apa pun, mematung.
Tangan Saga terulur ingin menyentuhnya, dag... dig... dug.... suara jantung, bagai syair lagu seram saat bayangan putih melintas.
"Hei, ada apa?" Suara itu memecahkan lamunan Nirmala dan membuat tangan Saga menggantung di udara.
Dengan cepat Saga menarik kembali tangannya dan memasuki ke dalam kantong celananya.
"Sudah lama menunggu?" tanya Raditya pada Nirmala sambil merangkulnya. Nirmala tersenyum, masih terasa kaku menjalar di tubuhnya.
Raditya menoleh pada Saga, tinggi mereka hampir sama, hanya saja tubuh Raditya lebih ramping daripada Saga yang berbadan tinggi besar.
"Hai, Tuan Saga, apa kabar?" tanya Raditya pada Saga sambil mengulurkan tangannya, tapi tangannya tergantung di udara. Saga mengabaikan tangannya.
Saga melirik sekilas dan berdehem, "Saya baik, Tuan Maxim," ucap Saga.
Nirmala masih bungkam, belum mampu bersuara. "Maafkan adik saya yang menabrak Anda, mungkin ia terlalu lelah hari ini," Raditya basa-basi.
Saga mengangguk, lalu ia berjalan menjauhi keduanya, berjalan perlahan seperti mengintai sesuatu.
"Gendong aku, kakiku lemas," bisik Nirmala pada Raditya. Dengan enggan, Raditya menggendong tubuh Nirmala dan tangan satunya memegang sandal heels milik Nirmala.
Setelah mendengar langkah kaki menjauh, Saga membalikkan tubuhnya, pandangannya masih melekat pada pria yang menggendong wanita yang katanya saudarinya itu.
Saga meraba dadanya, dag... dig... dug... jantungnya bekerja lebih keras. Ini juga berlaku saat dirinya berdekatan dengan Nirmala, apakah dirinya dapat dibohongi dengan mudah?
Mohon kritik dan Sarannya