Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi Walking Closet
Tok! Tok! Tok!
Sekertaris Fian mencoba untuk memanggil Edward. Acara pernikahan itu belum selesai. Namun karena hadirnya Riana membawa keributan, Edward mengajak Khalisa untuk bersembunyi sebentar.
"Tuan, Maafkan saya mengganggu anda. Nyonya Franklyn mencari anda dan juga nona Khalisa." tutur Sekertaris Fian dengan sopan.
"Apa? Dia datang? Baiklah aku akan memanggilnya juga." jawab Sekertaris Edward.
Edward berjalan menghampiri Khalisa.
"Ikutlah aku. Hari ini adalah hari pertama kita harus berakting untuk menunjukkan kualitas hubungan kita." tutur Edward.
"Baiklah, mas." jawab Khalisa.
"Apa? Mas? Dia memanggilku 'MAS'?" batin Edward.
Khalisa melihat Edward terdiam. Ia menangkap, Edward tengah memikirkan sesuatu.
"Kenapa? Ada apa?" tanya Khalisa yang memecah pikiran Edward.
"Tidak apa." jawab Edward yang kemudian dengan sigap menggandeng tangan istrinya itu.
Edward dan Khalisa berjalan dengan bergandengan tangan. keduanya saling melemparkan senyuman terbaiknya. Siapapun yang melihatnya akan berfikir bahwa mereka adalah pasutri yang saling mencintai satu sama lain.
Dari bawah, sekertaris Fian mengamati tingkah bosnya dan juga Khalisa. Ada perasaan yang ngilu saat melihatnya. Pasalnya, selama ia bekerja mengabdikan dirinya untuk Edward, Sekertaris Fian bahkan tak pernah melihat Edward terlihat sumringah dihadapan wanita sekalipun Riana.
"Apa secepat itu cinta menjalar ke hatimu,Tuan?" batinnya dalam hati.
Langkah kecil menuntun pasutri itu menuju salah satu tamunya, Nyonya Franklyn.
"Hei Ed, Oh My God! She's so gorgeous!" Puji Nyonya Franklyn yang mengatakan bahwa Khalisa sangat cantik.
"Thank you, madam." sahut Khalisa yang membuat Edward sedikit kaget.
Nyonya Franklyn memberikan hadiah sebuah kotak kecil kepada Khalisa.
"Ini adalah hadiah pernikahan untuk kalian." ucap Nyonya Franklyn.
Wanita paruh baya itu kemudian memeluk Edward dan juga Khalisa. "Semoga kalian selalu bersama dalam suka ataupun duka." bisik Nyonya Franklyn.
Nyonya Franklyn kemudian pergi meninggalkan Edward dan Khalisa. Setelah kepergian Nyonya Franklyn, banyak tamu undangan yang kemudian memberikan ucapan selamat kepada pasutri baru itu. Namun berbeda dengan Vony yang menatap sinis kearah Khalisa. Wanita itu menganggap Khalisa hanyalah sebagai benalu di kehidupan putranya.
"Nikmatilah saja hari-harimu, aku akan menjadi bayangan kelammu." ucapnya lirih.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Satu persatu tamu undangan meninggalkan rumah Edward. Begitu pula dengan Edward dan Khalisa yang kembali ke kamarnya.
"Mas, aku ingin mandi." ucap lirih Khalisa.
"Bicaralah sedikit keras! aku tidak bisa mendengarmu." jawab Edward.
"Aku ingin mandi mas!" ucap Khalisa kembali dengan sedikit teriak.
"Mandi saja. Itu kamar mandinya." jawab Edward dengan menunjuk ke arah pintu kamar mandi.
Khalisa tak langsung beranjak dari tempatnya. Yang ia fikirkan saat itu adalah bagaimana caranya melepas pakaian dan beberapa aksesoris di tubuhnya.
"Kenapa masih disini?" tanya Edward yang heran dengan Khalisa.
Khalisa tak menjawab pertanyaan Edward. Namun baru beberapa detik saja, Edward kemudian faham.
"Baiklah, aku akan keluar. ganti pakaianmu dulu." ujar Edward dengan perasaan kikuk.
"Em.. Mas.." panggil Khalisa dengan ragu.
"Ya?" balas Edward.
"Masalahnya aku tidak bisa melepasnya sendiri." jawab Khalisa.
"Kau sedang tidak menggodaku kan?" tanya Edward yang dengan cepat mendapatkan gelengan kepala dari Khalisa.
"Pergilah ke Walking closet dan ganti bajumu disana." ujar Edward sembari menunjuk ke arah ruangan yang memiliki dinding kaca blur.
Khalisa kemudian berjalan menuju ruangan itu. Namun anehnya, dia tak membawa baju ganti.
"Mas.." panggilnya lagi.
"Apa lagi?" tanya Edward yang mulai sedikit kesal.
"Lalu pakaian gantiku gimana?" ujar Khalisa.
"Astaga! Masuklah dulu kesana. Kau akan lihat ada banyak baju yang bisa kau pakai disana." jawab Edward.
"Oh baiklah." balas Khalisa yang kemudian melenggang pergi.
Khalisa mulai masuk kedalam ruangan itu. Pemandangan di depannya seolah membuatnya takjub. Bagaimana tidak? Yang ia masuki adalah istana baju dan aksesoris. Ada banyak sekali model pakaian, jas kerja, kemeja bahkan koleksi celana.
"Apa dia memakai semuanya secara bergantian?" tanyanya lirih.
Khalisa melangkah lebih dalam lagi. Ada sebuah meja yang berisi koleksi jam tangan, ikat pinggang, dasi dan dompet.
"Yakin sih, ini dia kayaknya cocok jadi penjual. Koleksinya banyak banget dah!" cuitnya lagi.
Khalisa berjalan menyusuri ruangan itu hingga ia menemukan sebuah lemari besar yang berisi pakaian wanita terlengkap. Mulai dari pakaian yang syar'i atau yang seksi.
"Penempatannya sungguh kontras sekali. Kalau aku melihat kesini , aku akan melihat pakaian seperti wanita-wanita syar'i, namun saat melihat kesini, rasanya aku melihat pakaian seorang .. tau ah." gerutunya.
Sementara Edward, Ia memutuskan untuk mandi. Merendamkan tubuhnya di bawah air hangat.
Khalisa mulai mencoba melepaskan satu persatu aksesoris yang menempel di tubuhnya. Cincin, kalung dan juga anting. Sayangnya dirinya sedang kesusahan untuk melepaskan gaunnya itu. Tidak mungkin baginya untuk meminta bantuan Edward.
"Astaga! Kenapa repot sekali!" gerutunya yang masih tetap berusaha melepaskan resleting gaunnya.
Tak terasa setengah jam berlalu, Khalisa masih sibuk dengan gaunnya yang tak kunjung lepas itu. Edward yang sudah selesai dengan aktivitasnya pun melangkah keluar dan tak mendapati istrinya berada di dalam kamarnya.
"Dimana dia? Apa dia masih disana?"
Edward kemudian melangkahkan kakinya menuju waking closetnya dengan hanya memakai handuk yang diselempangkan di pinggulnya saja.
CEKLEK
Pintu ruangan yang terbuka berhasil membuat Khalisa terkaget.
"ARRRGGHH!! Kenapa kau bertelanjang dada di depanku??" teriak Khalisa.
"Apa kau mau pamer dada bidang dan perut sixpack mu itu kepadaku?" imbuhnya.
Edward tak menjawab pertanyaan Khalisa. Ia justru fokus kepada gaun Khalisa yang masih melekat di tubuhnya.
"Kenapa kau melihatku begitu?" tanya Khalisa yang merasa tidak nyaman.
"Tenanglah. Aku hanya bertanya-tanya kenapa gaunmu itu masih melekat di tubuhmu." jawab Edward.
"Iya, aku tidak bisa mencopotnya." jawab Khalisa.
"Astaga!" jawab Edward yang kemudian melangkah mendekat ke arah Khalisa.
"Eh. Mau apa?" pertanyaan Khalisa yang tak digubris oleh Edward. Khalisa semakin menjauh dari Edward. Ia melangkah mundur karena saat itu ia takut Edward akan menerkamnya.
"Apa kau tidak butuh pertolonganku?" ujar Edward yang bingung dengan tingkah Khalisa.
"Kau mau melepaskan gaunku?" tanya Khalisa.
"Tentu saja. Apalagi selain itu?" balas Edward.
Khalisa terdiam. Ia berfikir dengan pertolongan Edward saat itu.
"Baiklah. Tolong aku." ucap Khalisa yang pasrah.
"Berbaliklah. aku akan menarik resletingnya.". Jawab Edward yang santai.
Khalisa pun membalikkan badannya. Rasa gugup kembali menyelimuti hatinya. Ia benar-benar takut jika suaminya akan meminta haknya saat itu. Karena menurutnya membantu melepaskan gaun Khalisa adalah adegan berbahaya.
Edward yang membantu melepaskan kebaya Khalisa sebenarnya merasa tegang. Berkali-kali Edward menelan salivanya. Punggung Khalisa yang mulus sukses membuat tangan Edward sedikit mengelusnya hingga dengan sengaja mendekapnya dari belakang. Kepala edward pun bersender di pundak istrinya sambil mencium aroma tubuh istrinya. Khalisa yang sadar pun berlari kecil untuk menghindar dari Edward.
"Mm.. maaf aku.. aku belum siap." Ucap Khalisa dengan memegangi bajunya.
Tanpa sepatah katapun Edward pergi meninggalkan Khalisa. Sejujurnya saat itu ia merasa bodoh telah melakukan hal itu kepada Khalisa.
"Ini normal kan? aku laki-laki normal. Siapapun laki-laki yang melihat punggung mulusnya pasti akan melakukan hal yang sama.Sudah pasti!" gerutunya dengan berjalan mondar-mandir di kamarnya.
Sementara Khalisa mengira bahwa Edward telah marah kepadanya.
"Aduh gimana nih. Masih satu hari sah udah buat dia marah." ucapnya dengan resah.
anggota mau lapor ketua
si edwar lagi salting ketua
khalisa mau di bawa ke mertua🤣🤣